Kini Jevano dan Alena sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Saat di UKS tadi, Jevano mendapat panggilan dari nomor kembarannya, namun saat Jevano menerima panggilan tersebut, suara orang lainlah yang terdengar.
“Jevano please kita juga harus pelan-pelan.” Ucap Alena yang kini memegang erat seragam Jevano. Jevano tidak mendengarkan melainkan tetap melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Tak sampai 20 menit, keduanya telah sampai di rumah sakit dan menghampiri orang yang telah menghubunginya tadi.
“Mas, saya saksi dari kecelakaan ini. Kerabat mas jadi korban tabrak lari oleh sebuah mobil di perempatan jalan taman kota yang sering padet itu. Tadi mobil dalam kecepatan tinggi sedangkan kerabat masnya ini lagi mau belok. Motor terpental cukup jauh mas, beberapa korban juga ada di dalam UGD. Pas pengejaran, mobilnya udah keburu ilang. Ini ponsel kerabat masnya yang ada di dalam tas tadi, saya ambil untuk hubungin orang yang sering kerabat mas ini hubungin.” Jelas orang yang tadi menghubungi Jevano menggunakan ponsel Revano.
“Jevano.. apa gak mau hubungin orang tua kalian dulu?” Ucap Alena, Jevano memilih untuk duduk di kursi panjang yang ada di depan ruangan kemudian menatap ponsel Revano yang tak bisa dibilang mulus lagi.
“Bisa lu aja yang hubungin?” Tanya Jevano menyodorkan ponselnya ke arah Alena.
***
Satu bulan telah berlalu, namun bagi Alena ini terasa begitu sangat lama. Setelah kejadian Revano kecelakaan, dua minggu setelahnya Ia mendapatkan kabar bahwa Jevano juga masuk ke rumah sakit.
Dua saudara kembar itu sama-sama tertidur namun dengan sebab yang berbeda. Hal ini membuat Alena semakin sering menangis, bahkan saat sekolah pun, Alena hanya akan datang, belajar dengan fokus, setelahnya pulang. Ketiga temannya juga sudah tahu mengenai Jevano dan Revano, mereka tidak dapat berkata apapun setelah mendengarnya, menghibur Alena pun sulit.
Saat ini Alena, Haikal, Jenar dan Zoya sedang berada di rumah sakit untuk mengunjungi Jevano dan Revano. Namun mengunjungi Jevano tidak semudah mengunjungi Revano.
Jevano harus ditempatkan di ruangan khusus, di mana tidak sembarang orang dapat masuk.
Berbeda dengan Revano yang kini sudah bisa di ruang rawat pada umumnya walau harus mendapat penanganan lebih mengingat Ia belum bangun dari kejadian waktu itu.
“Gue kangen Jevano.” Ucap Alena yang kini menatap Jevano tengah terbaring lemah dari balik kaca pembatas ruangan. Haikal yang menemaninya hanya bisa menenangkan Alena dengan merangkulnya dan mengusap kecil bahunya.
“Nanti Jevano bangun. Lu harus tetap optimis, percaya kalau Jevano bakalan sembuh sebentar lagi.” Ucap Haikal menenangkan.
“Kata-kata lu sama kayak seminggu yang lalu, tapi Jevano belum bangun-bangun.” Ucap Alena kemudian memilih untuk pergi ke ruangan Revano. Haikal hanya mengikutinya dari belakang.
Namun saat dalam perjalanan menuju ruangan Revano, banyak suster bahkan dokter menuju ke arah ruangan tersebut, membuat Alena bertanya-tanya apa yang terjadi.
“Alena! Revano sadar!”
***
“Jadi, selama ini gua di rumah sakit?” Tanya Revano menatap kosong atap ruangan.
Alena, Haikal, Jenar serta Zoya hanya saling bertukar pandang.
“Iya, lu di rumah sakit.” Jawab Alena, Revano terkekeh pelan.
“Tapi gua ngerasanya gua lagi ngobrol sama Jevano, mana anaknya?” Ucap Revano.
“Reno, istirahat dulu. Nanti kalau udah mendingan baru ngomong lagi, jangan bawel dulu.” Ucap kakaknya Jevano dan Revano yang bernama Nadine.
“Tapi penasaran di mana si Jevano.” Ucap Revano kepada Nadine.
“Jevano masih tidur dia, nanti juga ke sini.” Balas Nadine, Revano terkekeh pelan.“Semoga gua gak lupa mukanya ya kak. Mana bisa liat gua dia.” Ucapan Revano membuat orang-orang yang ada di ruangan merasa sedih mendengarnya.
Akibat kecelakaan satu bulan yang lalu, Revano dinyatakan tidak dapat melihat secara keseluruhan karena cedera parah yang disebabkan dari benturan keras pada kecelakaan hari itu. Beberapa bagian tubuhnya juga harus dijahit karena terdapat sobekan, beruntung sekarang sudah terlihat pulih. Selain itu kaki dan tangannya juga patah. Beruntung pelaku tabrak lari sekarang sedang diproses oleh hukum.
“Revano lu jangan ngomong gitu.” Ucap Nadine, lagi dan lagi Revano hanya terkekeh.“Guys, kalian bisa tolong jagain Revano dulu? Kakak mau jemput suami sama anak biar pada ke sini. Gapapa kan?” Tanya Nadine. Alena, Haikal, Jenar serta Zoya menganggukinya.
“Gapapa kak, lagipula kita juga masih lama di sini.” Ucap Alena, Nadine tersenyum kemudian pergi meninggalkan ruangan.
“Revano, gue bawa temen-temen gue ke sini. Mereka udah tau lu sama Jevano.” Ucap Alena mendekat ke arah Revano yang masih berbaring.
“Yang biasa berempatan sama lu kan? Bener gak?” Tanya Revano.
“Iya bener.” Jawab Alena.
Saat itu, Alena, Haikal, Jenar dan Zoya saling menceritakan apa yang terjadi selama sebulan ini. Mereka cukup lega mendapatkan respon Revano yang ternyata berbeda dari ekspetasi mereka. Ekspetasi yang mereka pikirkan adalah Revano akan membenci semuanya, namun ternyata Ia dapat menerima keadaannya walau sebenarnya Revano sangat menyesalinya karena kurang berhati-hati.
“Jevano, kemana? Jujur sama gua.” Tanya Revano yang masih penasaran akan kembarannya itu.
“Revano.”“Kasih tau gua Alena, jangan buat gua penasaran. Gua udah gak bisa liat sekarang dan lu membiarkan gua nyari tau sendiri?” Ucap Revano.
“Jevano.. sakit.”***
10. Di dalam Mimpi
KAMU SEDANG MEMBACA
Aiden
Fanfiction"Itu semua cuma perasaan sementara, kita masih terlalu dini untuk tau itu semua. Sekarang lebih baik lu lupain gua. Gak ada yang harus lu pertahanin lagi." Aiden dan semua tentangnya. ▪︎baku - non baku ▪︎lokal ▪︎Lee Jeno as Jevano Aiden ▪︎Hwang Yeji...