My Boo

152 16 4
                                    

"Boo!"

Isla melirik malas pada Abner yang kini sibuk melayang-layang di kamarnya. Pria itu bahkan sesekali menirukan gaya Spiderman dengan menempel pada langit-langit. Padahal, kalau dilihat-lihat, jemarinya bahkan tidak menempel sama sekali, tapi justru menembus.

Abner ini, hantu yang sudah gentayangan sejak dua puluh lima tahun. Pertama kali pindah ke apartemen barunya, Isla langsung menjumpai sosok hantu dengan wajah seram---yang di buat-buat. Awalnya ingin menjadi tak acuh, bersikap biasa saja seolah memang tidak mengetahui kehadirannya, tapi Abner terlalu gigih hingga membuat Isla menyerah.

"Abner! Seriously, kamu mengganggu. Sana, cari tempat lain untuk gentayangan!"

"Sudah pernah, Isla. Tapi tidak ada yang seperti kamu."

Ini mungkin terdengar romantis untuk semua orang, tapi tidak untuk Isla. Ia malah mengambil vas bunga yang ada di dekatnya dan bersiap melemparnya pada Abner sebelum akhirnya ia ingat bahwa itu akan menjadi hal yang sia-sia.

"Kenapa galak sekali, sih?! Benar, kok, tidak ada yang seperti kamu," kata Abner sambil menangkupkan kedua telapaknya di depan dada, "mereka tidak ada yang bisa melihatku. Tidak bicara denganku. Kamu ... kamu seorang yang bersikap 'memanusiakan manusia' padaku."

"Abner ... kamu itu hantu. HANTU! Astaga, jadi, wajar mereka tidak memanusiakan kamu."

"Iya ... iya. Tidak usah diingatkan juga sudah tau, kok." Jeda, Abner mencoba mendekat pada Isla yang masih menatapnya nyalang,"pakaian dalammu warna peach, ya? Tadi saat kamu ganti baju, aku tidak sengaja lihat."

"ABNER!"

Gelak tawa si hantu pria itu menjadi penghias latar musik di dalam kamar Isla saat si pemilik kamar sibuk mencoba menangkap si sosok tak kasat mata. Kalau bisa, ia benar-benar akan memukul hantu itu dengan vas bunga. 'Andai Abner adalah manusia', begitu yang selalu Isla ucapkan dalam hati setiap kali ia ingin memberi Abner pelajaran.

*****

Sejak kepindahannya ke kantor pusat, Isla selalu merasa tubuhnya meremang tiba-tiba. Meski sudah tiga bulan berada di kubikal barunya, ia tidak pernah merasa terbiasa dengan hawa dingin seperti ini. Sebenarnya, yang seperti ini memang selalu ia rasakan sejak pertama kali pindah ke Burford, tepatnya ke apartemen barunya. Ia kira, atmosfir seperti ini akan lepas saat ia keluar dari apartemennya. Nyatanya, hampir pada setiap tempat yang ia pijak, Isla selalu merasakan atmosfir seperti ini.

"Abner ...." Isla mendesis sinis. Matanya melirik tajam si hantu pria yang kini asik meniup-niup tengkuknya.

"Apa? Kamu terlihat kepanasan. Ini sedang kubantu agar tidak panas." Perkataan Abner jelas tidak masuk akal. Ini sudah pertengahan bulan Oktober, yang artinya sudah masuk musim dingin.

"Hentikan!"

"Apa?" Ini Nathan, yang tanpa ragu memundurkan kursinya hanya untuk melihat keadaan Isla.

Yang ditatap jelas terlihat gelagapan. Sambil terus berucap 'andai Abner manusia' di dalam hatinya, Isla mencoba sebaik mungkin menampilkan senyum yang seolah berkata 'tidak apa'.

"Ah, by the way, Isla ... kamu sudah dapat undangan untuk acara Halloween minggu depan?"

Alis Isla terangkat satu," Belum. Ah, lagi pula, Aku tidak tertarik dengan acara seperti itu. Itu hanya seperti acara anak-anak. That's not my cup of tea."1

Nathan terlihat tidak terima. Maka dengan wajah penuh antusiasme, ia mendekat. Bunyi gesekan roda dari kusinya terdengar begitu ribut hingga menarik perhatian beberapa pasang mata dari kubikal lain untuk melihat ke arah mereka.

Grassy's FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang