"Akhirnya kita sudah sampai" ujar seorang wanita paruh baya dengan sebuah koper yang senantiasa ia tarik.
"Apa ibu lelah? Kita bisa beristirahat dulu..aku juga merasa lapar" balas seorang pria muda yang berada disampingnya.
"Tidak perlu, ibu sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Wina..kau bisa membeli makanan didepan bandara" Seru Ibu Wina pada Pria tersebut.
"Ya sudah, aku juga sangat merindukan adik pesek ku" Ucap pria itu sambil tersenyum membayangkan bagaimana ia selalu mencubit hidung adiknya itu.
"Jimin-ah, ah..ahh sakitt sepertinya kaki ibu keram" Ringis ibunya memegang kaki yang terbalut kaos kaki pendek yang sudah terpisah dengan sepatu yang ia pakai.
Jimin yang melihat itu memasang wajah kesakitan juga, pasalnya ia juga pernah merasakan keram kaki yang sangat tidak nyaman itu.
"Ibu kesini dulu, kita duduk sebentar..aku kan sudah bilang lebih baik kita beristirahat dulu, ibu terlalu bersemangat ingin menemui anak kesayangan ibu." Sungut Jimin yang merasa bersalah dan kesal secara bersamaan, karena merasa iri ibunya begitu bersemangat untuk menemui Wina, adik perempuannya.
Jimin agak bingung karena tidak bisa berbuat apa-apa tentang kaki yang keram. Aku harus bagaimana? Dulu aku tidak berbuat apa-apa sampai keram kakiku hilang sendiri Batin Jimjn resah.
"Aku harus bagaimana? Aku tidak tau harus bagaiman" Ucap Jimin celingak-celinguk sambil mengacak-acak rambutnya frustasi melihat ibunya yang terus memegangi kakinya dengan wajah yang sudah merah lebam menahan sakit.
"Kau anak nakal, apa ibu harus menahan rasa keram ini terus?" Ringis ibu nya terus menerus.
"Kau..harus memijit area yang terasa keram, pijat perlahan dan berikan penghangat" Ucap seorang gadis yang entah datang dari mana dan langsung memijit kaki ibu Jimin dan memberikan penghangat dibawah telapak kakinya.
Ibu Jimin tersenyum teduh melihat gadis yang tiba-tiba saja membantu mengurangi rasa keras di kakinya.
Dan Jimin yang menatap takjub pada gadis itu, bukan pada kelihaiannya tapi lebih kepada paras dan sikap peduli yang gadis itu tunjukkan.
"Terimakasih karena telah membantu Ibuku" Ucap Jimin sambil menggaruk bekalang kepalanya.
"Terima kasih cantik" Ucap Ibu jimin setelahnya memegang pipi gadis itu.
"Kalian tidak perlu berterima kasih, itu hanya hal kecil..aku juga sebenarnya tidak terlalu memahaminya tapi aku bersyukur jika kakimu sudah lebih baik"
"Aku hanya mempelajari sedikit" Jawab gadis itu tersenyum ramah dengan gigi yang terjejer rapi.
"Tidak, kau memang sudah benar-benar membantu ku" Seru Ibu Jimin.
"Izin kan aku membalasmu, paling tidak biarkan kami mentraktir mu makanan" Sela Jimin sebelum gadis itu angkat hicara.
"Emm, tidak perlu..aku akan makan bersama kakak ku, kalian tidak perlu membalasku, aku dengan senang hati membantu" Jawab gadis itu tersenyum dan berpamit untuk pergi.
Perasaan macam apa ini? Batin Jimin memegang dadanya merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang.
Ia menatap punggung gadis itu sampai akhirnya menghilang dibalik pintu kaca besar dengan gerombolan orang yanh menutupi nya.
"Aakhhhkkkk" Teriak Jimin frustasi. Membuat ibunya kaget bukan main.
"Kau ini kenapa?" Tanya Ibu nya heran.
"Aku lupa menanyakan namanya ibuuu" Hela Jimin frustasi.
Ibunya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Jimin. Beberapa saat Jimin meratapi nasib nya.
"Apa ibu sudah merasa baikan?" Tanya Jimin sambil membungkuk memegang kaki ibunya yang tadi terasa keram itu.
Ibunya tersenyum mengangguk merasakan kakinya sudah baik-baik saja. "Lebih baik kita istirahat dulu di hotel depan, ibu harus beristirahat sebentar" Ujar Jimin merasa khawatir pada ibunya yang tampak lelah.
"Baiklah, terserah kau saja" Jimin dan ibunya menuju ke hotel terdekat. Sebelum mereka akhirnya akan kembali kerumah.
Just a coincidence that leads to kindness and loyalty.
![](https://img.wattpad.com/cover/236346948-288-k213465.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine - 넌 내 꺼야
FanfictionHidupnya cukup bahagia, sebelum akhirnya dia bertemu dengan seseorang bernama Jeon Jungkook. Seorang Pria Yang Datang Dari Masa Lalu, Seorang Pria Yang Mampu Membuat Perasaannya Berantakan.