Extra story (2)

9 1 0
                                    

Midorima POV

Akashi adalah sosok yang sempurna. Mulai dari nilai, kemampuan berolahraga, dan bersosialisasi. Selain itu dia selalu serius. Tentu saja, dia berambisius. Dan aku sangat menghormatinya.

Tapi...

"Akashi-kun!"

"Selamat pagi, Risa."

Kuroko Risa. Satu-satunya perempuan selain Momoi yang bisa berbicara langsung dengan Akashi. Dan entah mengapa, Akashi bersikap sangat baik pada Risa.

"Midorima-kun!" gadis itu melambaikan tangannya padaku.

"Lagi mendengarkan lagu apa?" Tanya Akashi yang sudah meletakkan tasnya.

"The leaves that are green.."

"Lagu yang pernah kau mainkan?" kata Akashi. Aku hanya mengamati mereka berbicara. Pertanyaan terbesarku, sejak kapan mereka seakrab itu?

"Yap! Benar sekali ! Sebentar...." Gadis itu melepaskan earphonenya sebelah kanannya dan memberikannya pada Akashi. "Ini.."

Akashi memakainya. Kalau yang memakainya adalah Kise atau Aomine, aku mungkin tidak heran. Ini Akashi.

"Midorima-kun? Kamu juga mau dengar?"

"Hah?"

Sekarang gadis itu melepaskan earphone sebelah kirinya dan memberikannya padaku. Aku terpaksa menerimanya.

"Ini lagu yang sepertinya sangat lama.." kata Akashi serius.

"Iya.. 1967 itu udah lama sekali.." lanjut gadis itu terkekeh.

"53 tahun yang lalu?" Aku cukup kagum dengannya. Secara umum, dia cukup berbeda dengan kebanyakan gadis seusianya. Oke, seusia kami. Ketika gadis yang lain berlomba mempercantik diri (seperti gadis-gadis lainnya di dalam kelas ini), dia cuek. Bukan berarti aku menentang yang dilakukan anak gadis di kelas kami. Tapi, Risa berbeda. Dia berbicara apa yang ingin dia katakan dan melakukan yang ingin ia lakukan. Bahkan, jika itu berbeda dengan orang lain, dia tidak peduli.

"Kau suka lagu-lagu lama?" tanya Akashi mengembalikan earphonenya.

"Suka. Tergantung lagunya." Risa kembali memakai earphone yang diberikan Akashi. "Bagaimana, Midorima-kun?"

"Entah kenapa seperti terdengar sedih."

"Hehe" gadis itu hanya tetawa kecil.

"terima kasih,"Kataku meletakkan earphone itu di tangannya.

"Sama-sama." katanya lalu memasang lagi kedua earphonenya . "Aku lagi ingin dengar lagu ini. Jadi, aku akan mendengarnya berulang kali.."

Risa memakainya lalu memandang keluar jendela. Angin musim dingin masuk melalui celah jendela yang terbuka di sebelah Risa. Gadis itu tidak terganggu. Dia tampaknya sangat menikmati 'me-time'nya.

Aku mengalihkan mataku pada Akashi yang memangku kepalanya dengan tangannya. Matanya..menatap Risa. Mata Akashi terkadang hangat, namun tidak jarang sangat dingin. Saat ini, matanya sangat lembut. Dia tersenyum kecil saat melihat angin memainkan rambut Risa, tetapi gadis itu asik memainkan kepalanya sambil memejamkan mata.

"Akashi..."

Dia menoleh.

"Kau..jangan-jangan.."

Akashi hanya tersenyum padaku. Matanya mengatakan agar aku tidak melanjutkan kata-kataku. Hanya orang yang tidak peka yang tidak sadar, Akashi menyukai Risa.

Tiba-tiba pintu kelas terbuka.


Murasakibara POV

Aku berjalan malas menuju kelas. Aku ngantuk.

"Oi! Murasakibara!" panggil Aomine yang berjalan ke arahku.

"Minechin~ pagi.." kataku melambai malas.

"Selamat pagi Murasakibara."

Mataku membesar. "Ah, Kurochin.. pagi.." kataku mengelus kepala Kuroko. Aku suka sekali mengelus kepala Kurochin. Rambutnya sangat lembut.

Aku melihat baik-baik sekitar Kurochin.
"Risachin?"

"Ah, Risa-chan? Dia berangkat duluan pagi ini.."
"Sendirian?" Tanyaku.
"Sama Satsuki." Kata Minechin lalu menguap.
Aku menguap malas mengikuti Minechin. Tiba-tiba aku mendengar suara tawa dari kelas 1-A di depan kami.

"Suara Satchin dan Risachin?"

Kami berjalan agak cepat dan melirik ke dalam kelas. Hanya ada 4 orang di sana. Akachin, Midochin, Satchin, dan Risachin. Akachin tertawa dan Midochin tersenyum? Pemandangan yang aneh sekali.

"Baru kali ini Akashi-kun tertawa seperti itu."kata Kurochin membuatku mengangguk.
"Mereka bicarakan apa?" Minechin berusaha mendekat dan mendengar. Wajahnya sangat penasaran.

"Kalian berlatih keras untuk pertandingan nasional musim dingin ini.. tapi ngga semuanya bisa bermain.." kata Momochin sedih.

"Bagaimanapun juga kita masih kelas 1. Masih ada senior kita yang bermain." kata Akachin.

"Nijimura-senpai nama captain kalian kan?" Tanya Risachin.

"Iya." Jawab Midochin singkat.

"Kita harus menghormati keputusan pelatih dan kapten tim." Kata Akachin.

Akachin adalah sosok yang aku segani. Aku mendengarkannya karena dia lebih kuat dariku. Dia bisa segalanya. Kadang dia terlihat sangat dingin dan tidak bisa didekati, seolah-olah ada dinding di sekitarnya. Tapi, entah mengapa saat ini, dia terlihat seperti anak biasa pada umumnya. Lembut, ramah, dan bisa didekati oleh siapapun.

"Akashi-kun wakil Kapten?!" Seru Risachin terkejut. Dia belum tahu?

"Oi!! Murasakibarachii! Aominechii! Apa yang kaian lakukan di depan kelas!!" Kisechin datang dengan wajah gembiranya menyapa kami.

"Selamat pagi Kise-kun." Kurochin menyapa Kisechin.

"Huah!!" Kisechin terkejut dan melompat ke belakang. "Aku ga melihat ada Kurokochii!"

"Ssst..."Minechin menyiratkan  isyarat 'diam' pada Kisechin.

"Apa yang kalian dengar??" Kisechin ikut mengintip. "Waah! Rame, ya!"

Kisechin langsung membuka pintu.

"Wo---Woi! Kise!!" Minechin yang menempelkan telingannya di pintu terjatuh ke lantai. Kurochin menatap sedih Minechin yang terjerembab dengan wajah di lantai. "Kenapa pintu dibuka tiba-tiba, bego!"

"ah~ maaf..maaf.. Tee--Hee~"kata Kisechin polos.

Merek lucu sekali. Aku hanya bisa tersenyum geli melihat wajah Minechin.

"Ahahahahaha!!" Risachin tertawa lepas diikuti Satchin.

"Dai-chan! Apa yang kau lakukan?!" Satchin memegang perutnya, lelah tertawa.

Akachin tertawa dan Midochin tersenyum. Kurochin dan aku hanya menghela napas panjang melihat kekonyolan di pagi ini. Kisechin hanya nyengir tak bersalah. Entah mengapa pagi ini, rasa bosanku hilang.

Tapi, mataku kali ini melihat Akachin. Matanya menatap lembut Risachin dan ikut tertawa melihatnya tertawa.

"Akachin.." tanpa sadar aku memanggilnya.

"Ada apa, Murasakibara?" Akachin tersenyum menjawabku.

"Ah..tidak.." mungkin aku salah lihat. Atau mungkin aku melihat hal yang tidak seharusnya kulihat..

Another Story about UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang