Emotional Days (2)

49 16 0
                                    

Ucapan Bentala terhenti, lelaki berumur tujuh belas tahun itu mendengus keras seraya terkekeh kecil, berusaha menyembunyikan air mata kepahitan agar tak ada satu orang pun yang mengetahui bahwa dirinya begitu lemah.

"Udah terlahir dari keluarga yang bisa di bilang gak mampu, dikeluarin dari sekolah, dan ... lebih parahnya lagi ... Bapak gue di pecat dari pekerjaannya ...."

Harley tertawa mengejek seraya berkata. "Mungkin, Bapak lo kerjanya gak becus. Makanya dipecat."

Bentala lagi-lagi mengembangkan senyumnya. Dia sadar betul bahwa dirinya dan kedua orang tuanya adalah keluarga kecil miskin yang setiap harinya mendapatkan ejekan dari orang-orang yang ada di sekitar mereka.

Gadis satu-satunya diantara kedua belas lelaki itu memandang Bentala dengan raut kesedihan. Dia merasa kasihan dengan takdir hidup Bentala.

"Tapi ... lo masih mendapat kasih sayang dari kedua orang tua lo, kan?" ujar Galaxy.

Kedua manik bersinar milik Galaxy memandang kesebelas lelaki yang ada di sekitarnya. Dan terakhir ia memandang sang adik lalu mengelus surai sang adik.

"Walau lo terlahir dari keluarga yang gak mampu ... tapi orangtua lo gak membiarkan anaknya bekerja, kan?" tanya Galaxy sambil mengalihkan tatapannya dari Jupiter ke Bentala yang sekarang bungkam.

Dan lagi manik matanya menatap lelaki lain di antara mereka.

"Lo!" Galaxy menunjuk Harley.

Sedangkan lelaki yang ditunjuk oleh si gadis hanya mengernyit keheranan.

"Pernah kerja jadi pelayan kafe?" tanya Galaxy.

"Ck, gak pernah," jawab Harley terdengar tidak minat.

"Pernah kerja di toserba?"

Harley hanya terdiam kala Galaxy bertanya lagi kepadanya.

Galaxy menganggukkan kepala sambil mengulas senyum lebar.

"Gue rasa ... hidup kalian jauh lebih enak daripada hidup gue," kata Galaxy dengan suara lirih.

"Maksud lo?" tanya Bentala yang mendapat respon berupa tatapan yang mengandung kesedihan dari Galaxy.

"Lebih baik gue hidup miskin tapi masih dapat kasih sayang orangtua daripada hidup berkecukupan tapi ... hiks ... hiks-hiks, tapi--hiks, hiks ...."

"Xy ..."  Komet yang daritadi sudah diliputi kesal menjadi cemas kala mendengar isakan yang terdengar menyakitkan hatinya dari sang sahabat. Komet langsung merengkuh tubuh gadis mungil tersebut seraya mengelus surai sebahunya.

"Ah Xy, jangan nangis gitu dong. Entar gue juga ikutan-ikutan nangis nih," kata Lintang sembari menepuk pelan lengan kanan Galaxy.

Komet melepaskan Galaxy dari rengkuhannya namun gadis itu masih nampak menahan isakannya.

"Kak Axy," panggil Jupiter dengan suara lirih sambil menatap Galaxy dengan mata yang berkaca-kaca.

Angkasa bergumam, "Perasaan cewek gemesin itu gak nangis kek gitu loh tadi pas ngomong sama gue. Kok ... tiba-tiba--

Callisto memukul lengan Angkasa karena rasa kesal yang mulai meliputi dirinya.

"Lo gak tau perasaan dia sebenernya gimana. Jadi, jangan lihat dari luarnya aja."

Angkasa berdecak sambil mengelus lengannya yang tadi sempat di pukul Callisto.

Orion yang juga melihat Galaxy yang terisak hanya bisa bungkam. Jujur saja kala dia melihat sang pujaan hati terisak, hatinya seakan tercubit. Dia tak menyangka bahwa sosok gadis tangguh itu bisa jadi sosok yang lemah.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang