Terima Kasih

0 0 0
                                        

Terima kasih, dua kata kuucapkan kepada semua yang berperan sebagai obat kebutaan akan ajar dan aksara hingga bisa memeluk asa.

Entah bagaimana cara membalas jasa selain kata maaf, terima kasih, dan doa. Peliknya hati yang mereka rasakan kala mimik isyaratkan rasa tak menerima ocehan yang dilontarkan demi kebaikan, kala itu.

Rindu, ingin mengembalikan waktu yang tidak mungkin itu. Seandainya sadar segera datang dan dewasa pemikiran mengendap serta paham akan tujuan penyampaian mereka, tak 'kan ada sesal yang menganga.

Ikhlas mereka sering menggerogoti kalbu bahkan melakukan peperangan nyata dengan batinnya. Keinginan untuk melemparkan amarah, bersikap apatis, tetapi tak bisa.

Mana mungkin mereka menenggelamkan anak-anaknya di lautan hidup tanpa etika. Mana mungkin mereka membiarkan anak-anaknya hanyut terbawa arus contoh buruk darinya.

Angan-angan mereka banyak merangkul setiap harapan anak-anaknya. Doa tulus khusyuk terucap dari hati suci sebagai tangan kanan ibu kandung peserta didik itu.

Kata-kata mereka dianggap lelucon, amarah memuncak diabaikan pun dibalas dengan caci, pun cemoohan.

Ambang sabar kadang-kadang enggak berlabuh bahkan keinginan untuk tak bersemuka dengan anak-anaknya sering hadir bersemayam dalam atma.

Sayang, mereka lebih sering merenggut kembali pikiran buruk dan berunding dengan hatinya membingkai ulang kesabaran lebih demi siswanya.

Ikatan kasih sayang dibumbui amanah akan gelar yang disandang hening guratkan kegigihan sebagai profesi nyata walaupun sering memekik rasa, jiwa, dan juga raga.

Harapan penuh semoga kesuksesan menyertai muridnya, senyap memendam tanpa meluapkan. Kelak ajar, ocehan, keluhan, semua akan berguna pada titiknya.

Sajak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang