5. Dia Bukan Jevano

275 43 1
                                    

[Alena PoV]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Alena PoV]

Kejadian kemarin membuatku penasaran lagi terhadap Jevano. Padahal fakta tentangnya sudah cukup banyak ku ketahui, namun sifatnya kemarin benar-benar berbeda.

Seperti ada perubahan yang sangat pesat pada hari itu. Bukannya terlalu percaya diri, hanya saja satu bulan belakangan ini aku dengannya sudah cukup akrab walau terkadang masih ada rasa canggung.

“Kerjaan melamun aja sih? Udah kelas 12 tau, Len.” Ucapan Jenar membuyarkan lamunanku. Benar, ini sudah kelas 12, tak seharusnya aku masih memikirkan tentangnya. Namun mencoba untuk melupakannya juga sulit.

“Kan gak dijawab, selalu deh Alena mah begini. Jangan-jangan karena si itu lagi deh.” Ucap Zoya, aku menghela nafas kemudian menggelengkan kepalaku.

“Nggak kok, cuma kemarin kan gue ketemu dia di toko buku, masa kayak aneh gitu sikapnya tau.” Jelasku kepada Jenar dan Zoya.

“Aneh gimana? Bukannya kalian udah saling kenal? Gak aneh kali.” Ucap Zoya, aku menganggukkan kepalaku.

“Nah itu dia, maksudnya, duh bukannya percaya diri tapi kan emang sering tegur sapa ya belakangan ini, tapi kemarin dia tuh kayak gak kenal gue gitu masa. Aneh gak sih? Terus lu tau orang yang baru inget namanya gak? Itu dia kayak gitu.” Jelasku.

“Ah masa iya? Gak mungkin kalau begini mah.” Ucap Jenar.

Aku menatap Jenar dengan tatapan yakinku,
“Bener, Nar. Dia kayak orang bingung tapi stay cool gitu, eh iya emang cool sih..” Ucapku dengan suara pelan di akhir membuat Jenar maupun Zoya menyorakiku.

“Lu nya kali bucin, makannya ngerasa beda. Udah deh, mending kita siap-siap upacara. Pada bawa topi kan lu? Biarin aja nanti dihukum.” Ucap Jenar menatap Zoya.

“Apa? Gue gak hukum sembarang orang ya!”

“Iya ilah ibu, kan gue cuma ngegodain lu doang Joy. Inget, dah mau lengser." Ledek Jenar kemudian meninggalkanku dengan Zoya.

“Ini anak ngajak ribut ya.” Ucap Zoya kemudian menyusul Jenar. Aku hanya terkekeh akan sikap keduanya. Lalu aku kembali terdiam mengingat kejadian kemarin, ini benar-benar terasa aneh.

“Apa iya dia bukan Jevano?” Pikirku sebelum aku memilih untuk meninggalkan kelas untuk ke lapangan.


[Author PoV]


“Pengumuman pengumuman.”

Akhirnya upacara pun selesai. Seluruh siswa maupun siswi berteduh di bawah pohon maupun di depan kelas sambil mendengarkan beberapa pengumuman.

AidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang