Aku suka hujan tapi aku takut petir
Sama hal nya aku suka kamu tapi aku takut terlukaGifana
***
"Duh dingin cuacanya, kalau dulu pagi pagi hujan ditambah liat wajah lo kek kutup Utara. Tapi akhir akhir ini cuaca aja yang dingin trus liat wajah lo jadi menghangat"
"Belajar gombal dari mana lo?" Tanya fana sambil terkekeh terpercaya dengan sahabatnya satu ini.
"Dari om deni cagur, gue nontonin dia di OJV lagi ngegombal. Gimana tuh cocok gak gue jadi adiknya om deni." Ucap fanya sambil menaik turunkan alisnya
"Kasian om deni kalau punya adik kek lo, bisa bisa tiap hari dia naik darah."
"Gak papa darah naik, lagian juga gue kan cantik tuh. Atau engga gue jadi adiknya bang Rafi Ahmad aja kali yaa sultan gitu."
"Adiknya bang Rafi udah ada, gak usah nimbrung deh lo." Fanya mengerucutkan bibirnya.
"Yaudah kalau gitu gue jadi istrinya mas arya saloka aja gimana?" Lagi lagi Fanya bertanya yang tidak penting menurut fana. Tapi mau bagaimana lagi daripada sahabatnya yang satu ini kesal mau tidak mau harus ia jawab.
"Gak cocok, artis yang lo bilang itu udah punya istri sama anak jadi lo lebih baik cari yang seumur aja. Atau engga lo terima aja tu si naufal."
"GAK MAU, males gue sama kerak wajan. Dah ah males gue ngomong sama lo." Fanya pergi menuju meja belajarnya meninggalkan fana yang sedang terkekeh.
***
"Kata gak mau ngomong sama gue." Kata fana berjalan sambil bergandengan dengan fanya
"Lo kan tau sendiri gue gak bisa pisah sama lo, apalagi ni disaat lo lagi ceria ceria nya gue harus tetap ada disamping lo biar lo gak drop kek dulu lagi." Fana mengangguk kan kepalanya dengan penuturan sahabatnya itu. Mereka berjalan melewati koridor kelas XII banyak abang kelas dan kakak kelas yang memandangi primadona kelas XI IPS 3 ini dengan tatapan kagum. Siapa yang tidak ingin melewatkan pemandangan dua sabahat itu, sudah cantik, body goals, dikarunia otak encer dan menjadi murid kesayangan guru guru. Sebagain ada yang bersiul, berbincang menggosipi fana dan Fanya, ada juga yang berkhayal ingin menjadi pacar salah satu dari dua sahabat itu.
"Haii Fanya'' sapa galang salah satu abang kelas. Jangan heran mengapa hanya Fanya yang ditegur sebab ketika mereka memanggil fana hanya ada tatapan datar yang disugahi fana.
"Eh ada eneng geulis."
"Hei fana." Gerombolan abang kelas congo melihat salah satu dari mereka yang bernama kevan berani menyapa fana. Kevan sudah tahu pasti tegurannya itu akan diabaikan lagi oleh fana.
"Van van percuma sapaan lo gak akan digubris sama Ratu gelap di siang hari" bisik galang ke kevan
"Hai juga kak kevan." Kata fana dengan senyum manisnya. Sontak gerombolan abang kelas itu hening tidak ada yang berkutik, acara ngemil ngemilan pun berhenti sejenak.
"Kenapa, gue salah ya?" Tanya fana bingung
Sedangkan Fanya mulutnya sudah ternganga tidak percaya, seorang fana membalas sapaan. Sungguh menakjubkan, bukan senyum nya saja yang timbul tapi sekarang fana sudah mulai membiasakan diri untuk bersikap ramah.
"Lo gak salah, cuman tumben aja lo mau balas sapaan orang" kata Fanya tampa sadar.
"Ohh gak apa apa sih lagian balas sapaan orang gak berbayar ia kan kak kevan" ucap fana sambil tersenyum lagi kearah kevan.
Kevan masih saja tak percaya, bahwa fana sudah mau menjawab sapaannya.
"Lang gue mimpi ya, cubit gue lang." Tanpa babibu galang langsung mencubit tangan kevan dengan sekuat tenaga.
"Eh bangke sakit taik." Kevan mengusap tangannya yang tadi dicubit oleh galang tanpa perasaan
"Kan lo yang nyuruh gue cubit tangan lo"
"Maksud gue cubit sewajarnya aja ogeb."
"Bodo ah bacot salah mulu gue." Galang mencemberutkan bibirnya sehingga mengundang galak tawa dari teman temannya yang lain serta fana dan Fanya.
"Fana kalau senyum gitu tambah cantik deh" goda alfi sehingga membuat fana terseyum kecil
"Tapi Fanya juga imut gitu" ucap galang
"Jangan mau sama galang deh nya, dia playboy dari orok." Ucap kevan menimpali
"Ternistakan gue sama lo lo pada."
"Haha kak galang juga imut kok" kata fanya sehingga membuat gelak tawa dari dari teman teman kevan
"Galang lo sebut imut nyaa, kek nya ada yang salah dari lo masa remahan lumut lo bilang imut." Lagi lagi galang di niskatakan oleh alfi
"Betul banget kata lo fi hahaha" timpal Nando sambil memukul pundak alfi yang disebelahnya.
"Aduhh sakit bangke lo, kalau mukul inget inget dong" kata alfi sambil mengelus pundak nya yang tadi terkena pukulan dari Nando.
"Hahaha kalian lucu deh, btw makasih ya kak alfi udah bilang cantik tadi." Fana tersenyum ke arah alfi.
"Oh yaa kak, kita berdua pamit dulu yaa mau ke perpus" pamit fana lalu menarik lembut tangan Fanya.
"Eh tunggu dulu, minta nomor wa dong. Karena tadi kita abis ketawa bareng jadi mulai sekarang kita temenan." Ucap kevan menyodorkan ponselnya ke arah fana, lalu disambut dengan baik oleh fana.
Fana mengetik nomor wa nya ke ponsel kevan, setelah mengetik nomornya tadi ia memberikan ponsel kepada pemiliknya.
Kevan menyambut nya lalu mengarahkan ponsel nya kepada fanya
"Lah nomor gue juga kak?"
"Iyaa biar nanti kita bikin grup sekalian"
"Oh oke deh kak, ni handphone nya kak kevan."
"Thanks yaa"
"Iya kak, kami berdua pamit byee." Fanya melambaikan tangannya ke arah gerombolan kakak kelasnya itu dan fana tersenyum kearah mereka.
***
Happy reading all
Enjoy and happy for u

KAMU SEDANG MEMBACA
2/1
AcakGifana Khayra Dibara Gadis dengan sejuta senyum yang lenyap Gadis yang bergelar gelap disiang hari Keadaan tidak berubah hanya saja menampakkan sisi asli nya Gavino Alfiansyah Tidak memiliki rasa namun dipaksa bersama, sampai rasa itu pun hadir se...