06

953 206 6
                                    

Beban, ya..

Entah mengapa mendengar kata itu diucap membuatnya merasa sangat sedih, bukan sedih untuk dirinya, tapi merasa sedih untuk orang-orang yang sudah pernah ia repotkan.

Salah satunya adalah ayahnya.

Kini Lia paham, mengapa ayahnya tidak mau mengurusnya lagi. Ia selalu merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya terlahir di dunia ini hanya untuk menjadi beban saja.

Bisa tidak ia menghilang dari dunia ini?

Disisi lain, Jisoo berusaha meyakinkan suaminya agar mengijinkan Lia untuk tinggal disini. Namun, Junmyeon tetap pada pendiriannya tidak mengijinkan Lia tinggal di rumahnya.

"Kasian dia, kak. Boleh ya??"

"Nggak!"

"Terus, kakak tega biarin dia terlantar gitu? Kemana rasa kemanusiaanmu kak?"

Junmyeon membelalakkan matanya kaget, merasa tidak percaya bahwa istrinya itu baru saja mengatainya. "Apa kamu bilang?"

"Huh!" Jisoo beralih duduk di sebelah suaminya. "Kasihan anak itu, kenapa kakak tega biarin dia terlantar?"

"KAMU INI KENAPA SIH?! DIA ITU ANAK ORANG! KENAPA REPOT-REPOT MAU NGURUSIN DIA??"

Sungguh, baru kali ini Jisoo melihat suaminya marah-marah seperti ini. Bukankah tindakannya itu benar? Kenapa suaminya marah kepadanya? Ia menghela napas, lalu beranjak dari duduknya. "Yaudah! Jangan bicara sama aku seminggu lebih."

Dan Jisoo langsung melesat pergi meninggalkan Junmyeon yang hendak protes.

"Sialan!"

⭑⭑⭑⭑

"Kamu gapapa saya tinggal disini?"

Lia mengangguk. Baginya, ia tidak keberatan sama sekali jika harus tinggal di jalanan, daripada harus merepotkan orang lain.

"Tapi nak--"

"Lia!"

Lia terkejut, ayahnya datang? Ia tidak salah lihat kan? Raut wajah sang ayah juga nampak sangat khawatir. Tolong katakan, ia tidak sedang berhalusinasi kan?

"Maafin papa, Lia." Sehun memeluk putrinya erat, dan mengusap-usap puncuk kepala putrinya itu. Ia merasa sangat bersalah karena telah mengusir Lia dari rumah, dan mencari-cari gadis itu kemana-mana.

"Kak Sehun, bukan?"

Sehun melepaskan pelukannya pada Lia, lalu menoleh ke belakang setelah mendengar suara seseorang yang begitu ia kenal. Mata terbelalak saat menyadari siapa yang baru saja memanggilnya. Dia adalah Jisoo, mantan kekasihnya semasa SMA dulu.

"Udah lama nggak ketemu, nih. Kak Sehun apa kabar?"

"B-baik." Sehun merasa sangat canggung, pasalnya ia sudah lama tidak bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Apalagi, Jisoo adalah cinta sekaligus kekasih pertamanya. Sungguh sangat canggung.

Lia hanya bisa mengerjap bingung menyaksikan interaksi dua orang dewasa di hapadannya.

Jisoo juga merasa sangat canggung sebenarnya. Namun, sebisa mungkin ia berusaha terlihat santai.

Hening kemudian. Tidak ada yang berani membuka obrolan, hanya ada rasa canggung.

Tut tut~

Nada dering telpon yang tiba-tiba berbunyi itu, memecahkan keheningan di sana. Sehun buru-buru mengambil ponselnya, lalu menjawab panggilan itu.

"Ya?" Lalu sesaat kemudian, ponsel yang ada di genggamannya meluncur turun begitu saja hingga jatuh ke aspal dengan tragis.

Sehun saat itu merasa bahwa dunianya telah hancur berkeping-keping.

Istri tercintanya dikabarkan meninggal dunia.

.

.

To be continued..

jangan lupa vote meskipun aneh dan ga jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa vote meskipun aneh dan ga jelas

SILENT - Lia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang