"Udah siapin bunga, kan?" Hyunjin bertanya pada teman-temannya.
"Udah kok," jawab Junkyu, tapi tangannya tidak membawa apa-apa.
"Mana?"
"Di mobil, yakali gue bawa. Berat tau!"
Yeji menghela napas pelan. "Udah dibilang kan ga usah beli yang gede banget. Gue tau lu kaya, tapi--"
"Ga usah banyak bacot lu pada! Mending kita ke rumah sakit sekarang." Jihoon menengahi sebelum terjadi pertikaian. Ia kadang suka kalau melihat orang bertengkar, tapi saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertengkar.
"Yaudah semuanya, buruan ke mobil gua sekarang," ujar Junkyu.
Namun, semua orang yang ada di sana malah saling menatap satu-sama lain yang membuat Junkyu keheranan.
"Napa?"
"Apasih lu! Kita kan kesononya jalan kaki," sahut Hyunjin.
"What?!" Junkyu tentu saja terkejut. "Jalan kaki? Buset, kapan nyampenya kalo kek gitu?"
"Ga usah lebay, lu! Ga jauh juga rumah sakitnya." Yeji menimpali.
Junkyu menggeleng kuat-kuat. "Nggak! Gue ga mau."
"Yaudah sih, kalo gitu kita duluan kesana. Yok guys!"
Kemudian mereka semua berjalan menuju rumah sakit, yang memang jaraknya tidak terlalu jauh dari sini.
Junkyu menghela napas dan menuju sopirnya yang sudah menunggu di mobil. "Pak, lu duluan ke rumah sakit. Gue mau jalan kaki ke sana."
⭑⭑⭑⭑
Lia hanya bisa diam sambil menatap lurus langit-langit rumah sakit. Semuanya telah pergi meninggalkannya. Mulai dari ibunya, dan kini ayahnya juga pergi meninggalkannya.
Kenangannya bersama ayah dan ibunya kembali terputar di ingatannya layaknya kaset rusak. Hatinya seperti disayat-sayat mengingat bagaimana dulu ia dan orang tuanya bahagia bersama, tapi kini semuanya telah sirna.
Kini kedua orang tuanya telah pergi meninggalkannya sendiri di dunia penuh kekejaman dan penderitaan ini. Di dalam hatinya yang terdalam, ia berdoa semoga Tuhan cepat mempertemukannya dengan orang tuanya.
Hujan di luar sana pun seakan mewakili tangisannya sekarang.
Yang perlu Lia lakukan saat ini adalah, diam sembari menunggu sang malaikat maut mencabut nyawanya. Ia sudah sangat lelah di dunia ini, sudah cukup banyak penderitaan yang ia alami. Bisakah ia beristirahat sekarang?
Tiba-tiba pintu ruangan gadis itu terbuka, Lia bisa melihat disana Hyunjin, Yeji, Jihoon, dan Junkyu datang.
Untuk apa mereka kesini?
"Hey Lia, apa kabar?" Yeji menyapa Lia sekedar basa basi, meski ia tahu bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja.
"Pemakaman bokap lo udah selesai tadi," ujar Junkyu secara tiba-tiba yang langsung mendapatkan toyoran di kepalanya oleh Jihoon.
"Lu bisa diem gak?!"
"Eh maaf, keceplosan."
"Tuman!" Hyunjin menatap sinis Junkyu yang sedang cengengesan. Lalu pandangannya kembali pada Lia. "Lo ga usah khawatir, Lia. Kita semua adalah temen lo. Mulai sekarang lo gak sendirian."
Kemudian seorang pria datang membawa sebuah karangan bunga yang ukurannya besar. Tentu saja itu dari Junkyu.
"Maafin semua dosa-dosa kita ya, Lia. Gue ga tau gimana cara nebusnya, tapi gue cuma bisa memohon maaf dari lo." Junkyu bersuara sambil menundukkan kepalanya.
Lia bisa melihat ketulusan di mata teman-temannya.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Lia meneteskan air matanya. Menangis karena merasa sedih dan bahagia disaat yang bersamaan.
Melihat teman-temannya yang mau meminta maaf, itu sudah cukup membuatnya merasa senang.
Hari mulai sore, cahaya sang surya perlahan-lahan mulai redup. Bersamaan dengan itu, kedua mata indah Lia mulai tertupup.
Setidaknya sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Lia bisa merasakan sedikit kebahagiaan.
.
.
.
END
maaf kalau kurang sedih :)
terima kasih untuk kalian yang sudah mau membaca ceritaku ini.
satu vote dan komen dari kalian sangat berharga buatku, hehe.
sekali lagi, terima kasih!
-ocha.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT - Lia ✓
Teen FictionKisah tentang seorang gadis bernama Lia. ✿ [Lia Itzy] ❥ start: November 14, 2020 ❥ end: December 09, 2020 ©fairylixeu 2020