Kedatangan Mega

265 22 3
                                    

***

Anjani dan Asma yang tadinya hendak pergi ke dapur, harus mengurungkan niatnya untuk datang dan melihat keributan yang disebabkan oleh geng motor teman-teman Mega.

Bukan hanya Anjani dan Asma. Semua santri dan santriwati juga berhamburan  datang untuk melihat keributan itu.

"waduh man! Pesantren kita di serang geng motor man!" Rojali dan Iman saling berpelukan untuk mengurangi rasa takut mereka.

"mas, piye iki?" tanya Iman pada Adipati.

Pandangan Adipati terus memperhatikan keempat pengendara motor besar yang masih memperlihatkan aksinya. "kalian tenang aja! Saya yakin mereka pasti teman-temannya si Pangeran semut rangrang itu! Waktu itukan teman-temannya pernah kesini bikin keributan juga!" sahut Adipati penuh keyakinan.

"yaallah, Mega ... Ngapain sih dia kesini bawa temen-temen geng motornya? " Asma merancau di dalam hati.

"Mereka siapa sih? Bikin keributan aja," Anjani menatap nyalang satu persatu mengendara motor itu.

"Mega! Stop!" Asma berteriak menghentikan aksi geng motor tersebut. Hal itu membuat tatapan semua orang beralih padanya.

Keempat pengendara motor itu membuka helm. Benar saja, salah satu dari mereka adalah Mega. Mata gadis ini terbelalak ketika melihat Asma. Gegas saja dia turun dari motornya dan berlari menghampiri Sang Kakak.

"Kak Asma ... "Senyum terukir di wajah Mega. Akhirnya setelah dua bulan dia dapat melihat kembali Sang Kakak.

"kamu ngapain kesini, Mega? Kenapa kamu bawa temen-temen kamu dan bikin ulah di sini? Kamu tahu gak? Karna ulah kamu, santri-santri di sini jadi gak nyaman!" tegur Asma dengan berbisik.

"Aku gak peduli, Kak! Tujuan aku datang ke sini karena Aku mau bawa pulang Kak Asma!" Mega tak menghiraukan teguran Asma. Tangannya terulur meraih lengan Asma dan menariknya. Akan tetapi, Asma tak bergerak sedikitpun dari tempatnya.

"Kakak gak bisa ikut kamu, Mega! Kakak masih mau disini!"

"Kakak pokoknya harus ikut Mega pulang! Mega udah ketemu sama seseorang yang bisa hilangin sihir dari badan Kakak! Ayo, kak!"

Mega kembali menarik tangan Asma memaksa untuk pergi bersamanya. Sedangkan Asma berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan genggaman Mega dari tangannya.

Melihat Asma membutuhkan bantuan, Anjani segera melepaskan genggaman Mega dari Asma. "Kalo Kak Asma gak mau ikut, jangan dipaksa! Mungkin Kak Asma nyaman di sini!"

Mega melirik Anjani dengan tatapan nyalang. "lo siapa, hah? Gue adiknya, jadi terserah gue mau maksa dia atau ngga! Mendingan lo minggir deh, cewe kampung!" ejek Mega seraya mendorong bahu Anjani.

"Kamu tuh gak punya sopan santun ya! Udah dateng kesini bikin keributan, terus ngejek orang. Bener-bener beda ya kelakuannya sama Kak Asma!" Emosi Anjani mulai tersulut.

"gak usah sok tau lo! Kak Asma dulu juga kayak gue, bergajulan! Cuma sekarang dia berubah gara-gara ada sihir yang buat dia kayak gini!"

"Mega, cukup! Mendingan kamu pulang! Bawa temen-temen kamu! Kakak gak akan ikut kamu! Kakak masih mau di sini," Asma mengusir Mega. Jika Mega terus ada di Pesantren, pasti akan terjadi keributan yang besar.

PANGERAN ~ New Versi (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang