Biar seperti ini saja
Jangan terlalu maju,
Karena aku tau rasa ini akan berujung siaGifana
***
"Ha?" Iren terkejut. "Papa?"
"Bokap fana kak." Jawab fanya cepat, ia bergegas mengetik na kontal di hp nya. Tapi nomor tersebut sedang berada di panggilan lain.
Di kantin
Fana mengernyitkan matanya. Tertera di layar handphone miliknya 'papa'. Cepat cepat ia berdiri mengangkat panggilan tersebut tanpa menghiraukan kursi yang ia duduki sedari tadi sudah tergeletak
"Halo pa" balas fana.
"....."
"Dikantin lantai dua pah, hah? Papa jumpa fanya dibawah."
Galang dkk, gafi, nessa, reno, dan naufal diam karena fana sedang berbicara di telepon.
".....''
"Kalau gitu gifa kebawah sekarang."
"......"
"Kok gak usah?" Tanya fana heran.
"....."
"Ohh gitu, yaudah gifa tunggu disini ya pah. Bye" Ucap fana terakhir sambil menutup telepon nya.
"Gifa sia atuh?" Tanya alfi pelan namun heran
"Itu nama gue kak." Jawab fana terkekeh sambil memasukan handphone nya disaku sekolah.
"Papa lo disekolah?" Tanya nessa
Dan diangguki oleh fana.
Ngapain papa lo kesekolah? Tanya kevan kepo
"Gue ada urusan sama bokap." Jawabnya fana cepat
Tak lama kemudian sorak sorak kecil dari seluruh siswi mengagumi ketampanan suger daddy beserta bodyguard nya.
"Loh kok ayang beb iren sama fanya sama tu om om sih?" Tanya nando pada dirinya namun langsung menatap fana curiga 'apakah?'
Fana yang ditatap oleh nando pun bersenyum tipis 'yap tebakan lo 100 kak' kata fana menjawab hanya dengan menatap nando.
Semua yang ada dimeja belum konek dengan keadaan kecuali nando yang cepat tanggap.
David menuju kearah meja yang sedang diduduki Putri tercinta nya.
"Lah lah kok nuju keadah kita, kek anggota mafia njir" ucap naufal meng alay.
"Ada ada aja tebakan lo nyet" timpal reno
David mangmbil kursi kosong lalu mengarahkan kursinya kesebelah fana.
Duduk didekat fana membuat semua orang berfikir kalau fana dekat dengan om om.
Bodyguard yang mengikuti papa David langsung membentuk formasi mengelilingi meja kantin anaknya itu.
"Tuan putri papa yang tersayang sudah siap?" Tanya David membuat semua orang yang ada dimeja terkejut tak percaya.
"Hari ini kamu sama dokter yuni ya soalnya dokter vedro cuti keluar negeri."
"Bukannya dokter yuni itu dokter keluarga dari opa ya pah. Kasian dokter yuni jauh jauh dari Jerman ke Indonesia cuman ngontrol kondisi gifa."
"Mmm, dokter yuni ada sosialisasi di Indonesia jadi sekalian aja."
Fana memegang tangan papanya dengan lembut. Sambil menatap mata papanya
"Papa kok mau sih repot repot jumput gifa ke atas, kan sekalian izin keguru piket.
"Papa udah ngizinin kamu pas rapat tadi" ucap David santai
"Rapat apa?" Tanya fana bingung. Apa yang sedang dilakukan papanya ini
"Rapat komisi sekolah, papa mengontrol kegiatan kamu. Supaya kamu gak perlu repot repot ikut olimpiade tahun depan. Bulan depan adalah olimpiade terakhir kamu."
"Pah, gak perlu repot gitu. Emang papa siapa yang bisa ngatur komisi kek begitu"
"Papa yang punya sekolah ini." Cukup fana pusing dengan pekerjaan papanya yang terlampau banyak.
Yang berada di meja sejak dari tadi mendengarkan dengan simak pembicaraan papa dan anak ini. Suprise yang luar biasa sekali eperibadeh.
Galang dkk menahan nafas seketika. 'What' pikir mereka. Tak menyangka fana yang mereka dekati ini anak sultan.
Fana yang mendengar penuturan papanya itu tidak terkejut,sudah biasa baginya. Ia hanya menghela nafas berat.
"Papa suka banget ya koleksi sekolah." Ucap fana terkekeh
"Sekolah ini papa hadiahin buat kamu ucap david santai. Hadiah olimpiade, menang gak menang kamu tetap dapat hadiah dari papa."
Fanya melebarkan matanya, ini kali pertama fanya bertemu dengan David secara langsung. Benar kata fana papa David sangat lah berbahaya. Yang gak diminta aja di beliin apalagi fana meminta satu pena mungkin david akan membeli kan 2 pabrik pena sekaligus untuk putrinya.
"Papa David hadiah fanya mana?" Ucap fanya mengetes David apakah ia bermurah hati memberikan fanya sebuah hadiah.
"Hadiah? Mmmm okey." David menelepon seseorang tak lama kemudian orang yang dituju pun mengangkat telepon nya.
"Pak yusuf, saya pengen 2 apartemen dilantai 9 buat teman anak saya. Nanti kunci apartemen kasi ke sekretaris saya ya. Atas nama fanya dan iren anaknya tamara teman saya waktu smp dulu."
Fanya dan iren tak percaya hanya dengan menyebut kata hadiah, langsung dikasi dengan murah hati.
"Bu.. Buat saya juga om?" Tanya iren tidak percaya
"Iya buat kamu juga. Kamu kan iren anaknya tamara dan Daniel. Mereka teman saya waktu smp, terima hadiah dari saya ya."
"Makasi suger daddy" ucap fanya dan iren kompak kegirangan.
David menganggukkan kepalanya menerima ucapan terima kasih dari dua orang teman anaknya itu.
"Pah ayok, kasian dokter yuni nanti nunggu nya kelamaan."
"Ohh ayo, om pamit ya" ucap David kepada orang orang yang ada di meja dan tersenyum manis.
Galang dkk tersenyum kikuk, sedang kan reno dan naufal memasang ekspresi congok. Gafi yang diam sedari awal dan nessa yang mempunyai pikiran yang hanya diketahui olehnya dan Tuhan saja. Jangan tanyakan ekpresi iren dan fanya, mereka kehabisan nafas akibat kegirangan dapat hadiah yang diberikan David.
"Bab apartemen nya dibuat basecamp kita aja ya" pujuk Nando kepada iren.
"Ihh gak mau itu buat kita tinggalin berdua nanti beb"
"Mual gue sumpah" fanya refleks berceletuk.
"Tau ni" timpal kevan.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
2/1
RandomGifana Khayra Dibara Gadis dengan sejuta senyum yang lenyap Gadis yang bergelar gelap disiang hari Keadaan tidak berubah hanya saja menampakkan sisi asli nya Gavino Alfiansyah Tidak memiliki rasa namun dipaksa bersama, sampai rasa itu pun hadir se...