***
Fajar sudah menunjukkan keindahannya. Suasana pagi hari yang sejuk disertai kicauan burung semakin menambah kesan asri di Pesantren Al-Ikhlas. Banyak para santri yang mulai berlalu lalang melakukan kegiatannya.
Sementara di Pondokan si Pemuda dari Kota, tas hitam telah bertengger di punggung pemuda tersebut. Kaus putih dan celana jeans menjadi setelan yang dipakainya hari ini sesuai dengan aturan untuk melaksanakan Masa Orientasi Kampus.
telah selesai bersiap-siap, Panggeran keluar dari Pondokannya. Ia hendak mendatangi Ustad Khaidir untuk berpamitan sebelum pergi ke Kampus. Di sampingnya pun terlihat Maung Bodas yang katanya ingin menemani Pangeran selama di Kampus.
Sesampainya di depan Pondokan Ustadz Khaidir, Pangeran bertemu dengan Asma yang sedang menyiram tanaman.
"Eh, Asma. Rajin banget pagi-pagi udah nyiram tanaman. Udah cantik, rajin lagi. Pasti suami lo nanti bersyukur punya istri kayak lo," ujar Pangeran sedikit menggoda gadis itu.
"Kamu pagi-pagi udah ngegombal," balas Asma membuat Pangeran tak bisa menahan tawa.
"Mau pergi ke Kampus, ya?"
"Iya. Tapi gue mau ketemu dulu sama Mas Khaidir, mau pamitan."
Kebetulan pula pria yang hendak Pangeran datangi keluar dari dalam Pondokannya.
"Eh, itu dia keluar orangnya. Assalamualaikum, Mas!" Sapa Pangeran seraya menghampiri Ustadz Khaidir lalu menyalami tangan pria itu.
"Waalaikumsalam, Pangeran. Kamu mau berangkat?"
"Iya, Mas, saya mau berangkat ke Kampus. Mau pamitan dulu sama Mas Khaidir, sekalian mau minta maaf karena saya gak bisa bantu anak-anak santri dulu. Soalnya hari ini saya harus ada di kampus tepat waktu sebelum kegiatan ospeknya dimulai," kata Pangeran merasa tak enak hati.
Ustadz Khaidir menepuk punggung tangan Pangeran yang masih berjabatan dengan tangannya.
"tidak masalah, Pangeran. Kamu fokus saja dengan kuliah kamu. Dan Ingat pesan saya! man jadda wajada ... Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil! Kamu harus bersungguh-sungguh dalam belajar agar bisa membahagiakan papah sama mamah kamu, termasuk diri kamu sendiri."
Pangeran menyunggingkan senyum seraya mengangguk mendengar pesan dari Ustadz Khaidir. "iya, mas. Kalau begitu saya berangkat dulu, Assalamualaikum,"
"waalaikumsalam,"
Pangeran melirik Asma yang begitu fokus dengan kegiatannya. "Assalamualaikum, Asma."
Asma sontak menoleh. "Oh, iya. Waalaikumsalam."
"Semangat nyiramin tanamannya, ya!" ucap Pangeran memberi semangat pada Asma.
Asma hanya tersenyum menanggapi Pangeran.
"mohon maaf, Pangeran. Aki harus pergi karena ada suatu hal yang harus aki kerjakan. Aki akan menyusul Pangeran nanti," kata Maung Bodas.
"yaudah," sahut Pangeran bisik-bisik.
Maung Bodas lantas menghilang dari pandangan Pangeran. Sementara Pangeran segera menaiki motor dan memakai helmnya. Setelahnya, dia melajukan motornya keluar dari Halaman Pesantren.
***
Di sebuah tepi jalan, terlihat seorang wanita paruh baya tengah mendorong gerobak berisi sayuran untuk didagangkan. Suara seraknya meneriaki para pelanggan untuk datang dan membeli dagangannya.
Wanita itu tampaknya tak menyadari ada dua preman berpenampilan urakan sedang memperhatikannya di belakang. Keduanya celingukan membaca situasi sekitar. Setelah dirasanya situasi aman, mereka bergegas menjalankan aksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN ~ New Versi (Proses Revisi)
DiversosWalaupun ceritanya sudah tamat, jangan lupa votenya, ya! Mencari kebenaran tentang jati diri yang dilakukan Pangeran membawanya kembali ke Pesantren untuk membuktikan sebuah wangsit dari mimpinya. Lalu, apa yang ingin Pangeran buktikan? Lanjutan dar...