Episode 15

4.1K 208 14
                                    

Hari ini telah ditetapkan sebagai pernikahan Karin dan Adam, begitu juga dengan Baim dan Nana.

Seminggu setelah caci-maki yang dilontarkan, Hamdan tak ingin menunda- nunda lagi.

Sejak hari itu, sosok Karin yang dulu seolah tak pernah lagi ada. Digantikan perempuan yang nyaris tanpa ekspresi, sedikit bicara, dan tak mau lagi mendengar apa kata orang.

“Gimana penampilan Nana, Mbak?” Perempuan itu berdiri di hadapan Karin, sesekali memutar tubuh semampainya yang terbalut kebaya berwarna putih gading dengan aksen
payet sederhana, tapi terlihat elegan. Rambutnya disanggul modern, menyisakan anak-anak rambut yang terjuntai di kedua sisi wajah oval yang beberapa waktu belakangan sedikit berisi.

Karin menatap pantulan dirinya dalam cermin di kamar luas bernuansa gold ini, lalu menyunggingkan senyum kecil.

“Cantik, cantik banget, Na!”

Jelas, rona bahagia itu begitu kentara terpancar dari mata perempuan yang baru menginjak tujuh belas tahun tersebut, berbanding terbalik dengan perasaannya. Aneh memang.
Dipersunting lelaki dari kalangan atas dengan wajah tampan harusnya menjadi kebanggaan tersendiri, bagai mendapat durian runtuh. Tapi kenyataan dia tidak mendapatkannya
secara cuma-cuma, melainkan bisa dibilang mencurinya.

“Hey, kenapa? Mbak juga cantik banget, kok. Kebaya ini juga cocok.”

Nana berjalan mendekat dengan sorot mata khawatir.

“Nggak apa-apa, kok, Na. Mbak cuma sedikit ragu aja,” dalih Karin.

Nana tampak terdiam sesaat. Dia menangkup wajah Karin, lalu tersenyum. “Nggak apa-apa, Mbak. Mas Adam orang baik, kok, walaupun tempramennya buruk. Nana udah
lama kenal dia. Percaya sama Nana.”
Karin tak membalas senyumannya, tapi hanya meraih jemari lentik itu, lalu menangkupnya bersamaan.

“Ya, Mbak percaya sama kamu, Nana.”

Bohong! Jangankan pada perempuan licik ini, untuk sekarang Karin bahkan tak bisa mempercayai dirinya sendiri.

Setelahnya, mereka berangkat ke lokasi akad yang letaknya berseberangan. Membagi dua rombongan yang salah satunya terdiri antara Ayah dan Ibu, juga para kerabat.

Sudah bisa dipastikan ke mana kedua orang tua Karin itu akan hadir.
Sedangkan dia harus puas dengan hanya dihadiri Atikah dan Haris, juga rombongannya yang hanya terdiri dari dua mobil.

***

Malamnya, resepsi dilaksanakan di hotel yang sama, tapi ballroom yang berbeda. Nana dan Baim di lantai 11, sedangkan Adam dan Karin di lantai 21.

Sembari menunggu tamu, karin pamit menuju toilet. Di sana dia menatap pantulan dirinya dalam cermin. Polesan make up tentu tak bisa menutupi luka yang tersembunyi di
balik wajah ini. Karin tak menyangka, dia bisa menikah dengan seseorang yang sama sekali tak diinginkannya. Melakukan sandiwara murahan, hanya demi keuntungan pihak-pihak
tertentu.

Kehidupan macam apakah yang sudah menantinya di kemudian hari?

Takdir kejam apa yang sudah Tuhan siapkan untuknya kelak? Tak cukupkah semua yang telah dia jalani
ini?

Tanpa sadar, sebulir bening jatuh membasahi pipinya. Dia menggeleng kuat.

“Nggak. Apa pun yang terjadi, mulai sekarang aku nggak akan nangis lagi.” Yakinnya pada diri sendiri.

Karin menyeka air matanya, lalu buru-buru beranjak. Tanpa diduga, seseorang sudah menunggunya di luar.

“Mas Baim!” Perempuan itu tampak terkejut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TUKAR RANJANG (Sudah Terbit ✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang