MI. 18 [ Assalamualaikum Bunda ]

78 8 0
                                    

•••

Davian memegang tangan Maura, "Gak papa kan?"

Maura yang masih bingung dengan pertanyaan Davian, apa maksudnya ini? ia masih menatap Davian, berharap ada jawaban setelahnya

"Kita ke makam Bunda dulu" Davian tersenyum, ada raut kesedihan dalam senyumnya, Maura tidak bisa mengartikan dengan jelas, yang pasti apa yang Davian rasakan ia pun ikut merasakannya

"Astatang, kok aku lupa ya"

Kini keduanya sudah berada di dekat pusara Bundanya Davian, terlihat jelas di batu nisan itu bertuliskan nama 'Nilam Ayunda', sepertinya Bundanya cantik nan ayu, sayang Allah sudah lebih dulu memanggilnya

Davian mengeluarkan bunga dari dalam tas, yang Maura lihat pertama kali adalah bunga Lily, ya bunga Lily kesukaannya

Davian mengusap batu nisan itu dengan lembut, ia tersenyum guna menutupi luka dihatinya, "Assalamualaikum bunda.."

Sebelum melanjutkan ucapannya, Davian sekilas melirik ke arah Maura yang sedang menatapnya juga. Entahlah Maura ikut merasakan seberapa sakitnya ditinggal oleh orang yang kita sayangi, terlebih beliau adalah ibu kita, ibu yang sudah melahirkan, menjaga dan membesarkan kita

Davian kembali fokus pada nisan bundanya, ia masih mengusap nisan itu, "Maaf ya Bun, Vian baru sempet jengukin Bunda lagi. Tapi Vian selalu kirim do'a kok buat Bunda. Bunda tenang disana ya, Vian baik-baik aja disini. Papah udah pulang loh Bun, Papah titip salam buat Bunda, hari ini Pap..." air yang menggenang di kelopak mata kini terjun bebas, Davian menangis

Tanpa disadari, Maura pun kini ikut menangis. Apa seberat ini beban yang Davian hadapi? apa sesakit ini yang Davian rasakan? Seseorang yang tidak suka berbaur dengan orang lain, lebih memilih dingin pada siapapun dan tidak pandang apapun untuk tidak memberikan ampun pada orang yang segan-segan mengusik hidupnya

Tangis Davian pecah, tidak biasanya Davian seperti ini jika berziarah ke makam Bundanya, tapi kali ini berbeda, dia di temani oleh seseorang yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya sampai-sampai ia berani meng-claim nya menjadi pacar

Dan, ini kali pertama Maura melihat seorang most wanted SMA nya yang terkenal dingin dan cuek, menangis sejadi-jadinya, ternyata hatinya begitu rapuh jika memperlibatkan sesuatu dengan seorang ibu

Tangis Davian mulai mereda, ia kembali menengadahkan kepalanya, mengusap sisa air mata yang ada di pipinya, kembali mengusap nisan Bundanya

"Ada kabar baik buat Bunda, Kak Ikal udah tunangan Bun, calon istrinya baik, cantik seperti Bunda. Opa juga sehat Bun, seperti yang Vian bilang, Bunda gak usah khawatir ya, kami semua baik-baik aja" Davian menarik nafas

Maura kira Davian bakal bangkit dari jongkoknya, ternyata malah tangan Davian yang ia dapatkan

Davian menoleh ke arah Maura, ia tersenyum kikuk dengan mata sembab nya, Maura pun ikut tersenyum. Tanpa persetujuan Maura, Davian berhasil menggenggam tangannya

"Ada yang Vian lupain Bun, Alhamdulillah Vian juga udah punya pacar, meskipun ga se ayu Bunda. Uniknya ada satu kesamaan antara Bunda sama dia, Bunda mau tau itu apa?" Davian kembali menoleh ke arah Maura

"Dia sama-sama suka bunga Lily Bun"

Davian mengambil bunga Lily yang disimpan disampingnya, ia meletakkan bunga itu di atas batu nisan Bundanya

Melihat itu Maura bingung, "kok gak semuanya disimpen?"

Davian tersenyum jahil, "sisanya buat lo" ia memberikan bunga itu, seraya mencium tangan Maura

Maura yang diperlakukan seperti itu, melotot kaget ini seperti bukan Davian yang ia kenal, benar-benar jauh berbeda

"Bunda saksinya ya, kalo Vian kembali jatuh cinta sama seseorang yang Vian sayang selain Bunda. Vian sama pacar pamit ya Bun, Assalamualaikum..."

•••

My ICE [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang