Ada begitu banyak kisah di dunia ini. Kisah suka, duka, kepahitan, canda tawa dan penderitaan. Ada senyuman yang menyimpan semua kesedihan. Banyak juga diantaranya yang bersandiwara.
Semua orang merasakan yang namanya lelah, muak, letih, dan kadang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"Ayah, Bunda ... Tara ke sekolah dulu, ya."
Nama lengkapnya adalah Asterio Stargo Jumantara. Lelaki pemilik senyum hangat itu berpamitan dengan kedua orang tuanya sebelum berangkat menuju ke sekolah. Memberikan senyuman tulus kepada kedua orang tuanya.
"Belajar benar-benar di sekolah ya, Nak. Jangan lupa kalau istirahat ke kantin biar kamu makan di sana. Lihat aja, badanmu udah kurusan gitu," balas sang ayah.
Tara terkekeh kecil sebagai balasan dari perkataan sang ayah. Sedangkan Bundanya hanya mengulum senyum seraya mengelus surai hitam putra tunggalnya itu.
"Dikit lagi kamu udah kelas 12, loh. Harus banyakin belajar daripada mainnya, ya?" Lagi, sang ayah memberikan nasihat kepada Tara.
Di antara Ayah dan Bunda yang sering menasehati Tara ialah ayahnya. Tara juga bingung mengapa ayahnya itu seperti ibu-ibu yang ada di komplek tempat tinggalnya, suka berbicara, dan terlalu menggebu-gebu sedangkan Bundanya lebih banyak diam. Walau demikian, menurut Tara itu adalah suatu keunikan yang harus dirinya syukuri.
"Iya, Yah."
"Udah sana sana! Pergi kamu sana hush!"
Tara lagi-lagi terkekeh kala ayahnya melucu disaat yang tidak tepat. Jiwa humoris ayahnya kumat lagi. Padahal Tara harus segera berangkat ke sekolah.
Tara mengangguk kemudian berjalan menuju motor berwarna biru yang sedari tadi terparkir di halaman rumah.
Hari ini, cuaca mendung, membuat banyak orang lebih banyak berdiam di rumah. Sedangkan para pelajar harus berangkat ke sekolah meski rasa malas mendampingi mereka, ya mau bagaimana lagi, sudah sekolah saja mereka masih bodoh, apalagi tidak sekolah.
Senyuman Tara lambat laun memudar, laju motornya juga memelan sebab sebentar lagi sampai sekolah.
Hari terbilang masih sangat pagi, tetapi sudah banyak anak yang duduk berkelompok di sekolah. Yap, semuanya anak rajin, beberapa sangat ambis, termasuk Tara. Si Asterio itu menghabiskan setengah jam istirahatnya untuk membaca beberapa buku pelajaran di perpustakaan, tak ada waktu bermain menurutnya. Akhir-akhir ini nilainya turun, itu juga berefek pada napsu makannya, bahkan hanya untuk sesendok nasi Tara malas memakannya saat ini.
Dua hari lalu, Tara ikut seleksi Olimpiade Fisika. Dan tahu apa? Dia tidak terpilih. Tidak dapat dipungkiri kalau perasaan sedih menghampiri tapi mungkin memang Tara saja yang belajarnya kurang giat. Iya, kurang giat, seharusnya dia tidak bermain sepulang sekolah melainkan belajar, seharusnya dia mendengarkan apa yang guru terangkan dengan seksama.