02

1.3K 229 13
                                    

"Lia?"

Lia menghentikan langkahnya, lalu pandangannya menoleh ke arah ruang kerja ayahnya. Kemudian menanggapi ucapan ayahnya itu dengan anggukan.

"Sini!" Sang ayah melambai-lambaikan tangannya, membuat gestur agar Lia mendekat padanya.

Lia langsung menurutinya.

"Kamu besok gak sekolah ya, kita bakal jenguk mama kamu."

Lagi-lagi Lia hanya bisa membalas dengan anggukan.

Sang ayah mengulas senyum tipis, "dah sana kamu ganti baju, terus makan siang."

Lia ingin sekali bisa membalas ucapan ayahnya dengan 'iya'. Tapi, apa boleh buat? Yang bisa ia lakukan hanya mengangguk dan menggeleng saja.

Gadis itu pun pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Ngomong-ngomong, jika kalian bertanya-tanya tentang ibunya. Kalian akan mendapatkan jawabannya nanti.

Setelah berganti pakaian, Lia menyempatkan untuk memberi makan ikan peliharaannya, lalu kemudian mengambil sebuah buku diari untuk mencatat apa saja yang terjadi hari ini.

"Nak? Kamu masih belum makan siang?"

Mendengar suara sang ayah yang asalnya dari depan kamar, Lia dengan cepat langsung menutup buku diarinya agar ayahnya itu tidak penasaran apa yang ia tulis barusan.

"Cepet makan, nanti mag kamu kambuh lagi kalau nggak makan."

Lia mengangguk sambil tersenyum lebar. Ayahnya sangat sangat perhatian terhadap dirinya, oleh sebab itu ia selalu merasa tidak enak jika ingin meminta uang kepada ayahnya.

"Oh iya, hari ini jadwalmu les piano kan?"

Lia mengangguk.

"Oh yaudah." Setelahnya ayah Lia berlalu pergi menuju ke ruang kerjanya.

⭑⭑⭑⭑

"Lia, kamu terlambat datang."

Gadis itu menundukkan kepalanya, tidak berani menatap sang guru. Suara dari sang guru, terdengar begitu menohok.

"Sebagai hukuman, kamu harus jongkok bangun 50 kali."

Lia membelalakkan matanya. Jongkok bangun 50 kali?! Kenapa sampai segitunya? Bukankah ia hanya terlambat 5 menit? Entahlah, ia jadi menyesal telah memilih untuk les di tempat ini.

Dengan pasrah, Lia menuruti apa yang dikatakan oleh gurunya.

Jongkok bangun 50 kali. Pernahkah kalian melakukannya?

Setelah tuntas melaksanakan hukumannya, Lia bisa merasakan bahwa lututnya terasa sangat sakit. Ia jadi tidak yakin akan bisa fokus latihan piano sebentar lagi.

Oh tidak! Lia tidak mau mendapatkan hukuman lagi!

"Maa, Jiun pulangg!!"

Lia menolehkan pandangannya ke arah pintu depan, disana ada Jihoon —teman sekelasnya—. Ya, pemuda itu adalah anak dari guru les pianonya. Maka dari itulah Lia selalu merasa menyesal jika les disini, karena bukan hanya Jihoon saja yang tidak menyukainya, tetapi ibunya —sang guru les— juga sama membencinya.

Sebegitu berperan 'kah kelebihan dan kekurangan untuk bersikap pada seseorang?

Yang mempunyai banyak kekurangan apakah memang seharusnya diperlakukan tidak baik?

Lia selalu menanyakan hal itu, dan sampai saat ini, jawabannya masih belum ditemukan.

.

.

To be continued..

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

so, how?

janlupa vote, karena satu vote dari kalian berarti banget buat aku :*

SILENT - Lia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang