Lia masih bisa mendengar dengan jelas tangisan pilu sang ayah. Hatinya terasa sangat sakit dan terluka.
Mengapa dunia begitu membencinya? Mengapa penderitaan yang selalu hadir ke dalam hidupnya? Sudah cukup dengan kondisinya yang tidak sempurna, tapi mengapa harus penderitaan yang bertubi-tubi juga?
Sangat sakit.
Rasa sakit ini begitu menyakitkan, seperti membunuhnya secara perlahan.
Pemakaman sang ibu telah selesai satu jam yang lalu, dan Lia masih setia terduduk di pojok kamarnya dengan pakaian yang serba hitam sejak kemarin malam. Iya, Lia tidak ikut hadir ke pemakaman.
Bukan karena apa, tapi ia takut. Takut tidak akan kuat menahan dirinya, dan berujung menangis. Lia masih mengingat jelas janjinya, bahwa ia tidak akan menangis apapun yang terjadi.
Bahkan jika memang tidak kuat dan ingin menangis, Lia lupa bagaimana caranya meneteskan air mata.
Tidak menangis dikala sedang sedih dan terpuruk itu, rasa sakitnya berkali-kali lipat.
Itu yang sekarang Lia rasakan.
Begitu banyaknya penderitaan yang ia alami, membuatnya lupa akan kebahagiaan.
"Lia, sayang."
Pintu kamar terbuka, menampilkan seorang wanita cantik datang tak lupa juga dengan senyumannya yang begitu tulus. "Nak, makan dulu yuk?"
Jisoo menghampiri Lia yang masih bergeming dan berjongkok di sampingnya, pandangan gadis itu menatap lurus entah kemana. "Lia, ayo."
Lia hanya menoleh sekilas, lalu menggeleng pelan. Buat apa makan? Jika ia makan, akankah ibunya kembali lagi? Tidak, kan? Jadi, buat apa..
Biarkanlah rasa sakit ini, membuatnya mati secara perlahan.
"Ma, ayo pulang." Ini Junkyu yang rupanya telah berdiri di depan kamar sejak tadi. Ia ikut bersama Jisoo, maka dari itu bisa berada disini.
"Ssstt, Jun!!" Jisoo beranjak, lalu berjalan menghampiri putranya itu. "Kamu pulang duluan aja, ya? Mama nggak tega ninggalin Lia sendiri."
Pemuda tampan itu mendengus kesal, bibirnya dilengkungkan kebawah tanda sangat kesal sekarang. "Mama kenapa sih lebih mentingin dia daripada Junkyu?"
"Junkyu! Jaga bicaramu!"
"Apasih!" Dengan kesal, Junkyu langsung berniat untuk melengos pergi. Namun, pandangannya tidak sengaja melihat ke arah Lia yang nampaknya tidak sadarkan diri.
Seketika pemuda itu menghentikan langkahnya. "Ma, tuh anak pingsan?"
"Eh?" Jisoo terkejut, buru-buru ia menoleh ke belakang. Dan benar saja, Lia pingsan!
Junkyu hanya terdiam menyaksikan ibunya yang terlihat begitu panik. Diam-diam ia tersenyum miring. "Mati aja kek lo sekalian!"
Kalimat itu ditujukan kepada Lia.
⭑⭑⭑⭑
"Kamu gapapa kan?" Sehun menatap khawatir pada putrinya yang baru saja sadar dari pingsannya. Tangannya terulur mengusap-usap lembut puncuk kepala gadis itu.
Lia hanya diam saja, kepalanya terasa sangat pusing. Ia bahkan lupa kenapa bisa pingsan.
"Kamu makan dulu ya," Sehun mengambil mangkuk berisi bubur yang berada di atas meja. Lalu menyendokkan bubur tersebut, dan mengarahkannya kepada Lia.
Lia menggeleng, mengisyaratkan bahwa ia tidak mau menerima suapan ayahnya.
"Kenapa?"
Tangan Lia bergerak, meskipun sangat lemas. "Papa dulu yang makan, aku nggak lapar."
Sehun tersenyum tipis. Anaknya itu, meskipun di keadaan yang sangat lemah seperti saat ini, masih tetap mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri.
Sungguh anak yang kelewat baik.
.
.
To be continued..
makin aneh
dahlaaaahh
janlupa vote sayang
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT - Lia ✓
Ficção AdolescenteKisah tentang seorang gadis bernama Lia. ✿ [Lia Itzy] ❥ start: November 14, 2020 ❥ end: December 09, 2020 ©fairylixeu 2020