2. Gugup

352 54 0
                                    

Alena merapihkan alat tulisnya juga bukunya, karena jam sudah menunjukkan pukul 3 sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alena merapihkan alat tulisnya juga bukunya, karena jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Alena memilih untuk segera pulang karena kejadian di kantin saat jam istirahat membuatnya tremor sampai saat ini. Zoya kini memperhatikan Alena yang terlihat aneh, lebih aneh dari sebelumnya.

“Gue tebak, si itu kan?”Ucap Zoya, Alena tak menjawab, namun wajahnya merona.
“Ketebak banget, ni anak keliatan ya kalau lagi kasmaran.” Ucap Zoya.

“Iya, padahal udah setahun lebih. Kapan move on, Len?” Tanya Jenar, Alena yang sudah memakai tasnya dan siap untuk keluar kelas kembali menjatuhkan tubuhnya ke kursinya kemudian menggeleng pelan.

“Gak tau, gue udah berusaha, tapi rasanya gue gak bisa. Kayak lu tau gak si, ada yang menahan gue gitu. Ck, gak usah ngatain gue bucin! Tapi fakta banget, kayak ada yang bilang, tahan, lu gak boleh move on. Gitu tau.” Curhat Alena. Jenar dan Zoya saling melempar tatapan kemudian terkekeh.

“Udah lebih dari suka itu artinya.” Ledek Zoya, Alena menatap tajam Zoya, “Apa sih! Cuma kagum ya. Udah ah, mau balik. Bye!” Ucap Alena sebelum digoda lebih jauh oleh kedua temannya ini.

“Alena bucin.” Ledek Jenar, Alena tidak mempedulikan ucapan Jenar dan memilih pergi dari kelasnya untuk menuju gerbang sekolah, menunggu kakaknya yang akan menjemputnya.

“Tungguin bentar napa, Van. Gua cuma mau balikin novel ke si Lia. Bentaran, tunggu sini, jangan tinggalin gua.”

“Gua mau balik, udah sore.”

Samar-samar Alena mendengar suara yang tak asing baginya, suara yang membuat jantungnya berdegup kencang walau Alena belum tau apakah dia benar orang yang dimaksud atau bukan. Kemudian Alena menoleh sebentar ke arah lorong sebelah kiri, dan benar saja ada Jevano di sana.

“Tahan Alena, tahan.” Gumam Alena menguatkan dirinya sendiri kemudian segera mungkin menjauhinya sebelum panggilan seseorang membuatnya makin gugup.

“ALENA!”

Alena yang dipanggil pun mau tidak mau menoleh ke arah sumber suara tersebut. Ternyata Madena, teman sekelasnya yang ntah darimana bisa di daerah ini. Alena ingin mengutuk dirinya sendiri, kenapa tidak bilang saja Ia sibuk!?

“Bantu gue dong, gue disuruh ngeprint sama bu Dwi, tapi gue juga disuruh beli indomie sama pak Rudi, boleh kan tolongin gue untuk ngeprint? Please?” Ucap Madena, Alena hanya bisa mengangguk mengingat Madena hanya sendirian.

“I-iyaudah deh sini biar gue yang print. Berapa lembar?” Tanya Alena menerima lembaran yang Madena berikan.

“35 ya. Kalau udah selesai nanti tolong kasih ke anak kelas lain ya, boleh kan? Gapapa kan?” Tanya Madena, Alena mengangguk kemudian tersenyum simpul,
“Gapapa, gue print dulu ya.” Ucap Alena.

“Oh iya ini uangnya, kalau emang kurang nanti minta Sarah aja. Tapi kayaknya sih cukup segitu.” Ucap Madena, Alena mengangguk.

“Tenang aja, gue masih ada sisa juga kok. Gue print dulu deh ya, takutnya ke sorean.” Ucap Alena, Madena mengangguk.

“Thanks, Lena. Nanti taro meja gue aja gapapa kok. Atau lu mau bawa balik dulu juga gapapa kalau buru-buru.” Alena hanya mengangguk menanggapi ucapan Madena kemudian segera ke tempat fotokopi yang berada di depan sekolah.

“Mas, fotokopi 35 lembar ya.” Ucap Alena lalu memberikan kertas tersebut. Sambil menunggu, Alena berniat untuk duduk di tempat yang disediakan di fotokopi tersebut, namun kehadiran seseorang lagi-lagi membuatnya terkejut.

“Sorry, itu selembaran tugas bu Dwi kan ya? Boleh gua juga sekalian fotokopi?”

Itu Jevano. Jevano Aiden berbicara dengannya hari ini. Alena mematung, sulit rasanya untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Jevano terlalu dekat untuk saat ini.

“Alena, bener kan? Boleh kan gua sekalian juga?” Ucap Jevano, Alena hanya mengangguk datar, Jevano hanya tersenyum tipis kemudian menghampiri abang fotokopinya.

Tolong siapapun selamatkan Alena sekarang juga! Wajahnya benar-benar merona saat ini, tubuhnya membeku, tangannya terasa dingin namun pipinya terasa panas, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat.

“Gua join di sini ya.”

ALENA BENAR-BENAR INGIN MARAH DENGAN JEVANO!

***
2. Gugup

AidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang