Happy reading...
Vano berdiri mematung di depan pintu. Tangan kanannya terangkat seperti hendak mengetuk pintu tapi niat itu di urungkannya.
Bukankah aku menyuruhnya untuk tak menungguku? Ah, pasti dia sudah tidur sekarang ... sesal Vano dalam hati.
Merogoh kunci cadangan di saku celana dan memutarnya ke dalam lubang kunci dengan segera. Masuk dan menatap sekitar, sepi, pikirnya.
Berjalan pelan menyusuri anak tangga hingga sampai di depan kamar Diandra. Membuka gagang pintu dengan perlahan, tak ingin membangunkan sang empu kamar yang sedang terlelap dalam tidurnya.
Melangkah berjinjit ke arah Diandra yang sudah bergelung selimut. Menatap wajah ayu dengan nafas yang teratur, tampak damai dan pulas.
Vano menghela nafasnya pelan dan membungkukkan badannya. Tangannya terulur ke dahi Diandra. Meminggirkan anak rambut yang menutupi dahi wanita cantik di depannya.
Sentuhan Vano tampaknya membuat Diandra terbangun. Diandra membuka matanya pelan, menatap Vano dengan sedikit memicingkan matanya.
"Kau sudah pulang, aku sudah siapkan piyama tidurmu di kamar sebelah."
Vano mengangguk pelan di sertai senyuman hambar. Tak menyangka bahwa hatinya sakit mendengar ucapan Diandra barusan. Mengusir secara halus tapi tetap saja melukai perasaannya.
"Iya. Tidurlah. Aku akan ke kamarku," ucap Vano. Menegakkan kembali badannya dan tersenyum. Saat akan beranjak pergi, tangan Vano dicekal oleh tangan Diandra.
"Kalau kau mau, kau boleh tidur di sini," tawar Diandra pelan.
Vano menatap Diandra dan menggeleng pelan.
"Aku akan tidur di kamar sebelah saja. Aku besok harus kerja, maukah kau menyiapkan bajuku?"
Diandra bangun dan duduk di tepi ranjang. Mata Vano terkunci menatap Diandra yang tampak menggoda dengan tampilan lingerie tipis dan menerawang, hingga bagian dadanya sedikit terekspos.
"Sekarang atau besok pagi?" Pertanyaan Diandra membuat pandangan Vano teralihkan dari bagian dada ke wajah Diandra.
"Besok pagi saja. Ndra, kau cantik memakai lingerie itu," puji Vano.
Diandra tersenyum malu dan menatap lingerie yang sekarang menempel di tubuhnya.
"Makasih. Good night, Vano,"
"Good night, sayang," ucap Vano sambil mendaratkan kecupan di kening Diandra.
Vano melangkah keluar dari kamar Diandra dan menutup pintunya. Tapi entah kenapa, hati Diandra mendadak sakit. Panggilan 'sayang' barusan malah membuat dadanya sesak seperti tak bisa bernafas.
Diandra memukul dadanya perlahan, hingga air matanya keluar tanpa terasa. Terisak sendiri tanpa ada yang mengetahuinya. Berharap menangis kali ini bisa membuat dirinya lega.
Tapi tidak dengan Vano, suaminya itu tak beranjak dari daun pintu yang baru saja di tutupnya. Tubuh dan kepalanya bersandar pada daun pintu dan tangannya mengepal erat. Terdengar jelas oleh rungunya, tangis Diandra.
Maafkan aku, aku masih mencintai Early walaupun Early mulai berubah. Dan aku juga mulai jatuh cinta padamu tanpa bisa mengungkapkannya. Hanya perhatian dan perlakuan manis yang bisa aku tunjukkan padamu.
...
"Pagi," sapa Vano.
Berjalan pelan menyusuri tangga sambil jarinya sibuk memasang kancing di ujung kemeja panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Memilih Dia (COMPLETED)
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA YA Kisah ini tentang perjodohan yang di alami Vano Samudra dengan seorang gadis bernama Diandra. Diandra, teman masa kecil Vano dan sahabat dari Early, kekasih Vano. Cinta segitiga yang merupakan sad story dari author ini ter...