Mulanya, operasi tersebut berjalan mulus sesuai harapannya. Begitu menyibak tirai tenda tawanan, tiga pasang mata membelalak menyambutnya. Ia memastikan ketiga wajah di hadapannya dalam satu kedipan. Tiga orang Waisen, tiada Reibeart. Seragam merah emas mereka meyakinkan praduga Petra.
Suara riang Timothy menyapa pendengarannya. "Petra!"
Tangannya meraih pedang dari sarung. Berputar menghindari ayunan pedang, menebas punggung tentara yang pertama, kemudian, menghabisi nyawanya. Dua prajurit Albatross lainnya yang mengikuti Petra membereskan tentara yang lainnya. Petra segera memungut kunci gembok rantai dan membuka semua tawanan satu per satu.
Mereka mengucapkan paduan terima kasih. Menggumamkan rasa syukur mereka bahwa, kini, Malaikat Kematian tidak datang mencabut nyawa mereka. Ketika sampai di hadapan Olivia, wanita itu memeluknya. Menanyakan kesejahteraan anaknya. Petra meyakinkan bahwa Liam baik-baik saja dan aman, berada di tangan salah satu ibu-ibu di perkemahan. Timothy adalah orang terakhir yang ia bebaskan.
"Kau tidak kencing di celana, 'kan, Timothy?" Petra bergurau, berusaha menghilangkan kerut-kerut khawatir di wajahnya. Ini adalah kali kedua Timothy ditawan. Petra menyadari sebagian besar tawanan berusia remaja ke bawah. Lebih mudah dicuci otak, mungkin.
Timothy tidak menjawab, ia menghambur ke dalam pelukannya. Petra tidak lagi berkata sebab ia mampu merasakan hangat lembab tangis Timothy pada pakaiannya. Kedua tangan Petra, kotor oleh darah, terangkat membelai kepala mungil itu. Usapan yang menyapu bersih kesedihannya.
Benak Petra berubah awas saat dentang lonceng berbunyi. "ALBATROSS!" pekik suara itu menembus tenda. "ALBATROSS MELARIKAN DIRI!"
Tampaknya, panah tersebut tidak berhasil mematikan nyawa penjaga menara. Dalam hitungan detik, para tentara akan mendatangi mereka. Dengan minimnya prajurit Albatross—semua rencana mereka akan hancur, runtuh. Tak ubahnya air bah. Mereka tidak akan memenangkan pertarungan ini. Dan apabila mereka hendak melarikan diri, maka banyak korban akan berjatuhan. Sehingga, Petra menggesa-gesakan para tawanan untuk keluar dari tenda secepatnya. Olivia menarik Timothy dari tubuh Petra, berfirasat bahwa sesuatu yang buruk kelak menimpa mereka.
Petra mengekori rombongan dari paling belakang dan begitu menyibak tirai tenda Raphael Schiffer sudah berdiri di hadapannya. Ia mengomando pasukannya menggerubungi para tawanan yang tidak jauh darinya. Petra melihat Rhys masih teguh mengusahakan kebebasannya, menebas kepala salah seorang tentara. Namun, perkataan Lazarus bergema di benaknya bagai sebuah pertanda. Butuh seratus tahun lamanya memenangkan kebebasan ini dengan kekuatan kami yang ada.
Ribuan tebasan yang diayunkan Rhys tidak akan memenangkan pertarungan ini. Sepasukan tentara menggerubungi para tawanan. Lautan yang terdiri dari merah-emas Waisenburg dan biru-emas Reibeart. Petra tidak memercayai dirinya sendiri kala tangannya bergerak, menghunuskan pedang ke hadapan temannya, Raphael. Semangat Albatross seolah menular dan mengakar dalam.
"Rafe, aku tidak akan ragu melawanmu." Raphael bukan lawan yang mudah. Pria itu merupakan titisan Jenderal Tristan Schiffer dan ibunya, Anastasia. Dua orang yang memiliki talenta bertarung di luar nalar. Ia juga dua adik laki-lakinya, bahkan dilatih secara pribadi oleh sang jenderal, disebut-sebut kelak meneruskan gelar ayahnya. Dalam latihan duel, Petra sering kali kewalahan atas serangan serta refleks cepatnya. Namun, setelah pergelutan yang sengit, Petra selalu berhasil menumbangkannya.
"Kenapa kau membantu mereka, Petra? Ibumu mencemaskan dirimu. Ia mengirimkan satu pasukan hanya untuk menyelamatkanmu."
Mendengar Ibu disebut, pegangannya mengendur. Ia tahu, satu pertahanannya sudah runtuh. Lebih dari apapun, Petra amat merindukan keluarganya. Namun, ia harus memperjuangkan apa yang ada di depan mata. Mengapa ia memutuskan untuk berjuang bersama Albatross. Sedih dan pilu yang mereka rasakan demi memperjuangkan hak yang mereka miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRA
FantasyBakat dan kemampuan semata tidak cukup memuaskan orang-orang di sekitarnya... Petra Alexius of Reyes, putri sulung Kerajaan Reibeart hanya memiliki dua tujuan dalam hidupnya. Pertama, ia akan melindungi seluruh keluarganya, Ayah, Ibu, saudaranya--da...