Tak terasa, penghujung pekan akhirnya tiba. Selama dua hari ini, Rasha dan Shem berlatih kekuatan mereka dengan intens. Hampir seluruh waktu diisi baik pertukaran petunjuk, memperbaiki kerja sama maupun memperbanyak wawasan guna persiapan diri.
Dan akhirnya kini mereka sedang berkumpul di ruang tamu bersama dengan Ayah Erias, Esa, Dias dan inferiornya bernama Talka yang berumur 14 tahun. Berbeda 5 tahun dibandingkan Dias.
"Baiklah, sebelum kalian pergi ke Delta Arena. Ayah harap kalian berhati-hati. Dan oh, hari ini semua mekanisme dibebaskan. Khusus untuk menuju Orbyt, setiap distrik disiapkan lingkaran transmisi. Jadi lebih praktis untuk menuju Delta Arena."
"Yah, kalau begitu sekarang berangkatlah. Ah ya, ingat jangan memaksakan diri. Ayah tidak akan mengantarkan kalian ke depan. Semoga sukses kalian." pesan Ayah Erias, kali ini berperan sebagai penatua yang memberi nasihat.
Setelah petuah singkat itu, mereka berlima beranjak keluar rumah. Melihat punggung putra dan putrinya. Erias menatap penuh emosi rumit. Menghela napas, akhirnya ia berbalik pergi ke lantai atas.
Di sisi lain, kelimanya sangat tenang. Bahkan terlalu tenang. Rasha melirik ke samping, Shem mengangguk mengerti. Ia lalu menyapu pandangan ke tiga lainnya.
"Berpisah?" Rasha menyipitkan mata, bertanya tak acuh.
"Tidak. Tetap bersama." sahut Dias, datar namun tak bisa dibantah.
Menaikkan alis, Rasha akhirnya hanya mengangkat bahu. "Terserah."
Setelahnya dengan cepat kabut ungu-keperakan menyelimuti mereka berlima. Tanpa basa-basi lagi, kelimanya segera menyatu dengan udara. Dias dan Talka tampak terkejut sesaat, sebelum kembali berubah datar. Esa juga kaget, kemudian menatap dalam lagi pada Rasha.
Hanya dalam waktu singkat, kelimanya sudah berada di depan gerbang masuk Mistik. Tempat di mana mekanisme transmisi lingkaran dibuka menuju Delta Arena. Kelimanya kemudian berjalan ke tengah lingkaran bersama peserta undangan lain.
Sampa lingkaran diisi penuh, cahaya merah terang bersinar dalam lingkaran. Berputar dalam lingkaran, sinar merah terus naik hingga mengaburkan seluruh mata pada pandangan di luar. Akhirnya perlahan tiap orang berubah menjadi transparan ... dan lenyap.
***
Distrik Orbyt, adalah distrik pusat Benua Erabru. Benua terbesar setelah kehancuran Bumi 1 milenium lalu. Terbentuk dalam 5 abad lamanya, kini Benua Erabru terdiri dari lima distrik besar.
Dan Delta Arena adalah organisasi kekuatan paling elite di Orbyt, juga terkenal ke seluruh Benua Erabru. Organisasi mereka, tiap 4-5 tahun akan selalu mengundang 100 kekuatan teratas yang akan duel dalam arena. Lantas menyaring 3 pemenang terkuat yang nantinya diberi kesempatan untuk masuk organisasi mereka.
Lalu kini, kelimanya berada di aula luas organisasi mereka. Mengamati sekitar, Rasha menemukan kalau seluruh peserta lengkap berasal dari lima distrik yang berada di Erabru. Sedangkan corak lima warna nasional distrik menghiasi atap kubah, dengan Orbyt sebagai sentralnya.
Memandang ke depan, sebuah panggung tinggi diletakkan di pusat perhatian. Dan seorang laki-laki paruh baya penuh aura terbawa nan berkuasa berdiri di atasnya. Di tiap sisinya, seorang gadis dan dua pemuda mendampinginya. Secara otomatis menarik perhatian.
"Selamat datang pada seluruh peserta undangan di Delta Arena!" sambutnya bergema ke setiap sudut aula. Diikuti tepukan dan sorakan meriah yang menggelegar di udara. Setelah beberapa saat keantusiasan khalayak mereda, laki-laki itu melanjutkan. "Sebagai Presiden Orbyt, saya Eraga Bruin akan mengumumkan beberapa hal sebelum resmi dimulai.”
“Kali ini kompetisi akan dibagi menjadi tiga tahap. Babak pertama, sebagai babak penyisihan. Kemudian semifinal dan terakhir final. Hingga akhirnya tersisa tiga juara teratas. Dan tiap setelah satu tahap, akan diberi waktu istirahat bagi yang lolos untuk memulihkan diri."
"Saya harap kalian semua bisa menunjukkan kemampuan terbaik. Karena belum tentu akan ada kesempatan lain kali. Maka dari itu, berusahalah lebih keras. Baiklah, untuk panduan lain, saya serahkan pada dua pewaris saya. Semoga beruntung semuanya! Era baru berjaya!” Setelah mengucapkan slogan Erabru, Presiden dari pusat distrik itu turun dari panggung.
Bergantian dengan seorang gadis dan dua pemuda tadi yang akhirnya maju. Tepat saat itu, getaran akrab lain segera menyentak resonansi jiwa Rasha. Seketika pandangannya menyapu seorang pemuda di tengah. Memakai seragam Delta Arena---merah dengan corak hitam khas Orbyt. Netranya berwarna kelabu gelap, layaknya pusaran tak berujung. Membuat yang melihat seakan tersesat dalam tatapannya.
“Inferior dengan jiwa paling murni. Sama sepertimu.” bisik Rasha dalam pikiran.
“Huh, siapa?” balas Shem, menoleh bingung akan telepati tiba-tibanya.
“Adikmu, Gray Altair. Yang di tengah panggung. Kebetulan sekali, ia juga memiliki getaran familier persis kau.” jelas Rasha, menyipitkan mata penuh minat.
“Gray? Tunggu, maksudmu ia juga inferiormu!?” sahut Shem takjub.
“Sudah dipastikan. Kalian benar kakak-adik.” Rasha mengangkat bahu tak acuh.
“Hei, maksudmu sebelumnya kau belum sungguh percaya!?” Melirik sebal, Shem mencibir tersinggung.
Walau sebenarnya setelah ditelaah kembali, itu juga masih bisa dimengerti. Bagaimanapun, mereka belum lama kenal. Pada akhirnya, Shem hanya bisa menghela napas, sedikit tersesat akan informasi tak terduga ini. Mengabaikan perkataannya, Rasha berbalik fokus menatap ke depan. Tepatnya pada pemuda bernetra kelabu gelap di tengah.
Inferiorku yang lain ... aku akan mendapatkanmu.
Bersamaan dengan janjinya, kedua anak dari Presiden Orbyt itu memperkenalkan diri. “Saya Erandi Bruin.” Nada ramah menyapu seluruh pendengaran dengan nyaman. Senyum ringan tersungging di bibirnya.
Di sisi lain, seorang gadis mungil berkucir dua dengan ceria melambaikan tangan. “Dan saya Eranda Bruin.”
“Sebagai pemandu kompetisi Delta Arena pada tahun ini.” Secara serempak berkata, pemuda ramah itu menepuk pundak Gray. “Dan pastinya semua tahu dengan hadiah utamanya, bukan?”
“Halo, semuanya.” sapa Gray tanpa suhu, sedikit membungkuk.
“Nah, ini dia inferior G. Bagaimana menurut kalian?” tanya gadis mungil itu mengedipkan mata. Segera bisikan melayang dalam aula layaknya dengungan lebah.
Memasang ekspresi misterius, gadis itu kemudian berucap, “Tentunya kalian juga sudah tahu dengan hadiah lain. Yaitu kesempatan untuk menjadi bagian dari elite Delta Arena. Tapi ... selain itu masih ada satu hadiah rahasia yang hanya akan diberitahu setelah pemenang ditentukan. Jadi, bagi yang penasaran, pastikan kalian harus merebut salah satu dari tiga juara teratas, oke?”
“Baiklah, selanjutnya silakan bersiap untuk babak penyisihan. Jadi, mari langsung saja, kita mulai kompetisinya!”
Sambutan meriah sekali lagi bergema memenuhi aula. Sesudahnya seluruh peserta berjalan menuju arahan dari banyak penjaga lain. Menuju ke sebuah ruangan megah namun tampak sunyi, hanya beberapa anggota elite yang berpatroli. Di tengahnya, lingkaran transmisi besar berpusar redup kemerahan. Empat pilar tinggi menyangga di tiap arah mata angin.
Seperti rumornya, memang lingkaran transmisi terbesar di Orbyt luar biasa. Dalam sekejap, seratus peserta sudah berdiri dalam lingkaran transmisi. Cahaya kemerahan perlahan menyelimuti tiap orang, hingga kemudian bayangan mereka menjadi kabur. Semakin samar ... sampai akhirnya menghilang.
***
Vote, Comment and Share! | IG: @izzamumtaz
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperium Sha [End]
Viễn tưởng"Jadilah bebas dan tak terbatas." Tentang ambisi dan dendam seorang gadis bernetra ungu misterius. Tentang hierarki mutlak dalam kekuatan superior dan inferior. Tentang benua bernama Erabru. Satu milenium telah lewat, dan kehancuran Bumi tak lagi te...