R asa ini tegar menimang puing-puing rindu, tetapi terkulai layu. Menengadah membilang layar walaupun tanpa kabar. Tak bergeming dan memalut di palung hati menitipkan sejuta tanya.
I ni namanya apa? Sakit dan tak berdarah. Kejujuran adalah derajat tertinggi, tetapi ia juga sering menjelma penitip luka terbaik di jiwa.
Z ikirku kepada-Nya sama dengan adad aku menyebut namamu dalam doa. Namun, peliknya rasa menguak lara akan bungkamnya dirimu tanpa kata.
A smaralokaku telah hirap terkunci atas namamu, tetapi kimbang-kimbang entah ke mana tak menetap di singgasana.
L ama waktu kulalui, sabarku masih menghantui, cobalah untuk mengerti. Kau adalah dambaan, secercah harapan, kawan lamunan, bukan untuk diendapkan.
Y ang merajut cinta itu kita, bukan kau, aku atau mereka. Menepilah, mari bersauh dan bersemuka. Papahlah sebuah risalah menjadi sebuah keputusan akan pilihan.
U pah keyakinan dan pengharapan meski itu mantra menyakitkan. Pahamku akan tujuan, pujiku untuk isi relung hatimu terdalam melangkahi arti pujaan bagi diriku sendiri.
S amar terlihat memijar dari sajakmu. Namun, aku tak mengerti cara presensimu kadang pekat dan encer dalam piringan gelombang cintamu.
R aga kita sama, diciptakan Sang Kuasa. Marilah tukar posisi sekali saja.
I ndah membancang lara dan menambah kesabaran akan kau dapatkan.
Namamu membunuh rasaku perlahan dan kuikhlaskan dengan pilihan Tuhan. Kelak, saat tiba menciptakan tatanan untuk sebuah pernikahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Rasa
PuisiRasa akan hadir bersemayam dalam jiwa tanpa diminta. Ada kalanya tak ada teman bercerita dan harus dituangkan sebagai kata agar mereka yang memiliki rasa yang sama sedikit terobati dan bahagia. Rasa yang hadir tertoreh dalam setiap sajak dan bait se...