Lima Belas

1.4K 132 77
                                    

Tiba di suatu hari yang sangat berharga, 29 Februari 2032. Tanggal yang sudah di tetapkan dan semua orang tahu itu adalah hari bahagia bagi Deven dan Anneth. Ya, hari pernikahan mereka. Dari satu minggu sebelum acara pernikahan berlangsung kedua keluarga sudah sangat disibuki dengan berbagai macam persiapan.

Deven dan keluarga berangkat lebih dahulu ke gereja begitu pula Anneth dan keluarganya yang berangkat dari rumah mereka. Mereka akan akad dan menguca janji terlebih dahulu dimana ini adalah kejadian sakral dan terjadi sekali dalam seumur hidup.

"Akhirnya ya Dek? Semoga lancar dan kamu jadi cowok yang bertanggungjawab nantinya," ucap Kak Amel yang mengelus pundak Deven yang sedang duduk di depan kaca rias, dia sedang deg-degan.

"Aamiin. Makasii Kak," Deven tidak bias menjawab banyak dan tidak bias bercanda, dia tengah fokuskan pikiran dan hatinya.

Sementara keadaan Anneth dan keluarganya yang masih bersiap-siap karena mempelai wanita itu menghabiskan waktu cukup lama dalam dandan jadi sampai sekaran belum selesai. Papi dan Alvaro sudah rapih karena simple. Anneth yang masih lama kalauu mami sebentar lagi juga selesai.

Dari semalam mami menangis karena tidak terasa Anneth sudah dewasa saja dan besok akan menikah. Semalam pun mami sampai tidur bareng Anneth mereka menangis berdua di kamar berusaha saling menguatkan, tetapi tidak bisa. Sampai pagi-pagi matanya pun masih sembab, Alvaro yang melihat maminya menangis semalam juga ikut merasakan kesedihannya tapi dia ngga bisa nangis, ia hanya bisa diam dan cuek.

"Mamii cantik bangett dehh," puji Alvaro saat maminya baru selesai di dandani.

"Makasih sayangg, kamu pun anak mami yang ganteng banget," kekehnya.

"Hahaha iyalah Mi masa iya Kak Anneth ganteng,"

"Eh, iya Mami mau liat kakak kamu dulu di kamarnya," Papi dan Al juga mengikuti mami di belakang masuk ke kamar Anneth yang sudah seperti kapal pecah karena barang-barang persiapan pernikahan disana.

Anneth melihat mereka masuk ke kamar dari kaca rias. Ia tersenyum melihat keluarganya yang sangat mensupport sampai di titik ini. Tanpa sadar tetes air mata mengalir di pipi Anneth melihat mereka yang sedang menonton Anneth di dadani.

"Jangan nangis sayangg, ini hari bahagia kamu," ujar mami dengan sedikit tercekat karena menahan tangis. mami mengelus pundak Anneth. Anneth mendongkakkan kepala supaya air matanya tidak turun lagi.

"Mi, sebaiknya kita tunggu di luar ya? biar Anneth selesai dulu," bisik Papi pada Mami. dan mami mengangguk lalu keluar Bersama papi sementara Alvaro masih disitu.

Baru duduk di Kasur kakaknya, handphone Al berdering ada video call dari Deven. Alvaro langsung mengangkatnya.

"Hallo kak?"

"Hallo Dek, udah siap nih?"

"Hem udah udah lagi nunggu Kakak nih, bentar ya..." Alvaro bangkit dari duduknya dan mendekat ke Anneth berlutut di sebelahnya sambal mengarahkan kamera pada kakaknya.

"Haii princess," sapa Deven tapi Anneth mengulurkan lengannya menutup kamera hp Al.

"Malu-malu nih kak, kakaknya. Ayo kakk kasih liat kak Deven mau liat kakak tauu,"

"Jangan sekaranggg maluu ihhh," Anneth salah tingkahh.

"Yaahh yaudah kalau ngga mau kasih liat. Aku cumin mau bilang, aku deg-degan sayangg apalagi nanti di depan kamu arghhh gatauuuu hahahaha sumpah ini aku lagi dijalan menuju gereja,"

Anneth hanya senyum-senyum dan geleng-geleng memegangi dadanya yang juga berdegup kencang.

"Be careful di jalan sayangg," Anneth hanya mengucapkan kalimat itu lal menyuruh Al mengobrol saja dengan Deven.

K.I.T.A !!Last Season!! (Serial Sebuah Kisah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang