04

1K 213 11
                                    

Lia mengernyit bingung melihat buku tugasnya yang berada di tempat sampah. Seingatnya, buku tugasnya itu ketinggalan dan berada di kolong meja. Lalu, siapa orang yang begitu tega membuangnya ke tempat sampah?

Dengan cepat, ia mengambil buku tugasnya. Disana ada banyak catatan-catatan penting, sayang kalau terbuang begitu saja.

"Idih, pemulung kok bisa nyasar kesini sih."

Lia tau jelas suara itu, itu adalah suaranya Jihoon. Orang yang sangat membencinya.

Gadis itu memilih tidak menghiraukannya, lalu berjalan menuju kelas.

"Woy!! Jangan biarin dia masuk!! Dia barusan abis ngobrak abrik isi tong sampah!!"

Baru saja Lia satu langkah memasuki kelas, tetapi teriakan Jihoon yang kurang ajar itu membuat seisi kelas menatapnya dengan tatapan jijik.

"Iwh!! Jangan pernah masuk ke kelas!! Gue paling gak suka sama orang yang gak bersih kek elu!"

Itu teriakan Junkyu.

Padahal tadi waktu mengambil bukunya, Lia memakai sarung tangan agar tangannya tidak kotor dan setelah itu, ia juga mengelap bukunya sampai bersih

Lia menghela napas pasrah. Kalau sudah seperti ini, lebih baik bolos daripada harus mendengarkan cacian-cacian kejam teman-teman sekelasnya.

Namun, ia tidak tau. Kemana harus pergi sekarang, tidak mungkin pulang ke rumah, pasti ayahnya akan memarahinya karena bolos sekolah.

⭑⭑⭑⭑

Pilihan Lia adalah duduk di pinggir danau, ia menyandarkan dirinya di bawah pohon rindang sambil menggambar pemandangan indah di depannya.

Ia selalu berangan-angan kalau suatu hari nanti, di tempat ini, ia akan duduk bersama dengan teman pertamanya dan saling mengobrol.

Memang benar, sampai saat ini Lia belum mempunyai seorang teman.

Angin sepoi-sepoi di siang hari yang sangat panas ini terasa begitu menenangkan. Tanpa sadar Lia memejamkan matanya dan perlahan-lahan terlelap ke dalam tidur.

"Lia!!"

Mendengar suara itu, Lia terkesiap dan bangun dari tidurnya. Betapa terkejutnya ia saat mendapati ayahnya yang berdiri di hadapannya dengan raut wajah yang terlihat sangat marah.

Bagaimana ayahnya bisa tau kalau ia sedang berada disini?

"Kamu kenapa disini, heh?! Gini kelakuanmu selama ini?! Kamu udah papa sekolahin, tapi kamu malah bolos?!"

Lia menggeleng kuat-kuat, lalu beranjak dari duduknya. Kedua telapak tangannya menyatu, berusaha meminta maaf.

"Jangan pulang ke rumah. Papa nggak mau ngurusin anak macam kamu lagi."

Ayahnya pergi begitu saja tanpa membiarkan dirinya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dan kini Lia hanya bisa pasrah menerima semuanya.

Tidak ada lagi rumah untuknya di dunia ini.

Tidak ada lagi yang akan memberinya kasih sayang.

Lia tersadar akan satu hal, bahwa tidak ada satupun orang di dunia ini yang mencintainya.

Ia dilahirkan untuk menerima penderitaan.

.

.

To be continued..

cerita ini di setiap chapternya memang pendek-pendek, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cerita ini di setiap chapternya memang pendek-pendek, ya..

janlupa vote meskipun ceritaku ini gaje. ╥﹏╥

SILENT - Lia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang