Jack and Mary

109 11 4
                                    

Aku menyukai halloween. Saat di mana semua orang bersembunyi di balik topeng, berpura-pura menjadi orang lain. Permen, hiasan labu, dan cerita-cerita seram. Namun, di antara itu semua, aku menyukai bagaimana Jack bisa leluasa masuk ke dalam rumah tanpa diketahui oleh Mom dan Dad.

Jack adalah pacarku selama lima tahun terakhir. Kami menjalani hubungan ini secara diam-diam, karena keluarga kami yang bersaing perlihal bisnis. Huff! Rasanya seperti Romeo dan Juliet, tapi aku sungguh berharap kisah kami bisa berakhir berbeda.

"Besok acaranya akan mulai pukul 6:30 PM." Mom yang terlihat sibuk dengan oven dan cookies dengan bentuk seram, memberi pengumuman. Aku yang sedang sibuk dengan ponsel langsung merekam informasi, dan mengirimi Jack pesan melalui WA Messenger.

Besok, jam 6:30. Kamu akan pakai kostum apa biar aku langsung mengenalimu? Tulisku dalam pesan.

"Apa kamu sudah mengundang teman-temanmu, Mary?" Mom bertanya.

"Aku sudah mengundang beberapa. Yang dekat-dekat saja." Aku mencomot satu cookie yang berbetuk kepala berdarah, lalu memasukkannya sekaligus ke mulut.

Mom mendengkus. "Jangan dimakan terus, dong, Mary! Bisa habis sebelum acara besok," keluhnya.

Aku tertawa, dan mengangkat jari telunjuk dan tengah tangan kananku seraya tersenyum. "Sorry, Mom. Tapi kepala yang berdarah sangat menggoda untuk dimakan."

Mom memutar bola matanya, lalu kembali sibuk menghadap oven. "Siapa saja yang kamu undang?" tanyanya lagi.

"Aku mengundang Emily, Rose, Amber, Jeremy, Loka. Hanya mereka," ujarku berbohong. Karena pada kenyataannya yang kuundang hanya Jack. Besok, aku bisa mengatakan pada Mom kalau dia adalah Jeremy atau Loka. Mereka tidak akan mengenali karena Jack akan mengenakan topeng. Tahun-tahun sebelumnya, cara ini berhasil. Jack akan sukses masuk ke rumah, menarikku ke kamar saat para orang tua sibuk bercakap-cakap. Kami bisa berciuman sampai puas, tidur-tiduran di ranjangku sambil bercerita panjang lebar. Menyenangkan! Aku harap, tahun ini pun bisa berjalan lancar.

Notifikasi pesan di ponselku tiba-tiba berdenting. Segera kubaca pesan yang masuk.

Aku akan mengenakan kostum spiderman. Tidak akan ada yang mengenaliku.

Aku mencibir membaca pesannya. Pasalnya, jika dia mengenakan kostum itu, kostum apa yang harus kukenakan? Belum juga kepikiran tentang apa yang akan kukenakan, Mom mengucapkan sesuatu yang membuat duniaku berasa runtuh.

"Dad akan mengundang temannya dari Ohio. Mereka akan membawa anak lelaki mereka yang tampan dan baik hati untuk dikenalkan denganmu, Mary. Bersikap baiklah. Mereka memiliki perusahaan nirlaba yang besar. Hidupmu akan sangat terjamin jika berjodoh dengannya."

Astaga! Aku baru saja menginjak dua puluh dua tahun dan akan dijodohkan? Yang benar saja!

"Mom ...." Aku merajuk. Bagaimana dengan Jack kalau aku benar-benar dijodohkan?

"Jangan membantah!" Mom berbalik menatapku, tatapannya penuh dengan peringatan. "Mom tidak akan membiarkanmu menjadi single seumur hidup," katanya lagi.

Aku terdiam sejenak, mataku mulai terasa panas dengan sudut-sudutnya yang berkedut-kedut. Detik berikutnya aku sudah bangkit berdiri, lalu melesat menaiki anak-anak tangga untuk mencapai kamarku di lantai dua, melewati Dad yang sedang asyik menonton di ruang tengah, meninggalkan Mom sendirian di dapur.

Begitu mencapai kamar, kuempas tubuh ke ranjang. Menatap langit-langit dengan mata yang sudah benar-benar basah. Aku tidak dapat menahan tangis, apa artinya hubunganku dan Jack akan berakhir tanpa perlawanan?

Ponsel dalam genggaman tiba-tiba berdering. Masih dalam posisi berbarik, kulirik nama yang tertera pada layar datar. Begitu melihat nama Jack yang ada di sana, segera kusentuh layar dan menyahut panggilan.

Grassy's FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang