-Horizon Swastamita-
***
Horizon Swastamita menengok ke arah kaos berwarna putih yang kini ia pegang lalu berganti menengok seorang bocah laki-laki berumur enam tahun menundukkan kepala seperti orang yang merasa bersalah.
"Kenapa kopinya bisa sampai jatuh ngenain baju kakak, hm?"
Suaranya yang terdengar sangat lembut membuat anak kecil mendongak, mata bulat nan besar milik anak kecil sedikit berkaca-kaca, bibir merah nan mungilnya mengerucut.
"Maaf kak, Devan gak sengaja. Tadi ... tadi ... Devan ngantarin kopi buat kakak sambil lari-lari dan akhilnya Devan jatuh dan kopinya ngenain baju kak Hori.''
Horizon menyunggingkan senyuman lebar. "Kakak tau, kok gimana kejadiannya." Lalu dia berjongkok, menyamakan tingginya dengan si bocah.
"Katanya kamu jatuh? Ada yang luka, gak?"
Devan tersenyum seraya tertawa kecil. Ia menunjuk siku tangan kanannya yang terdapat sedikit memar merah.
"Gak luka, cuman sakit aja."
Horizon terkekeh seraya meniup siku kanan si bocah. Kemudian mengacak surai si bocah karena gemas.
"Biar cepet sembuh sakitnya," kata Horizon.
"Iya, kak. Eum ... sekali lagi maafin Devan yah ..."
"Eh, kenapa minta maaf lagi?"
"Takut aja kakak marah sama aku."
Horizon menggelengkan kepala seraya mengelus kedua pipi tembem milik Devan.
"Kakak udah maafin kamu. Tenang aja," kata Horizon, "Kakak nanya kayak tadi cuman pengen tahu apa kamu jujur atau enggak. Dan ternyata kamu jujur dengan apa yang kamu buat. Dan kakak suka kalo kamu ngakuin kesalahan kamu."
Horizon menghentikan ucapannya sebentar kemudian berkata lagi, "Kakak juga salah di sini. Naruh bajunya malah di lantai bukan di lemari. Terus air mineral yang tumpah gara-gara kakak belum kakak keringin dan akhirnya kamu terpeleset dan jatuh. Maafin kak Hori juga, ya?"
Devan tertawa sambil tersenyum lebar. Dengan gemasnya anak kecil itu mengacak surai kakak laki-lakinya lalu berkata, "Gak papa, kak. Pada intinya kita sama-sama ada salah, hehe."
Horizon mencubit pipi Devan. "Kamu mirip kakak pas masih kecil."
"Iyalah aku kan adiknya kak Horizon!"
Horizon menganggukkan kepala disela tawa kecilnya, "Udah sana kamu main sama temen-temenmu. Kakak ada urusan."
"Tapi sebelum aku main, mau ku antar kopi kesukaan kak Hori mau?"
"Gak usah, dek. Udah main aja sana."
Devan bersorak gembira seraya mencium pipi sang kakak yang masih berjongkok dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FanfictionAda begitu banyak kisah di dunia ini. Kisah suka, duka, kepahitan, canda tawa dan penderitaan. Ada senyuman yang menyimpan semua kesedihan. Banyak juga diantaranya yang bersandiwara. Semua orang merasakan yang namanya lelah, muak, letih, dan kadang...