Hari Kedua di Malang

46 37 40
                                    

"Sutan bangun, Tan! Bangun woy!"

"Tok tok tok!"

Terdengar seseorang sedang memanggil dan mengetuk ngetuk pintu kamarku. Aku pun terbangun dari tidurku.

"Bentar, ada apaan sih?"

Mataku pun terbuka. Kulihat hari sudah mulai cerah. Mungkin sudah mulai memasuki siang.

"Tan, bangun woy! Sekarang udah jam berapa ini? Kita kan mau berangkat ke destinasi pertama kita disini." Teriak suara lelaki dari luar kamarku.

"Iya iya bentar." Jawabku sembari berjalan menuju pintu kamar.

Kubuka pintu kamarku. Dan terlihat ada seorang lelaki yang sedang menungguku didepan pintu.

"Perasaan kemarin paling excited. Kok sekarang malah paling lama bangun sih?" Gerutu Niko padaku.

"Kemarin gabisa tidur saking excitednya. Emang sekarang jam berapa sih?"

"Nih liat!" Jawab Niko sembari menunjukan jam tangan yang dipakainya.

"Lah udah jam 8 aja. Mana belum mandi lagi."

"Makanya dibangunin juga. Udah siang tau, cepetan dah sana mandi!"

Aku pun kembali memasuki kamarku dan mulai menuju kamar mandi. Bersiap untuk berjibaku dengan dinginnya air.

Setelah selesai bersiap siap. Aku pun bergegas untuk mengisi perutku yang keroncongan ini. Disana sudah ada kedua sahabatku sedang menyantap hidangan sarapan yang disediakan hotel.

"Lama amat sih bangunnya. Padahal kan kita bareng ke hotelnya tadi malem." Ucap Sevila yang terlihat sedikit kesal karena aku yang terlambat bangun.

"Ya maaf. Tadi malem pas nyampe kamar gabisa tidur aku." Jawabku sembari tersenyum tipis.

"Emang tadi malem pada kemana? Ga ngajak ngajak, parah." Gerutu Niko.

"Bukannya ga ngajak. Tapi kamunya udah asik molor tadi malem." Jawab Sevila dengan muka yang sedikit kesal.

"Kan kamu tau sendiri aku tuh mabok tiap perjalanan jauh. Hehehe." Jawab Niko sembari tertawa malu.

"Kita udah beres nih, Tan. Kamu makan rotinya aja deh biar cepet." Ucap Sevila yang semakin kesal.

"Lah entar di jalan kalo aku kelaperan gimana?" Jawabku.

"Salah sendiri siapa suruh bangunnya telat. Bleee!" Ungkap Sevila sembari menjulurkan lidahnya sembari meledek.

"Ayo ayo keburu panas! Udah Tan makannya sambil jalan aja." Niko ikut berbicara padaku.

"Yah baru juga mau ngisi perut." Jawabku dengan muka cemberut.

Kami pun berjalan meninggalkan hotel. Niko dan Sevila sibuk mencari taksi. Sedangkan aku sibuk menghabiskan roti isiku. Aku yang baru mau menyantap makanan lezat. Malah harus melewatkan hidangan yang menggiurkan dan harus memakan roti isi. Seperti orang yang terlambat mau ke sekolah saja. Kami pun menaiki taksi dan menuju sebuah tempat yang menjadi tujuan kami. Sebuah tempat yang mungkin akan memanjakan mata dan menenangkan hati kami. Tapi tujuan kali ini bukan Bromo. Melainkan destinasi lain di kota Malang. Sebuah tempat yang biasa disebut sebagai tempat paling ujung dari sebuah pelangi.

Kami singgah terlebih dahulu di tempat rental mobil. Kami memutuskan untuk menyewa sebuah mobil sekaligus seorang supir. Karena jarak dari alun alun Malang menuju tempat yang akan kami datangi cukup jauh. Kami pun memutuskan untuk menyewa sebuah mobil. Dan juga betujuan agar selama seminggu kamj bisa berkegiatan menggunakan mobil tersebut. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju tujuan kami.

The Story From Bromo (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang