Happy reading ...
Satu bulan kemudian ...
Sejak kepergian Diandra, perlahan tapi pasti, Vano mulai menata hidupnya kembali. Berkerja seperti biasa dan mulai memperbaharui hubungannya yang hampir retak dengan Early.
Tentu saja, Early bahagia bahwa kekasihnya telah kembali padanya. Walaupun di lubuk hatinya ada rasa khawatir yang mulai menggerogotinya. Tingkah Vano berubah dan perlahan sikapnya menjadi dingin padanya. Tapi kadang sifat romantis itu tiba-tiba datang hingga membuat Early bingung. Masih cintakah Vano padanya?
Seperti malam ini, keduanya duduk di area rooftop sebuah cafe. Saling berhadapan tapi Early tak merasakan kehangatan dari sikap Vano. Berkali-kali Early mencoba menggenggam tangan kekasihnya dan Vano berkali-kali pula menarik tangannya perlahan dari genggaman Early.
"Van, kapan kau akan mengurus surat ceraimu?"
"Belum ada rencana."
"Lho? Trus kita kapan nikah?"
"Sabar, Early. Kerjaanku menumpuk dan aku masih butuh waktu untuk menata hidupku lagi."
"Kau membuatku khawatir. Menikahlah denganku dan kita berbagi semua keluh kesah, suka dan duka. Tapi pastikan kau mengurus masalah Diandra lebih dulu."
Vano tersenyum.
"Harusnya Diandralah yang komplain karena dialah pihak yang paling di rugikan dalam drama ini. Tapi dia malah santai dan tak menuntut statusnya. Kau tau ... dia ingin kita bahagia," ucap Vano dengan senyum melengkung.
Sedikit banyak ucapan Vano membuat Early cemburu. Memuji Diandra dengan senyum melengkung, sungguh muak Early melihatnya.
"Mari wujudkan keinginan Diandra," pinta Early tegas.
"Aku butuh waktu. Dan aku ...," ucapan Vano terpotong saat ponsel yang sedari tadi di letakkan di meja, menampilkan nama Luke di layarnya.
"Maaf, aku akan angkat telfon dulu."
Vano berdiri dari tempat duduknya dan menjauh dari Early. Early bersendekap dan mendengus kasar.
"Jangan-jangan kau jatuh cinta pada Diandra," monolog Early kesal.
Vano kembali duduk dan tersenyum pada Early.
"Aku harus pergi. Luke ingin bertemu denganku untuk membahas masalah penting," dusta Vano.
Early mencekal tangan Vano dengan erat. Vano menatap tangan Early dengan tatapan tak suka.
"Kau butuh waktu? Aku akan berikan sebanyak yang kau pinta. Asal kau tetap bersamaku."
Vano tersenyum.
"Baiklah. Kita jalani semuanya mulai dari nol. Dan bersabarlah karena aku membutuhkan waktu yang tidak singkat. Maaf jika aku membuatmu kecewa."
Vano menarik tangannya dengan kasar dari genggaman tangan Early. Mengecup pucuk kepala gadisnya sebelum benar-benar pergi. Early merasakan dadanya sesak dan mata yang memanas.
Memanggil pramusaji dan menanyakan bill-nya.
"Tuan yang tadi bersama anda, dia sudah membayar bill-nya."
Early hanya manggut-manggut mendengar jawaban sang pramusaji. Tangannya segera menyambar tas kecilnya yang ada di meja. Bergegas turun dan memesan taxi online. Air matanya jatuh perlahan tanpa bisa di bendung lagi.
....
Dua orang pekerja mengangkat sebuah foto berfigura kayu ukir yang lumayan berat.
"Mau di pasang dimana, Pak?" tanya salah seorang pekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Memilih Dia (COMPLETED)
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA YA Kisah ini tentang perjodohan yang di alami Vano Samudra dengan seorang gadis bernama Diandra. Diandra, teman masa kecil Vano dan sahabat dari Early, kekasih Vano. Cinta segitiga yang merupakan sad story dari author ini ter...