Chapter Sebelas

1.1K 166 33
                                    

Malam semakin larut, namun matanya enggan menutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam semakin larut, namun matanya enggan menutup. Perlahan jemarinya meraba bibir yang tadi tanpa malunya menyentuh bibir orang yang selama ini ia benci.

Masih terasa manisnya ciuman di taman tadi. Dan sialnya membuat jam tidur Jisung terganggu. Bahkan jam sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi. Jisung memilih keluar dari kamarnya. Ia menghidupkan salah satu lampu di luar ruangan tempat latihan itu.

Naik ke atas ring segera untuk duduk disana. Mengatur nafas berulang kali untuk menenangkan dirinya sendiri. Tangannya meraba lantai ring tersebut. Memejamkan matanya sebelum ingatannya menemukan memori acak.

Flashback.

Kisah Jisung tidak semulus anak lainnya. Saat ia masih kecil sekitar usia 4 tahun, ibunya meninggal bunuh diri karena depresi.

Saat itu Jisung hanya menangis di samping mayat ibunya hingga tetangga berdatangan. Beruntung keluarga ayahnya akhirnya mengadopsi Jisung. Jisung di besarkan bersama bunda dan kakak lelaki yang membencinya.

Ya, awalnya kehadiran Jisung sangat di benci. Hingga Jisung sama sekali tidak dirawat dengan baik. Tetapi ia tidak pernah mengeluh dan bahkan hanya diam saat dibentak jika melakukan kesalahan.

Hingga pertama kalinya ia bertemu Hyunjin saat berumur enam tahun, disanalah semuanya berubah. Mama Hyunjin yang memang tau kisah di keluarganya justru merasa iba pada Jisung. Meski perbuatan ibu dan ayahnya salah, tetapi Jisung tidak tau apapun.

Mama Hyunjin lah yang berinisiatif ingin menjodohkan Hyunjin dengan Jisung saat mereka dewasa nanti. Awalnya, bunda Jisung merasa aneh dan bahkan tertawa mendengar keinginan mama Hyunjin. Namun, ia tetap menyetujui usul tersebut.

Mereka di pertemukan pada akhirnya, namun Hyunjin mengatakan ketidaksukaannya pada Jisung di depan keluarganya juga keluarga Jisung.

"Hyunjin tidak mau berteman dengannya. Dia kotor dan bau, ma. Anak itu juga bukan anak keluarga ini kan? Dia juga membunuh ibunya, Hyunjin tidak mau berteman dengan seorang pembunuh, ma."

"Hyunjin! Jaga ucapan kamu." Bentak mamanya yang jelas merasa malu.

Jisung kecil yang pertama kali mendengar kata itu perlahan menangis, sangat keras. Bahkan ia berteriak di depan semua orang yang ada disana.

"Jisung gak bunuh ibu. Ibu larang Jisung memakan roti itu. Ibu tidak mau pergi ke surga sama Jisung. Ibu benci pada Jisung." Racaunya karena jelas mengingat ucapan ibunya sebelum meninggal.

Tangisnya membuat orang-orang dewasa yang ada disana bungkam. Hingga tangan yang pertama kali membuat tangisnya mereda adalah tangan bundanya. Kebenciannya pada Jisung seolah luntur saat mendengar tangis pilu anak itu.

Ya, matanya selama ini telah terbutakan rasa benci akan perbuatan suaminya. Hingga lupa jika tubuh yang kini dalam pelukannya, lebih lemah darinya dan membutuhkan kehangatannya.

My Brother's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang