2

8K 1K 21
                                    

Di Jeguk High School rata-rata yang bersekolah di sana adalah orang kalangan atas atau orang dengan kepintaran di atas rata-rata.

Jeguk High School merupakan sekolah paling populer di Korea serta paling bergengsi jika dijajarkan dengan sekolah-sekolah di seluruh dunia. Karena selain dikenal dengan gedung dan fasilitas dan mewah sekolah ini sering meluluskan siswa-siswi terbaik yang sangat berguna bagi dunia internasional.

Yaa walaupun termasuk sekolah bergengsi yang rata-rata muridnya pintar tetap saja yang namanya jam kosong semua murid pasti happy. Seperti sekarang, guru-guru sedang rapat untuk membahas beberapa lomba yang akan diselenggarakan nanti.

"Pengumuman, bagi siswa-siswi yang akan mengikuti lomba non-akademik dipersilahkan untuk mengikuti latihan sesuai dengan instruksi pembina."

Suara pengumuman itu menggema ke setiap sudut sekolah Jeguk High School.

Mark dengan sigap mengambil baju basketnya di dalam tas dan segera menuju ruang ganti.

"WOI MARK TUNGGUIN NAPA."

Mark memutar bola mata malas. Diam-diam ia mendengus mendengar teriakan sahabat karibnya. Lihat saja, beberapa siswa yang di koridor memperhatikan keduanya dengan pandangan aneh.

'Malu-maluin kampret.'

"Heh, gue bilang tungguin kenapa malah ninggalin?" kesal Lucas sambil memukul bahu belakang Mark.

"Bacot," sarkas Mark.

Lucas malah cengengesan.

"Hendery sama Yeonjun mana?" tanya Mark.

"Mereka dipanggil Sir Dan," jawab Lucas.

Mark tidak bertanya lagi. Ia dan Lucas segera berganti baju di ruang ganti. Di sana beberapa anak cowok berganti seragam sesuai dengan klubnya masing-masing.

"Oi Mark."

"Lah lo ngapain di sini?"

Hyunjin mendengus. "Yaaa ganti baju lah. Masa makan."

"Ck. Bukan itu maksud gue. Maksudnya ngapain lo ganti baju di sini?"

Hyunjin itu sekelas sama Jaemin. Makanya aneh kalau dia ganti baju di gedung anak SMA.

"Oh, gak apa-apa. Gue cuma mau ganti baju di sini aja. Sekalian cuci mata, hehe."

"Njir ada buaya," celutuk Lucas dari belakang tubuh Mark.

Mark ketawa begitu juga dengan Lucas.

"Dih apandah. Yang ada lo kali tuh buaya. Gebetan di mana-mana tapi gak ada satupun yang jadi." Hyunjin membalas. Enak saja dibilang buaya.

Tapi kan itu emang bener woi!

"Lo berdua sama sama aja," sahut Mark.

Hyunjin dan Lucas kompak berdecih.

"Eh btw, nanti Kak Lisa dateng kan ke turnamen lo?" tanya Hyunjin.

Mark mengangguk.

Hyunjin mengepalkan tangannya dan bergumam 'yes'.

Plakk

Mark menyabet muka Hyunjin dengan rompinya. "Jangan macem-macem lo," katanya datar. Lalu keluar dari ruang ganti diikuti Lucas yang terkikik.

Hyunjin misuh-misuh. "Galak bet dah."

**

"Buat kamu."

Dengan kikuk Mark menerima sebatang coklat drngan hiasan pita lucu yang menyelimuti. "Thanks..?" ucap Mark ragu.

"Emily. Emily Clinton."

"Owh.. Thanks Emily."

"Sama-sama," balas Emily sambil tersenyum malu. "Oiya semangat ya latihannya." Emily memberi semangat pada Mark sebelum pergi.

"Asik dapet coklat dari cewek," celutuk Hendery.

Mark menatap skeptis coklat di tangannya. Bingung mau diapakan. Pasalnya dirinya tidak begitu menyukai pemberian orang asing.

"Buat lo aja nih."

"Lah?"

Hendery cengo.

"Seriusan?"

Mark mengangguk. Lagipula ia juga tidak mengenal cewek tadi. Tiba-tiba saja memberinya coklat.

"Lumayan dapet coklat gratis."

Akhirnya Mark, Hendery, Lucas, Yeonjun, dan Xiaojun berkumpul di lapangan bersama yang lain.

"YYAKK! CHENLEEEEEE!!!"

Suara teriakan membahana itu seketika mengalihkan perhatian tim basket ke arah pinggir lapangan. Di mana seorang pemuda sedang mengejar pemuda lainnya dengan ekspresi murka.

"Itu si Renjun sama Chenle, kan? Ngapain mereka kejar-kejaran? Berasa nonton film India gue."

Mark menghela napasnya. Mengamati Renjun yang kini sedang memukuli Chenle, sedangkan yang dipukuli malah cengengesan.

Tidak di rumah tidak di sekolah selalu saja bertengkar. Tapi.. Tunggu. Apa yang dilakukan Chenle di gedung ini?

Sudahlah. Memikirkan itu membuat kepalanya sakit.

"WGWGWGWGW."

Dan jangan lupakan presensi Haechan dan Jisung yang ketawa ngakak.

***

Sementara itu Jeno dan Jaemin mojok di pojokkan kelas. Mereka duduk meringkuk dengan pandangan fokus ke ponsel.

Jangan tanya mereka sedang ngapain.

"EHH LO BERDUA NONTON BOKEP YA?!"

Jaemin yang kaget sontak membanting ponselnya ke lantai.

"HUAAA HP GUEEE!!! NARUTO BEGOOOO!!"

Naruto—maksudnya Haruto melototkan matanya. "Dih kok gue sih! Kan lo yang lempar sendiri hp lo!"

Jaemin memandang kesal Haruto. "Yaa makanya jangan ngagetin kampret!" misuh-misuh gak jelas sambil mengambil ponselnya di lantai dengan dramatis.

Takut retak layar hpnya.

"Untung gak retak," kata Jaemin sambil mengelus-ngelus dadanya.

Haruto meringsut mendekat. "Lo berdua nonton bokep kan? Ngaku!"

Jeno menatap sinis Haruto. "Ngomong sekali lagi, gue betot pala lo."

Haruto meringsut mundur. Sambil cengengesan dan membuat tanda damai. Padahal jantungnya udah senam pgri.

"Ampun Yang Mulia. Hamba pamit undur diri terlebih dahulu." Haruto memberi salam penghormatan bak prajurit sebelum pergi.

"Ganggu banget," gerutu Jeno.

"Heh kampang jangan afk cok!" cetus Jaemin.

Buru-buru Jeno masuk ke dalam permainan dan melanjutkan battle yang tadi.

"IHHH YA AMPUN ADA MY LOVELEY JENO DI SINI!"

"Jaem, cabut aja lah. Banyak setannya asu kelas lo."

Susah emang kalo jadi orang ganteng. Kemana-mana selalu aja ada dedemit yang nyamperin.
.
.
.
.

Tbc..

Di publish tanpa revisi.




SISTER✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang