Datang untuk pergi

267 22 1
                                    

***

Motor Pangeran memasuki gerbang Pesantren. Pandangan para santri yang tengah melakukan aktivitas sempat terpaku pada pemuda itu hingga motor berhenti di lahan luas yang menjadi tempat parkir kendaraan para tamu.

Setelah menstandarkan motornya, Pangeran melepas helm yang menjadi pelindung kepala dan penutup wajah tampannya. Ia kemudian menyimpan benda tersebut di jok motor dan melenggang menuju Pondokannya untuk menyimpan tas serta beristirahat sejenak.

Saat asik berjalan sambil memerhatikan aktivitas para santri, pandangan Pangeran tiba-tiba tertuju pada sosok yang mengintip di balik pohon. Awalnya Pangeran tak bisa melihat wajah sosok itu dengan jelas, akan tetapi semakin dia menajamkan pandangan, wajah sosok itu semakin jelas terlihat.

"Aida?" Sebut Pangeran. Seketika saja sosok itu berbalik dan menjauh.

"Aida!" Pangeran menyeru, berharap sosok Aida berhenti. Namun, kenyataannya berbeda. Laju lari sosok itu semakin cepat.

Pangeran bergegas mengejar. Hal itu membuat Pangeran yakin, jika sosok itu benar-benar Aida. Bukan lagi mimpi ataupun khayalan semata.

Aida memasuki pondokan Anjani menembus pintu yang tertutup. Pangeran menyusul dengan perasaan tak karuan. Dia hendak membuka pintu pondokan, tetapi ternyata pintu nya sudah lebih dulu dibuka oleh Anjani yang akan keluar.

Melihat Pangeran yang tiba-tiba ada di balik pintu membuat langkah Anjani mundur karena terkejut. Omelan pun keluar dari mulutnya. "Astagfirullah, Pangeran! Kamu tuh bikin kaget aja tau! Kamu ngapain sih berdiri di depan pintu?"

"itu ... Aida! Gue lihat Aida di depan tadi. Waktu gue samperin, dia lari. Dan dia lari masuk ke sini," Pangeran menjawab dengan napas yang terengah-engah.

"Kak Aida?" Anjani menolehkan kepalanya ke belakang sesaat, mencari orang yang Pangeran bicara. Namun, ruangan itu kosong. "Kamu berkhayal kali! Aku gak lihat Kak Aida masuk! Lagian kamu tahu sendiri 'kan? Kak Aida udah lama hilang!"

"gue gak ngayal, Anjani! Gue bener-bener lihat Aida. Dia masuk kesini pas gue kejar tadi! Apa jangan-jangan lo udah ketemu sama dia terus lo umpetin dia?!" Tuduh Pangeran. Matanya menatap Anjani penuh kecurigaan.

Kecurigaan itu mendatangkan layangan tangan mengenai pundak Pangeran membuat Pangeran meringis kesakitan.

"heh! Jangan fitnah, ya! Buat apa aku sembunyiin Kak Aida?" Balas Anjani, kesal.

"halah! Lo boong kan! Udah mending lo minggir! gue mau ketemu sama Aida!" Pangeran mengabaikan rasa sakit di pundaknya akibat pukulan Anjani. Dia ingin masuk ke dalam Pondokan gadis itu, tapi tentu saja dia tak dibiarkan masuk.

"gak boleh! Gak percaya banget sih. Di dalam gak ada Kak Aida! Udah, mending kamu pergi!" usir Anjani sembari mendorong tubuh Pangeran hingga pemuda tersebut terjajar mundur beberapa langkah.

"lo yang gak percaya sama gue! Gue bener-bener lihat Kakak lo masuk ke dalem! Gue gak akan pergi sebelum gue buktiin kalo Kakak lo ada di dalem!" kekeh Pangeran.

Anjani berkacak pinggang melihat Pangeran yang bersikeras untuk masuk. "ngeyel banget sih! Udah dibilangin di dalem gak ada Kak Aida! Kamu mau pergi sekarang atau aku tendang kamu!"

"Bodo' amat! Udah, minggir!" Pangeran tak mendengarkan ancaman Anjani. Dia kembali melangkah untuk masuk ke dalam Pondokan. Namun, Anjani kembali menghalanginya.

"Aku gak akan biarin kamu masuk! Gak sopan tau, gak? ini pondokan santriwati, Santri laki-laki dilarang masuk!"

"minggir gak?" Pangeran menatap tajam gadis di depannya, memberikan gertakan melalui tatapan mata.

PANGERAN ~ New Versi (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang