CHAPTER 11

24 2 0
                                    


Keenan baru saja melangkahkan kakinya kedalam kelas, suasana kelas sudah ramai karena sekitar 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Sekitar empat hari Keenan tidak masuk sekolah karena sakit, jangan ditanya karena apa karena sudah jelas kejadian beberapa waktu lalu itu membuatnya harus beistirahat total dirumah sakit selama satu minggu. Keenan ingat bagaimana paniknya sang ibu, Irene melihat Keenan yang kembali tumbang saat kakinya hendak melangkah kedalam kamarnya sendiri. Dan bodohnya Keenan tidak berani mengatakan yang sebenarnya.

Keenan menuju tempat duduknya namun ia sadar ada sosok Gilang dan Jefano yang tengah duduk dimeja dan kursinya. Jefano adalah orang pertama yang menyadari kedatangan Keenan. Melihat Jefano berjalan mendekat dengan mata tajamnya Keenan menunduk rasa takut itu kembali lagi bahkan membuat Keenan bergetar.

" lo kemana aja hah ? empat hari lo gak masuk sekolah ? " tanya Jefano.

" gue tau nih, pasti gara-gara Ben ya ? " sahut Gilang.

" lo gak mau duduk ? taruh dulu gih tas nya, gak berat apa ? anak pinter biasanya tasnya berat kan " ucap Jefano.

" sini deh tas lo biar gue yang taruh dimeja " ucap Jefano lagi sambil mengambil tas Keenan dengan paksa.

" nah gini kan enak, lo gak perlu bawa yang berat-berat lagi. Yok dah ikut kita " ucap Gilang sambil menyeret Keenan keluar dari kelasnya.

Keenan dibawa ke minimarket sekolahnya oleh Gilang dan Jefano. Keenan dengan tangan yang dingin menyerahkan dua keranjang belanjaan kekasir sedangkan Gilang dan Jefano berdiri dibelakangnya.

" totalnya 312 ribu "

Keenan merogoh saku celananya dan menyerahkan kartunya kekasir.

" tolong masukkan pinnya "




" anjirrr datang-datang langsung bawa makanan aja nih " celetuk Mahesa.

" Wir, tadi katanya lo aus kan. Noh udah dibawain " ucap Putra.

" kemana aja lo ? " tanya Wira ke Keenan sambil mengambil minumannya.

Keenan tidak menjawab, kepalanya mulai pusing bahkan keringat dingin membanjirinya.

" ditanya tuh jawab " ucap Wira dengan intonasi lebih tinggi.

DDRRRTTT DDRRTTTT

DDRRRTTT DDRRTTTT

DDRRRTTT DDRRTTTT

Wira mengambil ponsel Keenan yang ada disaku kemeja lelaki itu dengan cepat. Bisa Wira lihat ada sebuah chat masuk dari ponsel Keenan namun lelaki itu mematikan ponsel Keenan.

" gaya juga ya lo, ni hp keluaran terbaru bahkan disini belum diedarin dan lo udah punya aja " ucap Wira.

" ba-balikin "

" balikin ? baru ngomong sekarang dia, hp lo gue pengang dulu. Masa lo pelit banget sih sama teman ? gue cuma pinjem kok " ucap Wira.

" mending lo beliin gue rokok deh, tuh lo panjat pagarnya didepan gang sana ada warung kecil lo beli disana " ucap Bagas menyuruh Keenan.

Keenan hanya diam, dia tidak mau. Melihat Keenan tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya membuat Bagas kesal.

" jadi lo gak mau ? "

BYUUUURRRRRR

Keenan tersentak saat kepalanya seperti diguyur oleh sesuatu. Ya, Bagas menyiramnya dengan cola yang ada ditangannya membuat kemeja putih milik Keenan kotor dengan noda coklat.

TWO SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang