***
Setelah kejadian keributan itu, Asma mendatangi Ustadz Khaidir ke Pondokan pria tersebut. Kedatangannya disambut hangat oleh sang Ustadz.
Asma duduk di kursi yang berhadapan dengan Ustadz Khaidir dengan meja sebagai pembatas keduanya.
"Maaf sudah mengganggu, Mas." Asma tertunduk malu mengingat kedatangan Mega menjadi sebuah keributan di Pesantren ini.
"Sudahlah. Apa yang terjadi tadi kita lupakan saja," balas Ustadz Khaidir tak ingin memperpanjang masalah tersebut. "Apa kedatangan kamu ke sini hanya untuk membicarakan masalah itu?" Tanyanya.
Sontak Asma menggelengkan kepala. "Saya ingin meminta bantuan, Mas."
***
Pangeran terlihat duduk bersandar di bawah pohon merenungkan semua masalah di dalam hidupnya. Terasa hidup begitu sulit untuk dijalani oleh Pangeran.
Perasaan semua baru saja berjalan seperti yang diharapkan, tetapi sekarang masalah mulai kembali berdatangan.
"kenapa banyak banget masalah di hidup gue sih? Kenapa masalah terus aja dateng? Masalah soal Aida belum kelar, sekarang masalah si Mega!" Pangeran berkata lirih sembari memandangi luasnya langit yang tampak cerah.
"Si Mega pake ngotot mau buktiin gue guna-gunain nyokap sama Kakaknya segala! Orang gue gak lakuin semua itu! Tapi kalo dia berusaha nyari bukti, nanti dia malah tahu semua rahasia gue! Aduh ... Cukup si pala bohlam aja yang tau tentang rahasia gue!" gerutu Pangeran.
"kenapa masalahnya berat banget Ya Allah ... " Lanjutnya dengan nada yang lemah.
Pangeran meluruskan kakinya agar terasa semakin nyaman. Benar saja, beberapa saat kemudian dia menguap tanda mengantuk.
"tidur disini enak kali." Pangeran mulai memejamkan mata berharap ketika dia terbangun nanti semua masalah selesai.
Di balik pohon, terlihat Anjani menghentikan langkah ketika tak sengaja melihat Pangeran yang tengah tertidur. Sebuah ide muncul menyebabkan senyumnya tersungging.
Anjani celingukan mencari sesuatu untuk menjahili Pangeran. Sampai kemudian pandangannya mendapati seekor laba-laba di pohon.
Anjani meraih laba-laba itu dan melemparnya pada Pangeran hingga berlabuh tepat di pundak laki-laki itu.
Pangeran yang belum terlalu pulas merasa ada sesuatu yang jatuh dipundaknya. Perlahan dia mengambil hewan tersebut. "apaan nih?"
Ketika membuka mata, kedua mata Pangeran terbelalak. Dia seketika menjerit dan langsung melempar laba-laba itu.
"Ah, Laba-laba! Tolong! Ih, geli banget! Tolongg!" Teriak Pangeran sembari memeluk pohon.
Anjani tertawa puas melihat Pangeran yang ketakutan. Dia lantas menghampiri Pangeran dengan tawa yang tak mampu dia hentikan.
Pangeran melirik Anjani. "ngapain lo ketawa? Heh! Bantu gue!"
"aduh, Pangeran. Aku pikir kamu udah gak takut sama Laba-laba. Tapi ternyata nyali kamu masih ciut sama hewan kayak gitu. Haha!" Anjani kembali terbahak. Dia memegangi perutnya yang terasa keram akibat terus tertawa.
"eh, malah ngejek gue! Oh, ini pasti ulah lo kan? Lo sengaja lempar tuh laba-laba ke pundak gue kan?" teriak Pangeran.
"ululuhh anak mamih udah pinter," balas Anjani meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN ~ New Versi (Proses Revisi)
AcakWalaupun ceritanya sudah tamat, jangan lupa votenya, ya! Mencari kebenaran tentang jati diri yang dilakukan Pangeran membawanya kembali ke Pesantren untuk membuktikan sebuah wangsit dari mimpinya. Lalu, apa yang ingin Pangeran buktikan? Lanjutan dar...