09

901 191 5
                                    

"Jun? Kamu kenapa ketawa-ketawa malem-malem gini?" Jisoo masuk ke kamar Junkyu dengan keheranan karena mendengar suara tertawa anaknya itu yang menganggu tidurnya.

Junkyu cengengesan lalu menaruh ponselnya di atas nakas. "Hehe.."

"Tidur sekarang! Jangan begadang, besok sekolah."

"Iya, mamaaa." Junkyu mulai berbaring di tempat tidurnya setelah mematikan lampu, ia menarik selimut sampai menutupi hampir seluruh tubuhnya karena suhu udara malam ini cukup dingin.

Jisoo mengulas senyum tipis, ia mendekat dan mengusap-usap lembut puncuk kepala anaknya itu. "Tidur yang nyenyak ya sayang, semoga mimpi indah." Wanita itu kemudian berlalu pergi dari kamar Junkyu menuju kamarnya sendiri.

Tanpa sepengetahuan ibunya, Junkyu tertawa lagi. Rupanya pemuda itu masih belum tertidur. "Hahaha anjir, kenapa gue bahagia banget ya abis ngejahilin si bisu."

Ngejahilin, katanya.

Tidak tau saja, bahwa saat ini Lia sedang ketakutan setengah mati sampai tidak bisa tidur. Bayangan-bayangan gambar menyeramkan yang dikirimkan oleh Junkyu, masih terbayang jelas di pikiran gadis itu.

⭑⭑⭑⭑

"Oke, yang ikut lomba pidato Junkyu--"

"Kok gue?" Junkyu yang baru saja memasuki kelasnya seketika dibuat bingung tatkala namanya disebut oleh sang ketua kelas.

Hyunjin mengedikkan bahunya, "kan sesuai keputusan kemarin." Setelahnya pemuda itu tidak lagi menghiraukan Junkyu dan beralih fokus membaca nama-nama siswa yang akan mengikuti lomba.

"Serah dah." Memilih tidak ambil pusing, Junkyu berjalan ke tempat duduknya tapi sebelum itu ia sempat melirik ke pojok belakang tempat Lia duduk. Tempat duduknya kosong.

"Lia ga masuk, ada yang tau gak dia kenapa?" Yeji selaku sekretaris kelas yang sedang mencatat absen itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas, menunggu jawaban atas pertanyaannya barusan.

"Ga tau, Ji. Kasi alpa aja," sahut Hyunjin.

"Oke." Yeji mulai menulis huruf A di sebelah nama Lia. Setelah semua selesai ia langsung kembali ke tempat duduknya.

Bruk!!

Semua atensi murid-murid yang berada di kelas langsung mengarah ke depan kelas. Disana ada Lia yang sedang ngos-ngosan.

"Ck, nyusahin aja sih lo." Yeji berdecak kesal, itu artinya ia harus menghapus huruf A di sebelah nama Lia, dan menggantinya dengan titik. Repot tau! "Males ah gue ngulang lagi, tanggung sendiri akibatnya dapet alpa. Siapa suruh terlambat."

Lia hanya bisa pasrah dan berjalan ke tempat duduknya yang ada di pojok belakang. Gadis itu terlambat bukan tanpa alasan, tetapi karena semalam ia tidak bisa tidur yang mengakibatkannya bangun kesiangan.

"Good morning my dears." Mrs. Iska memasuki kelas, dengan senyuman yang khas menyapa para murid-murid yang ada di kelas XI Mipa 2.

"Everyone stand up please."

Semuanya langsung berdiri sesuai intruksi dari sang ketua kelas.

⭑⭑⭑⭑

Pejaran selesai, kini waktunya pulang. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas, ada yang menuju ke parkiran, kantin, dan lain-lain.

"Jihoon!"

Jihoon yang sedang berjalan, menghentikan langkahnya, ia berbalik. Yeji berlari ke arahnya sambil memegang sebuah kertas.

"Ini tadi jatuh, punya lo kan?" Yeji menyodorkan kertas di genggamannya itu kepada Jihoon.

Jihoon menerima kertas itu, ia membelalakkan matanya ketika menyadari sesuatu. "Ji, makasih banget udah mau repot-repot ngasih ini."

"Itu surat kan?"

Baru saja Jihoon akan menjawab, tetapi Yeji malah menyelanya.

"Eh nggak. Gue nggak baca suratnya kok, cuma liat sekilas."

Jihoon tertawa pelan, lalu tangannya terulur mengacak gemas puncuk kepala Yeji. "Gak usah panik gitu."

Yeji mendengus kesal, ia menepis tangan pemuda di hadapannya dengan kasar. "Rambut gue berantakan asu!"

"Idih.. galak banget nyai," ucap Jihoon sembari meringis pelan.

"Terserah! Oh iya, apa surat itu berharga banget buat lo?" Surat yang Yeji maksud adalah surat punya Jihoon. Pertanyaan darinya dibalas dengan anggukan.

"Ini tuh berharga banget buat gue, meski gue gak tau siapa yang nulis surat ini." Jihoon mendekap surat tersebut dengan sangat erat. "Btw, kenapa lo tiba-tiba nanyain gitu?"

Hening sejenak.

"H-hoon, lo tau gak?"

"Apa?"

"S-surat itu dari Lia."

"Hah? Serius?" Jihoon membelalakkan matanya tidak percaya, jadi selama ini surat yang sangat berharga baginya itu adalah surat dari orang yang selalu ia perlakukan dengan tidak baik?

Yeji mengangguk. "Iya! Gue liat sendiri dia masukin surat itu ke kolong bangku lo, gue awalnya gak peduli tapi saat gue tau kalau surat itu berharga buat lo, makanya gue bilang."

Jihoon sangat-sangat tidak percaya. Pemuda itu mendapatkan surat tersebut hampir 6 bulan yang lalu, dan hari ini ia baru mengetahui siapa yang membuatnya.

Kenapa sangat berharga?

Begini ceritanya,

Dulu saat pembagian raport, Jihoon tidak mendapatkan ranking 1 sesuai yang diinginkan oleh ibunya. Karena tidak mendapatkannya, ibunya itu memarahinya dan mengata-ngatainya tidak berguna lah, tidak pintar lah, dan sebagainya. Tentu saja hal itu membuatnya depresi, sampai sempat berpikiran untuk bunuh diri.

Dan yang lebih memalukannya lagi, ibunya memarahinya di hadapan Lia yang saat itu sedang berada di rumahnya untuk les piano.

Kemudian keesokan harinya di sekolah, Jihoon mendapati sebuah surat di kolong mejanya. Surat itu berisi kata-kata penyemangat dan motivasi, ia langsung mengurungkan niat bunuh dirinya. Oleh sebab itu, surat tersebut sangat berharga baginya.

Jihoon merasa sangat bersalah, merasa sangat bersalah karena telah berlaku tidak baik kepada orang yang sudah menyelamatkan hidupnya.

Jihoon sungguh-sungguh merasa bersalah.

.

.

.

To be continued..

hshshshs mungkin bentar lagi end

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hshshshs mungkin bentar lagi end

SILENT - Lia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang