Kelas 1-A.
Aku mengikuti Fujita-sensei dari belakang. Fujita-sensei masuk lebih dahulu. Aku menunggu di depan pintu masuk. Aku mengintip dari celah pintu, siapa saja yang ada di kelasku.
"Selamat pagi, semua!" Seru Fujita-sensei dengan ceria. Beliau langsung masuk dan aku bisa melihat beberapa murid tidak siap dengan kehadiran Fujita-sensei. Fujita-sensei adalah guru sejarah dunia dan wali kelas 1-A. Kebetulan sekali, pelajaran pagi ini adalah sejarah dunia.
"Selamat pagi, Sensei!"
Fujita-sensei meletakkan bukunya di atas mejanya lalu memberikan aba-aba supaya kelas tenang.
"Pagi ini, ada murid baru yang akan masuk ke kelas ini."
Wah, suasana kelas tetap tenang.
"Mari masuk, Kuroko-san." panggil Fujita-sensei.
Aku masuk ke dalam kelas. Gugup dan tegang. Sebagai seorang introvert, aku agak risih harus berdiri di hadapan banyak orang. Apa yang harus kukatakan, bagaimana kalau salah bicara, apakah aku sudah menggosok gigiku pagi ini, dan semua pikiran aneh mulai memenuhi kepalaku.
"Silakan perkenalkan dirimu, Kuroko-san."
"Ah. Baik. Terima kasih, Fujita-sensei." kataku membungkuk dan menghadap 'teman-teman' baruku. "Selamat pagi. Saya Kuroko Risa. Salam kenal." kataku singkat.
Aku tidak mengharapkan banyak sambutan. Itu jauh lebih baik.
"Baik... Kuroko-san, kamu duduk di....hmm.." Mata Fujita-sensei menari mengelilingi kelas. "Ah, di sana kosong." Mataku mengikuti mata Fujita-sensei. "Kuroko-san, kamu duduk di bangku paling belakang di dekat jendela, ya."
"Baik, sensei." jawabku. Lalu berjalan menuju bangku sesuai arahan Fujita-sensei.
Jendela di bagian belakang sedikit dibuka. Aku bisa merasakan angin segar melalui celah itu.
"Ah..segar.." Aku tersenyum puas dengan lokasi tempat dudukku. Aku bisa melihat papan tulis dengan cukup jelas. Cahaya hangat matahari pun sampai padaku. Ini lebih dari cukup.
Aku menoleh ke sebelah kiriku. Seorang pemuda dengan rambut berwarna crimson red menyala dengan mata tajam dan cukup dingin, duduk sambil membaca bukunya. Di belakangnya, duduk seorang pemuda dengan tubuh besar berambut hijau. Keduanya persis seperti hiasan natal kalau duduk berdekatan seperti itu.
Sadar aku mengamatinya, pemuda berambut merah itu menoleh padaku dan tersenyum. Sementara pemuda berambut hijau hanya menundukkan kepalanya dan memalingkan wajah ke depan kelas.
Hm. Okeee..Sambutan agak dingin dan seadanya. Mungkin karena masih jam pelajaran, ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara. Mungkin tunggu kelas ini berakhir.
Kelas sejarah adalah kelas yang sangat menyenangkan. Fujita-sensei sangat pintar dalam menerangkan hal-hal yang tidak menarik. Aku banyak mencatat dan sangat menikmati kelas ini.
Kelas berikutnya adalah matematika. Ada jeda 15 menit sebelum kelas berikutnya dimulai. Setelah Fujita-sensei keluar, pemuda berambut merah di sampingku menoleh padaku, juga pemuda dingin berambut hijau di belakangnya.
"Hai." Kataku pada mereka berdua.
"Hai." Kata keduanya bersamaan. Membuatku geli.
"Jadi, apakah kamu ada hubungan keluarga dengan Kuroko Tetsuya?" tanya si rambut merah ramah. Dia tidak sedingin sebelumnya.
"Tetsuya? Dia..sepupuku." jawabku. Aku terkejut, mereka mengenal Tetsuya.
"Oh, jadi kamu sepupunya Kuroko." kata si rambut hijau. Di dekatnya ada boneka panda kecil. Lucu sekali.
"Iya." aku mengangguk.
"Aku tidak tahu kalau Kuroko memiliki sepupu." Kata si rambut merah pada si rambut hijau.
"Kalian, kenal Tetsuya?"tanyaku. Keduanya menoleh padaku.
"Kami satu tim basket dengan Kuroko."kata si rambut hijau,
"Kami temannya Kuroko." kata si rambut merah.
"Oh..begitu." Aku mengangguk-angguk.
"Aku Akashi Seijurou." kata si rambut merah. mengulurkan tangannya. Aku cukup terkejut melihat pemuda yang sangat sopan di depanku, selain Tetsuya.
"Aku Kuroko Risa." Aku membalas jabatan tangannya. Aku melirik temannya yang berambut hijau. Dia menaikkan kacamatanya.
"Aku Midorima Shintarou." katanya si rambut hijau mengulurkan tangannya. "Karena Akashi sudah menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan, aku juga melakukan hal yang sama."
Ah!
Dia Tsundere.
Aku tersenyum geli melihat Midorima yang mengalihkan matanya. Aku menjabat tangannya.
"Salam kenal, Midorima-san."
Dia mengangguk. Akashi hanya tertawa kecil melihat tingkah temannya.
Mereka berdua sepertinya baik. Tetsuya tidak mengatakan apa-apa tentang mereka. Mungkin aku akan menanyakannya saat istirahat nanti siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Story about Us
FanfictionSebuah fanfiction! Kisah seorang gadis bernama Kuroko Risa yang tinggal bersama Kuroko, sepupunya, setelah kematian kedua orang tuanya. Hidupnya semakin berwarna setelah bertemu Kiseki no Sedai. Disclaimer: I don't own Kuroko no Basket story. Im jus...