05

985 214 18
                                    

Lia terduduk lemas di bawah pohon, hujan yang turun sangat deras menbuatnya menggigil kedinginan. Perutnya juga terasa sangat perih karena belum makan sejak tadi.

Rasa dingin ini tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit hatinya, sangat sakit ketika ingin menangis tetapi tidak bisa, ingin berteriak juga tidak bisa.

Untung saja, pohon yang menaunginya itu cukup untuk menghalang guyuran air hujan hingga pakaiannya tidak terlalu basah.

Lia mengambil sebuah buku dan pulpen dari dalam tasnya, gadis itu berniat menuliskan apa yang ingin ia sampaikan.

kepada papa tersayang.

lia nggak bermaksud buat bolos, pa..

lia bolos sekolah karena nggak kuat mendengarkan cacian-cacian teman-teman sekelas lia..

papa, maafin lia.

lia janji, lia nggak bakal bolos sekolah lagi.

lia janji, sekejam apapun cacian orang-orang, lia nggak akan menghiraukannya.

papa.. lia butuh pelukan..

lia kedinginan, pa..

Rasa pusing menjalar di kepalanya, Lia bisa merasakan bahwa penghliatannya perlahan-lahan menjadi buram.

Dan beberapa detik kemudian, semuanya berubah menjadi gelap.

⭑⭑⭑⭑


Gadis cantik itu mengerjap-ngerjapkan kedua mata indahnya, ia mengernyit bingung tatkala menyadari bahwa ia sedang berada di tempat asing.

Ia sedang berada dimana?

Dengan perlahan ia mulai bangun dari posisi terbaringnya, kini menjadi duduk meski pusing kepalanya masih terasa.

"Nak?"

Lia mendongak, menatap ke arah pintu yang menampilkan seorang wanita cantik berjalan mendekatinya.

Siapa dia?

Wanita itu mengusap lembut puncuk kepala Lia, sembari tersenyum sangat ramah. "Kamu tadi saya temukan pingsan di pinggir jalan, makanya saya bawa kesini karena kasihan."

Lia tidak tau, ia harus merasa bersyukur atau tidak? Ayahnya benar-benar tidak mempedulikannya lagi, kah? Namun, setidaknya masih ada yang mau berbaik hati kepadanya. Tidak ada salahnya untuk bersyukur.

"Nak? Kenapa kamu diem aja--"

"Ma, dia bisu."

Atensi Lia dan wanita itu langsung mengarah ke pintu ruangan.

Lia sangat terkejut. Kenapa Junkyu bisa ada disini juga? Apakah Lia sedang berada di rumahnya Junkyu?

Ibu Junkyu atau wanita yang memiliki nama Jisoo itu, ber-oh ria. Lalu pandangannya menatap Lia yang kini menunduk, usapannya pada puncuk kepala gadis itu pun, ia sudahi.

"Usir aja ma, ngapain juga mama bawa dia kesini!"

"Heh Junkyu! Nggak boleh gitu!" Jisoo kembali mengusap puncuk kepala Lia, usapannya kini lebih lembut daripada sebelumnya. "Besok saya antar kamu pulang ke rumahmu ya."

Lia tentu saja diam, tidak menjawab ucapan wanita itu.

Mengerti dengan keadaan, Jisoo mengarahkan pandangannya pada putranya. "Jun, boleh minta tolong ambilin kertas sama pulpen?"

Junkyu menghela napas kasar, "hah! Buat apasih ma?!"

"Cepet Junn.."

"Iya, iya!" Dengan ekspresi sebal, remaja itu berjalan menuju kamarnya untuk mengambil kertas dan pulpen seperti yang diperintahkan oleh ibunya. Setelah mengambilnya, ia langsung menyerahkannya kepada sang ibu, "nih."

"Makasih ya," Jisoo tersenyum kepada Junkyu, tetapi putranya itu masih memasang raut wajah sebal. Pandangannya lalu kembali pada Lia, "nah ini. Kamu catat aja ya alamat rumahmu, besok pagi akan saya antarkan pulang."

Lia menerima kertas dan pulpen yang disodorkan kepadanya, ditatapnya dua benda tersebut lekat-lekat. Apa yang harus ia tulis sekarang?

"Nak? Kenapa diem aja?"

Dengan terpaksa, Lia mulai menulis apa yang ia ingin tulis sejujur-jujurnya. Setelah selesai, ia langsung memberikannya kepada Jisoo.

Jisoo menerimanya sembari tersenyum ramah, "oke Lia, besok saya akan----" ucapannya terhenti tatkala membaca apa yang ditulis oleh Lia. Hatinya seperti sedang disayat-sayat.

'saya tidak mempunyai rumah. besok antarkan saja saya di tempat kemarin, tidak masalah kok.'

Jisoo benar-benar ingin menangis membacanya.

Junkyu yang tadinya diam saja mengernyit tatkala melihat sang ibu yang terdiam. "Ma? Mama kenapa?"

Bukannya menjawab, Jisoo malah beranjak dari duduknya.

Junkyu semakin mengernyit, "mama mau kemana?"

"Mama mau bicara sama papa, kamu diem disini dulu ya, temenin anak ini."

"Tapi ma--" dan pemuda itu hanya pasrah saja, melihat sang ibu yang sudah melengos pergi tanpa mendengarkan ucapannya. Junkyu menghela napas kasar, menatap tajam Lia yang kini juga menatapnya dengan ekspresi ketakutan. "Lo tuh ya--!! Lo hidup di dunia ini cuma jadi beban!"

.

.

.

To be continued..

tutorial buat cerita yang nyesek-nyesek dong guys!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tutorial buat cerita yang nyesek-nyesek dong guys!!


aku ga bisa hikd..

janlupa vote meskipun ceritaku ini sangat aneh.

SILENT - Lia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang