Aida?

376 27 2
                                    

***

Tak terasa waktu bergulir begitu cepat. Dalam dua bulan, Pangeran melewati masa SMA nya dengan begitu baik. Meski tertinggal cukup jauh, Pangeran mampu mengejar pembelajaran hingga dia berhasil menjadi salah satu lulusan dengan nilai tinggi.

Jika saja Pangeran tak memedulikan akan kebenaran tentang mimpi-mimpinya, pasti dia akan menerima tawaran untuk kuliah di universitas ternama di London bersama Dear.

Namun, tekad pemuda ini sudah begitu bulat. Ia telah mendaftar dan diterima di sebuah Kampus yang tak jauh dari Pesantren Al-Ikhlas.

Hari ini adalah hari keberangkatan Pangeran ke Pesantren Al-Ikhlas. Barang-barang sudah dibawa ke Pesantren lebih dulu oleh Jamal sehingga kini Pangeran hanya perlu mempersiapkan diri dan membawa beberapa keperluan untuk kuliah.

Buk Rini dan Pak Yahya terlihat masuk ke dalam Kamar Pangeran ketika Pangeran sudah menggendong tasnya siap untuk berangkat.

"Ran, Jamal tadi mengabari kalau barang-barang kamu sudah dibereskan di Pesantren. Jadi, waktu kamu sampai di sana, kamu tinggal istirahat dan mempersiapkan diri untuk hari pertama ngampus," kata Buk Rini.

Pangeran menganggukkan kepala. "makasih, Mah."

"Oh, iya. Kampus kamu itu lumayan jauh dari Pesantren. Jadi, supaya nanti kamu gak pulang pergi naik angkot atau ojek, Papah kasih izin kamu bawa motor ke Pesantren." Perkataan Pak Yahya sontak menciptakan ukiran senyum di wajah Pangeran.

"beneran, Pah?" tanya Pangeran tak percaya.

"iya. Tapi, ada syaratnya. Kamu jangan buat kekacauan di Pesantren nanti!" sahut Pak Yahya bersungguh-sungguh atas perkataannya.

Pangeran mengangkat tangannya memberikan hormat patuh pada sang Ayah. "siap, Pah! Pangeran gak akan buat kekacauan lagi! Lagian sekarang kan Pangeran udah gede, masa masih bertingkah kayak anak kecil? Dan juga situasi sekarang sudah aman. Gak ada lagi bahaya yang akan mengganggu Pangeran dan orang-orang yang Pangeran sayang," ujar Pangeran.

Selama ini, setelah Pangeran mengalami kecelakaan dan terbangun dari koma, tidak ada lagi siluman-siluman atau manusia-manusia yang berniat jahat pada Pangeran ataupun orang-orang yang dekat dengannya.

Karena memang Raden Mahesa dan Nyai Kembang sebelumnya sudah Pangeran kurung di bawah tanah bersamaan dengan ditutupnya pintu menuju bumi lapisan ke tujuh.

Batara Lodaya pun juga sudah tidak pernah menampakkan diri lagi setelah kejadian malam menegangkan di Rumah Jane. Mungkin, Batara Lodaya berpikir jika Pangeran sudah mati karena kecelakaan itu.

"Kamu juga harus rajin! Harus lulus tepat waktu agar kamu bisa cepet-cepet terusin perusahaan Papah!" tambah Pak Yahya.

"iya, Pah."

"Yaudah, kamu sudah siap, kan? Sekarang cepat kamu berangkat supaya nanti sampai di Pesantrennya gak malam!" ucap Buk Rini.

"yaudah, kalo gitu Pangeran berangkat ya Mah, Pah. Doain semoga apa yang menjadi tujuan Pangeran bisa digapai dengan mudah,"

"Pasti!"

"tolong sampaikan permintaan maaf sama Mas Khaidir, Papah sama Mamah gak bisa ke Pesantren sekarang karena kita lagi ada urusan yang gak bisa ditinggalkan di sini,"

"iya, nanti Pangeran sampaikan ke Mas Khaidir." Pangeran mencium punggung tangan kedua orang tuanya dengan khidmat. "Assalamualaikum,"

"Waalaikum salam"

Pak Yahya dan Buk Rini memandangi Pangeran yang melenggang pergi. Dengan penuh keikhlasan mereka melepas Pangeran untuk melanjutkan pendidikannya. Doa serta harapan mereka panjatkan untuk keberhasilan putra semata wayang mereka.

PANGERAN ~ New Versi (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang