Hai (3)

24 1 0
                                    

Pelajaran matematika tidak kalah menyenangkan.

Kenapa pagi ini sepertinya berjalan dengan sangat baik, ya?

Aku tak bisa berhenti tersenyum. Sambil meng-humming-kan lagu "Not Today"-Imagine Dragon, grup band asing kesukaanku, aku memasukkan buku matematikaku ke dalam tas. Pelajaran berikutnya adalah pelajaran bahasa Inggris, tetapi kelas dibebaskan karena ada rapat guru sampai waktu istirahat. Sebagai gantinya, kami ada tugas yang harus dikerjakan.

"Kami mau ke perpustakaan." kata Akashi-san padaku. "Kuroko-san, mau ikut?" tanyanya lagi.

"Tidak, terima kasih. Aku di sini saja." kataku menolak halus.

"Baik, sampai ketemu di jam pelajaran berikutnya." kata Akashi lalu keluar meninggalkan kelas diikuti Midorima. Aku menunggu sampai punggung mereka berdua menghilang dari pintu kelas.

Kelas menjadi sepi. Satu per satu anak keluar kelas. Ada yang pergi keluar untuk bermain bola, ada yang pergi ke kantin, ada yang pergi ke ruang kesehatan, dan lainnya. Tidak ada perintah harus mengerjakan tugas di kelas, yang penting tugas selesai.

Aku mengambil earphone dan memasangnya di kedua telingaku. Membuka playlist lagu pilihan di dalam ipod-ku dan memutarnya dengan suara tidak begitu besar. Aku menyandarkan kepalaku pada jendela dengan tanganku menopang kepalaku. Menarik napas dan menghembuskannya beberapa kali.

"Kenapa mereka mengerjakan diluar." Aku mengeluarkan buku Bahasa Inggrisku. "Padahal lebih enak mengerjakan di dalam kelas." lalu membuka jendela di sampingku sehingga angin sepoi menyentuh wajahku.

"Oke! Saatnya bekerja!"



Akashi POV


Aku meninggalkan dompetku di dalam kelas. Bagaimana aku bisa lupa hal sepenting ini.

Di jalan menuju kelas aku bertemu Kuroko 'Tetsuya'. Ada 2 nama Kuroko dan membuatku harus menekankan nama kecil mereka yang berbeda. Kami berjalan menuju kelas yang kebetulan 1 arah.

"Hai Kuroko."

"Akashi-kun"

"Kamu dari mana?" tanyaku.

"Aku dari toilet." kata Kuroko lagi.

"Di kelasku ada saudaramu."

"Ah, rupanya dia di kelas Akashi-kun" kata Kuroko. Aku bisa melihat wajahnya yang cukup lega. "Untunglah ada Akashi-kun dan Midorima-kun di sana. Aku lega."

"Tenang saja, kami akan membantunya."

"Terima kasih, Akashi-kun. Aku harap Risa-chan bisa berteman baik dengan Akashi-kun dan Midorima-kun."

Kuroko Tetsuya adalah teman satu tim. Temanku. Anggota tim yang sangat berharga. Di dalam tim inilah aku bisa melepaskan kepenatanku. Di dalam tim inilah aku bisa menemukan makna kata 'teman' dan 'keluarga'. Dengan berbagai sifat yang sangat berbeda, Kuroko menjadi perekat di antara kami. Kuroko jarang sekali meminta tolong. Saat mendengar dia mengatakan itu, entah mengapa...aku merasa senang.

"Itu akan sangat menyenangkan." kataku padanya. Aku merasa selalu nyaman berbicara dengan Kuroko. Kami tidak banyak bicara. Tetapi kami bisa saling mengerti satu sama lain.

"Lalu, Akashi-kun dari mana?"

"Oh, aku?" Kuroko mengangguk. "Aku dan Midorima ke Perpustakaan mengerjakan tugas yang diberikan."

"Oh, lalu bagaimana dengan Risa-chan?"

"Dengan Kuroko Risa?" Kuroko mengangkat alisnya saat aku mneyebutkan nama lengkap sepupunya. "Tadi aku sudah mengajaknya, tapi dia lebih memilih mengerjakan tugasnya di kelas."

"Kenapa memanggilnya dengan nama lengkap?"

"Karena ada dua nama Kuroko. Aku cukup aneh jika memanggilnya 'Kuroko'."

"Oh..sebaiknya tanyakan saja padanya. Dia ingin dipanggil apa." kata Kuroko lagi. Dia tertawa geli. "Aku tak menyangka Akashi-kun akan memikirkan hal seperti ini."

"Yah.. haha. Begitulah menurutku."

Kami sampai ke kelas 1-A. Kami berdua melihat ke dalam kelas. Hanya ada Kuroko Risa di dalam kelas dan sepertinya sedang tertidur.

"Risa-chan."

Kuroko langsung berjalan cepat menuju Kuroko Risa.

"Dia tidur." kataku. Aku mengecek laci mejaku dan melihat dompetku di sana. Setelah memasukkan dompet ke dalam jas, aku menoleh melihat Kuroko merapikan rambut Kuroko Risa.

"Dia sepertinya lelah.."kata Kuroko menatap lembut gadis yang duduk sambil memangku kepalanya dan menyenderkannya ke jendela.

Ini pertama kalinya aku melihat Kuroko bersikap seperti ini pada perempuan.

"Aku pertama kalinya melihat Kuroko seperti ini." Aku spontan mengucapkannya.

Kuroko menoleh dan menatapku bingung.

"Aku jarang melihatmu berbicara dengan perempuan. Bahkan dengan Momoi pun, kau menjaga jarak."

"Karena dia satu-satunya saudaraku yang aku punya." kata Kuroko tanpa ragu. "Mungkin kami terlalu sering bersama sejak kecil."

"Hm.. begitu.." Aku bisa mengerti. Bagi Kuroko, Kuroko Risa adalah harta berharganya. Itulah sebabnya dia memperlakukan Kuroko Risa dengan lembut. Kalau aku jadi dia, akupun..akan menjaga sesuatu yang kuanggap harta berhargaku.

Aku menatap Kuroko Risa. Wajah tidurnya aneh. Mulutnya menganga sedikit dan tidurnya nyenyak sekali. Kulit Kuroko Risa sama seperti kulit Aomine. Dari penampilan, dia sangat biasa.

"Risa-chan.."kata Kuroko menepuk pelan pipi Kuroko Risa dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. Alis gadis itu berkerut. "Risa-chan..." Kuroko sekali lagi melakukan hal yang sama.

Mata gadis itu terbuka. Setelah mengerjapkan mata beberapa kali, ia meletakkan earphonenya ke atas meja, merenggangkan tubuhnya dan tersenyum lebar. "Tetsuya.."

Deg.

Apa ini?

"Ayo bangun. Sudah mau istirahat."

"Ah.. tugasku.. harus kukumpulkan dulu." Kata Kuroko Risa yang langsung menutup bukunya dan berdiri. "Aku harus menyerahkannya ke ruang guru."

"Sini." kataku yang masih bergumul dengan perasaan aneh sesaat yang menyerangku beberapa menit yang lalu. "Aku dan Midorima adalah petugas kelas hari ini. Tugas-tugas yang dikerjakan, akan kami kumpulkan pada Guru."

"Oh! Terima kasih, Akashi-san." kata gadis itu sopan.

"Kalau begitu, ayo ke kantin. Setelah dari kantin, aku akan membawamu keliling sekolah." kata Kuroko.

"I..iya.." Kata Gadis itu mengangguk.

"Ah, Kuroko-san." kataku menghentikannya yang keluar mengikuti Kuroko.

"Iya?" Dia menoleh.

"Sebaiknya bagaimana aku memanggilmu, ya?" Aku sendiri terkejut dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulutku.

"Hah?" Dia mengeluarkan ekspresi bingung yang membuatku dan Kuroko geli.

"Maksudku, ada dua nama Kuroko. Sebaiknya bagaimana aku memanggilmu, agar tidak salah memanggil nama." kataku lagi. Hatiku masih tidak tenang.

"Ah, begitu!" Dia diam sebentar. Berpikir. Lalu menepuk tangannya. Lucu sekali. "Panggil saja Risa." Katanya lagi.

"Oh, bolehkah?" tanyaku hati-hati.

"Tentu saja. Iya kan, Tetsu?" tanya gadis itu pada Kuroko. Kuroko tersenyum lebar dan hangat.

"Iya."

"Baiklah kalau begitu, aku akan panggil Risa-san."

"Kalau begitu, kami duluan ya, Akashi-kun." kata Kuroko melambaikan tangannya padaku. Aku membalas lambaian tangannya dan mengangguk. Risa, mengikuti Kuroko dari belakang.

"Kuroko...Risa..." Aku menatap buku tugas ditanganku.

"Risa."

Another Story about UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang