Extra story (1)

18 1 0
                                    

Akashi POV

Aku terlalu lama menghabiskan waktu di perpustakaan. Latihan akan dimulai 15 menit lagi. Setelah mengebalikan buku pada rak-nya, aku mengambil tasku dan berjalan keluar.

Setengah berlari, menyusuri lorong lantai 2 gedung timur, tiba-tiba aku mendengar suara gitar dan seseorang bernyanyi. Di lorong ini memang ada ruang musik.

"Siapa.."

Aku berhenti, dan berjalan menuju ruang kelas yang berlawanan arah dengan gymnasium. Aku mengintip dari balik kaca pintu ruang musik.

"Risa..?"

Risa lagi membuka layar HP-nya dan menggerakkan jarinya ke atas dan ke bawah. Ia memainkan guitarlele sedikit kewalahan. Sepertinya dia sedang belajar main guitarlele sambil melihat chord melalui internet.

Lagu yang dimainkannya tidak pernah kudengar.

" I was twenty-one years when I wrote this song ,
I'm twenty-two----- now but---- I won't be for long
Time hurries on-----"

Dia berhenti.

"Argh! Susaaaahhh---" dia menggaruk kepalanya kesal. "Ayo! kita coba lagi!" Dia menyemangati dirinya sendiri. Lalu kembali memainkan guitarlele. Dia kembali bernyanyi.

Tanpa sadar aku berdiri di depan pintu. Menyenderkan tubuhku di dinding, menyilangkan kedua tanganku di dada, dan menikmati suaranya.

"Hm--" Risa berhenti bernyanyi. Aku menoleh dan mengintip dari luar. Dia memutar lagu yang tadi ia nyanyikan. 

"--- I threw a pebble in a brook--
And watched the ripples run away

And they never made a sound
And the leaves that are green
Turn to brown------"

Ia memainkan lagu sambil menatap keluar jendela. Wajahnya tampak tenang dan menikmati lagu yang mengalun. Tetapi, entah mengapa ia seperti mau menangis.

Zreg...

"Akashi-kun..?"  katanya terkejut saat aku membuka pintu.

"Sedang berlatih?" tanyaku mendekat. Ia mengangguk.

"Sebentar lagi tes, kan. Aku tidak tahu harus menyanyikan lagu apa.."

"Judul lagu yang kamu nyanyikan barusan apa?" tanyaku yang mengambil tempat duduk di dekatnya lalu duduk berhadapan dengannya.

"Ah ini.. judulnya Leaves that are green...ini dari penyanyi lama, Simon and Garfunkel."

"Aku baru pertama kali mendengarnya.."

"Yah, tidak banyak anak seumuran kita yang tahu penyanyi lama. Ditambah lagi penyanyi asing.."katanya lagi sambil memasukkan guitarlele di hadapannya.

"Kau sudah berhenti latihan?"

"Iya.. sudah sore. Aku harus pulang."

"Kau tidak pulang bersama Kuroko?" tanya Akashi.

"Aku pulang duluan hari ini. Aku sudah bicara dengan Tetsuya.." katanya lagi sambil tersenyum.

"Oh, begitu.." entah mengapa aku masih ingin melihatnya memainkan gitarnya dan menyanyi. "Aku ingin melihatmu memainkannya lagi."

"Boleh! Aku senang ada teman yang menemaniku latihan.." wajahnya kembali ceria. Aku membalas senyumnya. "Tapi, Akashi-kun...bukankah kamu harus berlatih?"

Mataku membesar. Sial.

"Terima kasih telah mengingatkan, Risa." kataku sopan. "Aku pergi dulu, ya.."

Dia mengangguk dan melambaikan tangannya. "Selamat berlatih!" serunya. Aku membalasnya sambil mengangkat tanganku. Tetapi, aku tidak bisa menyembunyikan perasaan puas dan senang dalam diriku. Aneh. Ini sangat aneh.


Risa POV

Setelah Akashi pergi aku kembali menatap langit sore yang cerah. Akashi yang muncul membuatku terkejut. Hampir saja ketahuan aku tadi menangis. Lagu ini memang membuatku emosional. Lagu yang sering dinyanyikan Papa kepada Mama. Ini lagu kesukaan Mama.

Dan hari ini adalah hari ulang tahun mama.

"Papa, Mama...aku rindu kalian..." menangis adalah satu-satunya hal yang bisa kulakukan saat ini. Aku lebih nyaman melakukannya sendirian. Di sini, saat ini.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lagu: Leaves that are Green

Penyanyi: Simon and Garfunkel; Paul Simon (1966/1967)

Another Story about UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang