Kata orang, cinta pertama itu seperti kejutan listrik.
Setidaknya itu yang dikatakan Satsuki padaku.
Sudah hampir 1 tahun dia menyimpan perasaan pada Tetsuya.
Aku rasa kami masih SMP. Terlalu cepat untuk merasakan percintaan. Masih terlalu kecil untuk mengenal kata 'cinta'. Tapi Satsuki berbeda. Dia sangat bisa mengendalikan perasaannya. Di belakang Tetsuya, wajahnya merah merona. Tangannya gemetaran. Entah mengapa terlihat sangat menarik.
Ah.
Malam ini aku menginap di rumahnya Satsuki karena kedua orang tuanya sedang dinas keluar kota. Aomine menemani kami berdua. Ngomong-ngomong, sudah 4 bulan aku bersama dengan mereka.
Entah mengapa kami menjadi sangat dekat. Kadang aku menginap di rumahnya dan kadang dia menginap di rumahku. Tentu saja dia sangat-sangat-sangat senang.
"Tetsuya tidak pernah sadar bahwa kebaikannya bisa menjadi daya tariknya." Kataku pada Satsuki yang menenggelamkan wajahnya pada gulingnya.
Satsuki mengangguk semangat menyetujui perkataanku.
"Tapi aku lega." Kata Satsuki memanjangkan kakinya yang sudah cukup lama ditekuk.
"Lega kenapa?"tanyaku sambil mengambil chips rasa honey-butter di depanku.
"Tetsu-kun adalah bayangan. Dia seperti pangeran yang transparan. Banyak orang yang tidak menyadari keberadaannya." kata Satsuki memeluk gulingnya. "Dan hanya aku yang bisa menyadari keberadaannya. Itu membuatku sangat senang."
"Satsuki-chan.." kenapa anak perempuan menjadi semanis ini kalau jatuh cinta...
Untung besok adalah hari Sabtu.
"Memang, sih..dibandingkan anggota Kiseki no Sedai (julukan tim basketnya Tetsuya) yang lain, Tetsuya lebih tidak populer."kataku sambil membayangkan satu persatu wajah anggota Kiseki no Sedai. "Tapi baguslah. Aku juga tidak mau membagi Tetsuya dengan orang lain."
"Iyaa kaaann~~" kata Satsuki senang.
"Ah..aku ambil minum dulu. Minum kita habis."
"Aku ikut, Risa-chan~" kata Satsuki mengikutiku.
Kami menuruni tangga dan melihat Aomine sedang menonton di ruang keluarga.
"Dai-chan! Kau tidak istirahat?! Besok kan harus latihan pagi." kata Satsuki mengomeli Aomine yang menanggapinya malas-malasan.
"Ah.. besok kau juga akan datang, Risa?" tanya Aomine.
"Iya." jawabku singkat.
"Oh..kenapa Tetsu tidak ikut menginap ke sini, ya?" gumam Aomine.
"Tetsuya mau belajar.."kataku sambil membawa gelas berisi air kepada Satsuki. Aku duduk di samping Aomine. Satsuki meletakkan kepalanya di pahaku.
"Hm~ Tetsu-kun rajin sekali.."
"Iya. Dia lebih memilih beristirahat dan menggunakan waktunya untuk latihan dan belajar." kataku lagi sambil memakan cemilan milik Aomine.
"Besok aku harus membuat masakan yang enak untuk Tetsu-kun!" mata Satsuki berbinar dan pipinya merona merah. Senyumnya melebar.
"Ngga--ngga perlu.." kata Aomine membuat senyum Satsuki luntur.
"Kenapa??!!" Seru Satsuki bangun dan berdiri di depan Aomine dengan wajah kesal.
"Woy! Aku mau nonton!" Seru Aomine.
"Aku belajar masak buat Tetsu-kun!"
"Satsuki, dulu kau nyaris meracuninya dengan masakanmu." Kata Aomine datar. "Tetsu bukan orang yang akan menolak begitu saja. Dia tipe orang yang tidak bisa menolak kebaikan orang lain.."lanjut Aomine tanpa rasa bersalah. Satsuki yang kesal sudah bersiap melempar bantal sofa kepada Aomine. Aku memegang lengannya dan mendudukkannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Story about Us
FanfictionSebuah fanfiction! Kisah seorang gadis bernama Kuroko Risa yang tinggal bersama Kuroko, sepupunya, setelah kematian kedua orang tuanya. Hidupnya semakin berwarna setelah bertemu Kiseki no Sedai. Disclaimer: I don't own Kuroko no Basket story. Im jus...