Langkah-langkah kaki bergema dalam sunyinya hutan. Lima orang, tiga pemuda dan dua gadis kini sedang berjalan menyusuri lebatnya pepohonan. Sesekali hewan-hewan kecil, seperti kelinci atau tupai melompat-lompat melewati mereka. Gemeresik dedaunan juga nyanyian burung terkadang ikut menjadi suara latar belakang.
Kali ini perjalanan mereka mulus. Wica di depan bersama inferiornya, Ai. Diikuti Esa di tengah, dan terakhir Rasha serta Shem di baris belakang. Rasha dengan gaun putih bersulam perak di bagian sisinya, berdampingan pada Shem yang memakai sweater putih dipadu jeans berwarna kelabu. Keduanya tampak serasi dan saling melengkapi.
Mencuri pandang ke arah Rasha, ragu-ragu Shem memanggil. “Eum..., Sha?”
“Hm?” sahut Rasha samar.
“Sha?” ulangnya lagi.
“Apa?” balasnya, akhirnya menoleh heran pada Shem.
“Tidak, aku hanya memastikan kalau tadi pagi itu nyata.” jawabnya mengkonfirmasi seraya berdehem malu.
“Hei, kau ada-ada saja, Shem.” Terkekeh tak berdaya, Rasha menepuk ringan pipinya.
“Aku—”
Namun sebelum sempat menyelesaikan ucapannya, mereka bertemu dengan sekelompok besar peserta yang mengitari lingkaran transmisi di jantung hutan. Pendaran merah-kehitaman berpusar di pinggir lingkaran, membuatnya tampak misterius. Disertai suara perdebatan yang sedang terjadi, makin menambah ketegangan suasana.
Mengedarkan pandangan, Rasha mengelus dahi seraya bergumam. “Rumor tentang transmisi lingkaran di tengah Pulau Newa ternyata memang benar.”
“Tapi, rasanya itu terlalu mudah.” ucap Shem merajut alis curiga.
“Yah, memang mencurigakan.” Mengangguk setuju, netra ungunya kemudian fokus menatap ke kerumunan paling dekat dari lingkaran transmisi.
Di antara mereka, perdebatan sengit sedang terjadi. Salah seorang gadis yang sudah muak akhirnya maju dan menunjuk lingkaran transmisi. “Sudahlah, cukup! Daripada terus berspekulasi tanpa hasil. Kenapa tidak kita uji coba saja pada inferior masing-masing? Suruh mereka pergi lebih dulu, jika aman, nantinya mereka yang akan memberitahu kita. Jadi tidak perlu lagi menebak-nebak ragu.” putusnya mengusulkan kompromi.
Setelahnya selama beberapa saat hening. Semuanya tampak sedang menimbang pikiran mereka sendiri. Hingga tiba-tiba, tanpa basa-basi, seorang lelaki kasar melemparkan gadis kecil ke lingkaran transmisi tanpa belas kasihan.
“Aku setuju.” jawabnya tanpa peduli.
Segera kerumunan gempar melihat aksinya. Beberapa mengerutkan dahi tak suka, tapi lebih banyak yang mulai menyuruh atau memaksa inferior mereka untuk berebut masuk ke lingkaran transmisi.
Salah satu yang paling dekat dengan Rasha, gadis dengan dandanan heboh menyentak bahu seraya memerintah pada inferiornya---seorang laki-laki muda yang terus menunduk sedari tadi. “Kau, cepat masuk ke lingkaran transmisi! Sebelum benar-benar penuh!”
“Baik, nona.” Menunduk hormat, laki-laki muda itu lantas terdorong masuk oleh arus kerumunan inferior yang bergerak maju---saling berdempetan.
Mengetahui itu, Shem bermaksud ikut serta secara sukarela. Namun belum satu langkah berjalan, Rasha lebih dulu menahan tangannya. “Tidak perlu mengikuti mereka.”
“Tapi, Sha—”
“Kubilang tidak. Lebih baik cari jalan keluar lain jika caranya seperti itu.” ucapnya tegas, tanpa bisa dibantah. “Kita harus tetap bersama.”
“Sha..., kau memang superior yang baik.” ujar Shem tersenyum, netra kelabunya bersinar lembut memandang Rasha.
“Tidak, aku hanya malas mencari inferior lain.” sanggahnya tak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperium Sha [End]
Фэнтези"Jadilah bebas dan tak terbatas." Tentang ambisi dan dendam seorang gadis bernetra ungu misterius. Tentang hierarki mutlak dalam kekuatan superior dan inferior. Tentang benua bernama Erabru. Satu milenium telah lewat, dan kehancuran Bumi tak lagi te...