Chapter 4 - Latihan

18 3 3
                                    

Dalam sebuah kamar yang didominasi ungu dan putih, dua orang duduk berhadapan di sisi rajang. Rasha menyandarkan tubuh di kepala ranjang, mode bak kucing malas kembali sepenuhnya. Sedangkan Shem punggungnya bersandar pada pilar ranjang.

Keduanya saling menatap diam-diam satu sama lain. Sampai akhirnya Shem pertama kali memejamkan mata. Lantas aura kelabu tebal mengitarinya segera. Sekejap kemudian aura itu menyerang sengit pada resonansi jiwanya.

Brak! Suara tabrakan keras seketika menggema dalam ruangan. Rasha kini segera dalam posisi defensif, membuang postur malas sebelumnya. Aura ungu-keperakan berpusat ketat di sekelilingnya. Terutama bagian dalam jiwanya yang baru diserang.

Resonansi keduanya juga ikut terpengaruh. Getaran familier itu kini terasa bergelombang gelisah. Ikatan antara dua aura mereka masih memercikkan gesekan akibat tabrakan disengaja tadi.

Rasha mengamati seluruh adegan dengan senyuman puas langka di wajahnya. "Sangat keren. Benar-benar kekuatan yang destruktif." pujinya menyimpulkan hasil reaksi yang didapat.

Shem juga balas memasang cengiran, hanya saja diikuti tatapan permintaan maaf. Mengontrol auranya, selanjutnya itu berubah warna menjadi putih. Secara halus menyapu ke dalam jiwa Rasha, perlahan-lahan ia menstabilkan kembali resonansi jiwanya.

"Lebih baik?" tanyanya harap-harap cemas.

"Bagus sekali." Rasha mengangguk puas, setelah memeriksa lagi resonansi jiwanya. Ia lalu mengulurkan tangan dan menepuk lembut pipinya. "Terima kasih."

"Tidak perlu. Itu salahku." bisik Shem, memalingkan muka.

"Hei, tapi aku yang menyuruhmu. Jadi tidak masalah. Lagi pula aku sudah membuat pencegahan sebelumnya. Jika tidak, aku pastinya sudah terpental jauh dari ranjang. Bukan hanya sekedar gangguan resonansi sederhana. Aku tak sebodoh itu, kau tahu." bantahnya menghela napas tak berdaya.

"Baiklah, lupakan saja. Kau dengar tadi bukan, kalau kita baru akan berangkat lusa. Jadi, aku bermaksud untuk kita berlatih agar lebih terorganisir sebagai mitra jiwa. Aku juga akan membantumu mengeksplorasi lebih jauh tentang kekuatan sejatimu. Yah, lumayan untuk mengisi jeda waktu. Bagaimana?"

"Tentu saja. Aku setuju." jawabnya padat dan lugas.

Mendapat persetujuan, Rasha bangkit dan menyentuh dinding di sebelah kanan ranjang. Menekan sidik jari tangan kanannya sesaat hingga kemudian muncul hologram kecil yang menampilkan angka 0-9. Memasukkan sandinya, dengan suara 'ding' samar dinding terbuka membentuk celah seukuran pintu.

"Baiklah, mari kita turun." ajak Rasha santai, melangkah menuruni tangga yang muncul bersamaan dengan terbukanya pintu.

"Apa ini? Ruang rahasia?" Shem berkata penasaran, melongok dari pintu.

"Semacam itu. Karena tak ada yang tahu selain aku. Dan sekarang ditambah kau. Tapi lebih tepatnya ruang latihan bawah tanah pribadiku." ralatnya mengedikkan bahu. "Oke, cukup. Ayo, kemari."

Rasha melambaikan tangan dari bawah. Mengikuti perintahnya, Shem segera mengekor turun di belakang. Keduanya berjalan sampai sebuah ruangan yang didominasi putih menyapa pandangan mereka.

Ruangan itu luas dengan pencahayaan yang sangat terang. Beberapa dinding kaca buram berfungsi sebagai pembatas ruangan tertentu. Menuju ruangan tepat di samping pintu, Rasha menyapu tatapannya ke dinding kaca. Dan segera pintu terbuka otomatis.

Di dalamnya terdapat meja proyeksi virtual besar terletak pada tengah ruangan. Beberapa kursi santai mengisi sudut-sudutnya. Dan yang paling mencolok adalah rak penuh buku hologram berjumlah total ratusan.

Menghampiri rak buku, Rasha mengulurkan tangan dan seketika dua buku terbang ke arahnya. Meraih kedua buku, Rasha mengisyaratkan Shem untuk duduk.

"Sebelum mulai, kusarankan kau melihat kedua buku ini." ujar Rasha menyodorkannya ke pangkuan Shem. "Yang pertama itu semua tentang jiwa. Termasuk rincian jiwa paling murni bagi superior maupun inferior. Juga penjelasan resonansi jiwa, ada di dalamnya. Sedangkan buku satunya, itu khusus membahas tentang regenerasi dua tipemu."

Melihat kedua buku hologram yang lumayan tebal, Shem mengerutkan kening. "Kurasa tidak cukup untuk membacanya sampai tamat hanya dalam dua hari."

"Karena itu tak kusuruh membacanya. Inilah kenapa aku lebih memilih buku hologram dibanding kertas." Mengambil salah satunya, Rasha memutar gambar kotak di tengah tiap sampul bukunya. Seketika kotak itu timbul ke atas, mengeluarkan chip kecil seukuran ruas jari.

Lantas ia menyentuh dahi Shem, seketika chip itu menyatu di dahinya. "Bagaimana sekarang?" tanya Rasha tersenyum samar.

"Luar biasa!" Seketika ribuan kosa kata memasuki otak Shem, seakan buku itu tercetak di pikirannya.

"Bagus, bukan? Nah, tunggu sampai semuanya tersalin. Kau tak perlu membacanya lagi." Setelahnya ia menukarnya dengan yang lain. Sampai isi kedua buku berhasil diserap oleh Shem seluruhnya. Rasha lantas meletakkan kembali dua buku itu ke tempatnya.

"Hei, ini benar-benar terlalu simpel. Tidak perlu susah-payah membaca, tinggal menyebutkan yang dicari dan itu akan langsung muncul dalam pikiran." seru Shem berdecak kagum.

"Sebenarnya tidak juga. Hanya karena aku terbiasa melakukannya, jadi prosesnya mulus dan nyaman." ungkap Rasha, mengangkat bahu tak acuh. "Baiklah, karena kau sudah bisa beradaptasi. Sekarang saatnya pergi latihan ke tengah ruangan."

Bangkit dari duduk, Rasha melangkah keluar ruang pustaka bersama Shem. Dan beralih masuk ke aula luas berbentuk lingkaran. Berdiri di sisi pagar dan melongok ke lantai bawah, terdapat permukaan lantai yang didesain menyerupai setengah bola. Bermaksud agar mudah untuk bergerak.

Setengah sisi lain dari bola tertanam dalam tanah, berfungsi untuk melatih ketangkasan gerakan dalam menyerang maupun bertahan. Karena pada dasarnya bola diatur agar sensitif terhadap gerakan.

Berdiri di sisi berlawanan arena, Rasha dan Shem bersiap dalam posisi siaga tempur. Keduanya saling mengukur satu sama lain. Mengobservasi secara ketat lawan masing-masing.

Hingga suara elektronik akhirnya bergema, memberi aba-aba. "Satu ... dua ... tiga. Mulai!" Menandakan awal pertempuran.

Segera dua aura tebal bertabrakan di langit-langit arena. Menimbulkan percikan besar diikuti getaran hebat hasil dari pertukaran pertama. Setelahnya, latihan keduanya resmi dimulai.

***

Vote, Comment and Share! | IG: @izzamumtaz

Imperium Sha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang