9

797 85 53
                                    

Happy reading ...

"Vano? Apa-apaan ini!!"

Suara bentakkan membuat Vano dan Early tersentak dan segera menghentikan ciuman mereka dan saling melepaskan pelukan.

"Ma ... Mama," ucap Vano terbata-bata.

Bu Rani berdiri mematung di tengah pintu ruang kerja Vano. Rahangnya mengeras, tatapan tajam bak pedang algojo dan bibir terkatup rapat.

Early mengambil jarak dari Vano, tangannya dengan sigap merapikan penampilannya. Kepalanya tertunduk tanpa berani menatap Bu Rani yang berjalan mendekat ke arah dirinya dan Vano. Pikirannya kacau, sedetik kemudian kepalanya terangkat dan memberanikan dirinya untuk menatap Bu Rani.

"Siang, Bu," ucap Early dengan gugupnya.

Bu Rani berdiri di depan Vano dengan tangan yang sudah berada di pinggang.

"Dia kekasihmu? Atau simpananmu? Jawab!!" bentak Bu Rani. Telunjuknya mengarah pada Early dengan tegas.

Tatapan tajamnya mengarah ke Vano tapi sedetik kemudian berganti ke arah Early.

"Bukankah Vano sudah bilang, kalau Vano punya pacar. Tapi Mama dan Papa tetap menjodohkan Vano dengan Diandra, Mama nggak mau men ..."

"Stop!" teriak Bu Rani sambil mengangkat tangan kanannya untuk menginterupsi ucapan Vano.

"Tepat di malam pernikahan, bukankah aku mengubah keputusanku? Tapi kenapa kau tetap memilih Diandra?" sesal Bu Rani.

"Vano rasa itu hanya basa-basi Mama dan Papa. Toh Diandra tetap menjadi pilihan pertama di mata Mama,"

"Basa-basi? Kau tau kenapa aku merubah keputusanku?" Suara Bu Rani meninggi dengan nafas yang memburu.

Vano hanya menggeleng pelan.

"Diandra yang memintaku. Diandra yang menceritakan semua drama kalian. Diandra lah yang menyelamatkan kalian. Dan kau, suami yang sudah tega menghianatinya."

Telunjuk Bu Rani kembali terpasang kaku di depan wajah Vano. Membuat mata Vano sedikit terkesiap dengan amarah Mamanya.

"Dan kau!" bentak Bu Rani sambil mendorong dada Early dengan telunjuknya.

"Sahabat macam apa kau? Memanfaatkan sahabat sendiri agar bisa bersama dengan kekasihnya. Kalian merasa menang dari Diandra?"

Keduanya terdiam. Perhatian mereka kini beralih ke arah pintu. Tampak Diandra berdiri mematung dengan sebuah tote bag di tangannya. Gadis itu hanya diam tanpa ekspresi. Menyimak semua kemarahan Bu Rani pada sepasang kekasih di depannya.

"Aku kesini menemani Diandra, tapi  kalian malah menyuguhi pemandangan yang membuatku muak," ucap Bu Rani ketus.

"Pergilah Early," bisik Vano seraya salah satu tangannya mendorong tubuh Early sedikit maju ke depan.

Early menatap Vano dan Bu Rani bergantian. Bingung harus berbuat apa. Early membungkukkan badannya singkat ke arah Bu Rani dan tatapan tajamlah yang di terima sebagai balasannya.

"Maaf," ucapnya sebelum beranjak pergi.

Berpapasan dengan Diandra di tengah pintu membuat bulu kudu Early menengang. Tapi usapan lembut tangan Diandra ke lengannya membuahkan senyum tipis.

"Maaf," lirih Early sebelum berlalu.

Diandra menutup pintu dan melangkah maju, meletakkan tote bag berisi kotak makan siang di meja kerja Vano.

"Makanlah. Semoga kau suka," ucap Diandra tanpa ekspresi.

Diandra menghampiri Vano dan mendaratkan kecupan singkat di pipi suaminya yang masih berdiri mematung.

Ku Memilih Dia (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang