Mengambil Sebuah Makna

14 16 1
                                    

Kembali melarikan diri dari dua sahabatku. Kembali pada keramaian jalanan kota Malang. Lagi-lagi aku hanya bisa melarikan diri dari kenyataan yang ada, dan bersembunyi dibalik keramaian kota yang tak kukenal. Dan hanya bisa merenung melihat begitu banyak kendaraan berlalu lalang di hadapanku. Mencoba lari dari kenyataan pahit yang tak bisa kusaksikan di depan mataku.
Aku pun mencoba untuk kembali bangkit. Tetapi hati ini masih tak kuasa untuk melihat kedua sahabatku yang akan bergandengan begitu mesra. Kucoba untuk kembali lari dari kenyataan. Kuhampiri sebuah taksi yang berada tak jauh dari diriku berdiri. Kucoba untuk menjelajahi keindahan kota Malang dengan menyendiri. Mencoba menenangkan hati dengan keindahan milik sang Kuasa.
Kali ini tujuanku untuk melihat kembali keindahan mentari terbenam. Tetapi bukan dari ketinggian melainkan dari tempat yang memiliki keindahan lainnya di kota ini. Mencoba menenangkan hati yang sudah suram ini. Mencoba menghidupkan semangatku yang sudah patah ini. Mencoba menghibur diriku dengan keindahan alamnya kota ini dengan hanya ditemani sebuah lensa untuk menyimpan sebuah gambar yang mungkin akan membuatku lupa tentang patahnya hati ini.
Sepanjang perjalanan menuju tempat yang menjadi tujuanku, aku hanya terdiam. Sang sopir hanya terus menatap jalan dan tak berani menggubrisku lamunanku. Mungkin ia bingung, mengapa seorang anak yang terlihat sebaya seperti anaknya, berlibur menyendiri di sebuah kota yang mungkin jauh dari rumahnya. Hanya keheningan yang tercipta sepanjang perjalananku.
Angin mulai berembus begitu kencang menerpa pepohonan yang ada di sekitar pandanganku. Cuaca semakin terik, seiring taksi ini membawaku berjalan. Air yang mengalir terlihat dari sungai-sungai yang mulai kulewati. Menandakan bahwa aku semakin dekat dengan tujuanku. Jembatan demi jembatan kulewati demi menuju sebuah tempat yang akan kupijaki. Mulai terlihat kapal-kapal melintas di bawah jembatan yang kulewati. Hamparan air yang bergelombang menuju ke hamparan pasir pun sudah terlihat jelas dari kejauhan. Tarian dedaunan pohon kelapa seakan-akan merayuku untuk segera menepi di sebuah pantai, Pantai Balekambang. Pantai yang akan menjadi tujuanku untuk menghibur suasana hatiku kali ini.
Akhirnya kuinjakkan kakiku di hamparan pasir yang begitu putih di sebuah pantai. Kuinjakkan kakiku di tepian pasir yang mulai ter basahi oleh ombak yang melintas di antara pasir yang kuinjaki. Terlihat sebuah jembatan berwarna putih yang cukup panjang memisahkan pantai ini dengan sebuah pulau. Pulau Hanoman namanya, terlihat sebuah pura yang begitu menawan berada di sana. Kulangkahkan kakiku meninggalkan terjalnya ombak yang terus menarikku. Kucoba untuk melangkah menuju jembatan yang begitu memesona. Sebuah jembatan yang akan membawaku ke pulau Hanoman. Sebuah jembatan yang benar-benar menawan begitu kupijakkan kakiku di atasnya. Lautan yang begitu cantik disuguhkan oleh jembatan ini. Aku terdiam begitu kupijakkan kakiku di tengah jembatan ini. Dan kukeluarkan sebuah lensa dan sebuah kamera dari kantongku. Memulai sebuah kegiatan untuk mengabadikan sebuah momen. Sebuah momen indah, sebuah momen yang memesona, sebuah momen yang mengobati hatiku yang begitu kacau. Semua rasa patah hati ini seakan terobati begitu kumenyendiri di sebuah tempat yang begitu indah. Diiringi embusan angin yang menerpa-nerpa wajahku, mengibaskan rambutku dengan begitu elok. Pemandangan hamparan pasir putih yang di terjal ombak begitu menawan menghiasi mata dan hatiku yang sedang terluka ini. Momen yang benar-benar indah itu kusimpan dalam sebuah kenangan, dalam sebuah potret yang begitu menawan.
Kulanjutkan langkahku menuju sebuah pulau yang dipisahkan oleh sebuah jembatan. Kupijakkan kakiku di sebuah pura yang terpampang begitu megah di sebuah pulau. Sebuah pulau yang begitu indah dengan pura yang berdiri di tengahnya. Rasanya aku seperti sedang berada di sebuah tempat yang begitu eksotis dan begitu menawan yang diketahui oleh seluruh penjuru dunia, serasa seperti sedang berada di pulau Dewata Bali. Begitu indahnya pura yang kutapaki ini. Membuatku tak bisa berhenti untuk menekan tombol kameraku. Membuatku tak ingin berhenti untuk mengabadikan sebuah momen. Membuat hatiku yang awalnya menerpa sakit, mulai terobati oleh pesona indahnya pulau ini. Keindahan memang selalu bisa untuk mengobati rasa lelah dan sakit hatinya manusia. Tetapi terkadang manusia selalu lupa untuk menjaga keindahannya.
Aku kembali terdiam di ujung pulau, begitu indah hamparan air laut yang berwarna begitu biru, begitu indah, dan mulai dihiasi dengan langit yang sudah mulai menguning, menandakan bahwa malam akan tiba. Bahwa mentari mulai terbenam. Pesona mentari terbenam begitu indah dilihat dari sini. Kembali kuangkat lensa kameraku, kembali kuabadikan momen yang begitu indah ini. Tak akan kulupakan momen ini. Mentari terbenam mengingatkanku akan sesuatu, sesuatu yang indah akan berakhir dengan menyedihkan, layaknya mentari yang terbenam, sesaat setelah mentari menenggelamkan keindahannya akan datang yang namanya kegelapan.
Kutinggalkan jembatan putih nan indah ini. Kulangkahkan kakiku untuk kembali ke hamparan pasir putih yang sekarang sudah mulai dipenuhi kegelapan malam. Kupandangi langit yang sudah mulai gelap gulita, bulan dan bintang sudah siap memunculkan sinarnya, sudah siap untuk menghiasi yang namanya langit malam. Dan kembali membuatku terpikirkan akan sesuatu, meski gelap sudah menjelang dan siap untuk datang, akan tetap ada keindahan di dalam sebuah malam, layaknya hati ini yang diterpa begitu banyak kesedihan, tetapi selalu ada yang membuatnya selalu siap untuk berjalan.
Akhirnya hati ini dapat kembali tenang dan bibir ini dapat kembali tersenyum dengan lebar. Setelah melihat begitu banyak yang namanya keindahan. Memang masih ada sakit yang tak mau hilang, tetapi setidaknya sudah ada luka yang mulai terobati. Mulai memunculkan semangat untuk kembali menerpa yang namanya kehidupan. Kesedihan memang boleh membuatku menghentikan langkahku. Tetapi hanya untuk sesaat, untuk membuatku merasakan yang namanya pahit dalam hidup dan kembali membuatku kuat dan siap untuk bangun menghadapi getirnya dunia di luar sana. Kembali kulangkahkan kakiku, untuk meninggalkan pesona indah pantai ini yang sudah mulai dikelilingi gelapnya malam. Meninggalkan semua keindahan dengan sedikit kesedihan yang kutitipkan di sana. Dan membawa secercah harapan untuk kembali menjalani yang namanya kehidupan.

The Story From Bromo (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang