19

1K 81 61
                                    

Happy reading ...



Mengandung unsur 17+
(Sedikit dan nggak banyak kok tp bijak dalam membaca adalah hal penting. Sesuaikan umur ya)



Tubuh Diandra menegang mendengar sapaan khas itu. Sapaan khas mantan suaminya, Vano.

Otaknya masih sulit mencerna semuanya yang terjadi begitu cepat. Belum selesai rasa terkejutnya, pria itu melepaskan pelukannya dan menarik tangan Diandra untuk menjauhi stand minuman.

Berjalan cepat menerobos kerumunan undangan hingga sampai ke pinggir Ballroom. Saat dirinya ingin menatap wajah pria itu, kembali dirinya harus merasakan pelukan hangat.

Diandra mencoba untuk tenang. Meronta pelan tapi aroma maskulin sang pria membuat Diandra berhenti meronta. Aroma maskulin milik seseorang yang sangat di kenalnya itu menusuk indra penciumannya. Tubuhnya meremang seketika, menelan salivanya dengan susah payah.

Vano ... ucapnya kembali dalam hati.

Ya, dia adalah Vano. Vano melepaskan pelukannya dan memundurkan tubuh Diandra pelan. Mengangkat dagu Diandra hingga ia bisa menatap lekat-lekat wanitanya yang tampak masih shock.

"Diandra."

Diandra hanya bisa menatap Vano tanpa bisa berucap apa-apa. Setitik air mata mulai turun dari sudut matanya. Tak menyangka sosok yang begitu di rindukannya selama ini, hadir di hadapannya.

"Vano," cicit Diandra.

"Apa kabar, sayang?" sapa Vano dengan lembut.

Jemari Vano mengelus pipi Diandra pelan. Meraih tangan wanitanya dan mencium punggung tangan itu dengan lembut dan penuh perasaan. Diandra diam membisu, dirinya masih belum sepenuhnya percaya akan kehadiran Vano.

Vano mendekatkan wajahnya dan netranya fokus pada bibir Diandra yang berpoles lipstik merah menyala. Tanpa menunda lebih lama lagi, di lumatnya bibir itu tanpa penolakan sama sekali dari Diandra.

Melepaskan ciuman lembut itu saat merasakan gerakan pasif dari Diandra.

"Kenapa kau muncul dan melakukan ini?" tanya Diandra.

Vano mengusap air mata Diandra dengan ujung jari telunjuknya. Dan merapikan lipstik Diandra dengan ujung jempolnya.

"Aku masih sayang padamu. Aku datang untuk menjemputmu. Dan kau harus ikut aku."

Diandra melepaskan tangan Vano yang masih melingkar di pinggangnya. Tapi dengan satu gerakan, Vano berhasil menempatkan Diandra ke pelukannya kembali. Mencium pucuk kepalanya dengan lembut dan melepaskan kembali pelukannya.

"Ayo, kita sapa pengantinnya. Setelah itu kau harus ikut aku," ucap Vano.

"Kemana?"

"Ke ranjang dan kita juga akan merasakan malam pengantin."

Diandra tau kemana arah pembicaraan ini. Menggeliatkan pergelangan tangannya, berharap bisa lepas dari cekalan tangan Vano tapi nyatanya itu sia-sia.

Sampai di pelaminan, senyum Early dan Vano sang mempelai mengembang. Mau tak mau Diandra mengikuti semua permainan Vano. Sekarang dirinya ada di atas panggung, tak mungkin dirinya membuat kekacauan.

"Reunian nih," sindir Early pada Diandra dan Vano.

"Tentusaja," jawab Vano dengan entengnya. Tangannya terus mencekal tangan Diandra.

"Lepaskan tanganku, aku janji tidak akan kabur," bisik Diandra pada Vano.

Mata Vano menyipit. Melepaskan cekalannya dan mendorong Diandra ke dekat Vano sang mempelai pria.

Ku Memilih Dia (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang