Jenar dan Zoya menatap Alena yang sedari pagi hanya diam melamun dengan
tatapan kosong namun wajahnya merona, membuat keduanya merasa bingung.“Sumpah ya Alena, ini udah jam istirahat dan lu masih begini? Please, serem tau.” Ucap Zoya kesal, Alena menunduk kemudian mengusap pelan wajahnya.
“Udah siap cerita belum sih? Masa belum sih? Emang ada apa sih?” Ucap Jenar kepo, Alena menghela nafas kemudian menatap kedua temannya itu dengan mata yang terlihat berair.
“Gue-“
“Kenapa ih?!” Tanya Zoya kepo.
Alena akhirnya mengubah posisi duduknya kemudian menceritakan seluruh kejadiannya kemarin saat Ia bertemu Jevano.
(Flashback)
“Gua join sini ya.” Ucap Jevano kemudian menjatuhkan tubuhnya di bangku yang kosong tepat di sebelah Alena. Alena masih terdiam dengan perasaannya yang sulit dikondisikan untuk saat ini.
Keduanya sama-sama terdiam hingga panggilan dari tukang fotokopi menyadarkan
keduanya. “Nih neng, total 47 ribu untuk 70 lembar.” Ucap abang fotokopi, Alena segera
memberikan uang 50 ribu dari kantong sakunya kemudian memberikannya.“Ini gak bisa dibagi dua mas? Soalnya pisah.” Ucap Alena, abang fotokopi tersebut hanya
tersenyum tak berdosa, “Tadi nengnya gak bilang kalau mau dibagi dua. Nunggu lama lagi mau? Harus layanin yang lain juga soalnya nih.” Jawab abang fotokopi.“Gak usah bang, biar saya sama dia aja yang misahin. Makasih ya bang, kembaliannya
udah kan, Alena?” Ucap Jevano, Alena hanya mengangguk.“Yaudah deh, terima kasih mas.” Ucap Alena kemudian berlalu dari tempat fotokopi diikuti Jevano di belakangnya.
“Kayaknya bendahara gua udah balik, gua juga gak bawa uang lebih hari ini. Besok gua
kasih ke kelaslu aja gimana untuk uangnya?” Ucap Jevano memecahkan keheningan
keduanya.“Iya, terserah.” Jawab Alena singkat, Jevano hanya tersenyum simpul.
Keduanya kini telah berada di dalam kelas Alena untuk membagikan fotokopi tugas, Jevano yang membagikannya, sedangkan Alena hanya membantu memastikan apa totalnya sudah benar atau belum.
“Kelaslu nyaman kalau diliat.” Ucap Jevano untuk sekadar memecahkan keheningan, Alena hanya tersenyum kaku.
“Semua kelas sama.” Jawab Alena. Jevano kembali fokus setelah mendapat respon Alena. Keduanya berada di situasi yang canggung saat ini.
“Udah pas 35, besok gua ke sini lagi. Thanks, Alena.” Ucap Jevano, Alena hanya
mengangguk singkat sebagai jawaban.“Lu udah dijemput? Kalau belum, kita bisa bareng, udah mau hujan juga soalnya.” Tawar Jevano lagi, Alena hanya menggeleng.
“Terima kasih tawarannya, tapi gua udah dijemput kok.” Jawab Alena berusaha untuk
menatap Jevano walau sedetik. Namun kakinya terlanjur lemas untuk ini.“Ok, kalau gitu, gua duluan.” Pamit Jevano kemudian meninggalkan kelas Alena.
“Jevano Aiden bener-bener ya..” Ucap Alena lega setelah melihat Jevano sudah pergi.
(Flashback off)
“AAAAA GILA!!!” teriak Jenar, Alena hanya menutup wajahnya menyembunyikan
wajahnya yang kini memanas.“Jangan gitu dong reaksinya! Gue malu tau!” Ucap Alena.
“Gue beneran gak tau mau ngomong apa tapi CONGRATS!!!!! GUE SENENG BANGET.” Ucap Zoya. Alena akhirnya menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya.
“WOI ALENA, DICARIIN NEH!”
“Eaalaahh ganggu aja kodok!” Kesal Jenar menatap Keenan tajam. “Apa sih, ini ada yang nyariin Alena, amanah woi amanah.” Balas Keenan kepada Jenar. Alena memilih untuk pergi keluar daripada menyimaki keributan antara Jenar dan Keenan.
“Ini ya Alena. Coba dihitung lagi.”
Alena kembali gugup dengan wajah yang merona kemudian mengambil uang yang
disodorkan oleh Jevano. Dihitungnya uang tersebut dengan tangan Alena yang kini rasanya tremor karena Jevano yang juga menatapnya.“Lu sakit ya? Dari kemarin mukanya merah gitu. Apa gak mau ke UKS?” Ucapan Jevano
semakin membuat Alena merona. “24 ribu, kelebihan 500 perak nih, gue bilang ke bend-”“Gak perlu, emang sengaja kok. Kalau gitu, gua duluan ya. Thanks kemarin udah bantu gua, Alena” Ucap Jevano diakhiri senyuman.
Alena yang tak ingin hilang kesempatan juga walau dirinya masih tremor membalas senyuman Jevano dan membiarkannya pergi.
“Jenar, pegangin gue cepaattt. Apa yang gue liat tadi?!” Ucap Zoya yang membeku menatap interaksi keduanya.
“Aduh gue juga sama, Joy. Rayain aja yuk kita jajan better ke kantin.” Ajak Jenar, Zoya mengangguk.
“Wih rame nih, ada apa?” Tanya Haikal yang tiba-tiba muncul dari jendela belakang kelas
membuat Jenar maupun Zoya terkejut. Alena sendiri sih masih terdiam di depan pintu.“Ical! Ngagetin tau. Dasar setan!” Ucap Zoya, Haikal hanya tersenyum tanpa dosa.
“Iyaudah santai aja atuh shay, eh mana si Alena? Mau nagih jajanan ke dia nih gua.” Tanya Haikal.
“Tuh.”
“Jenar, Zoya.. gue..” ucap Alena dengan suara bergetar lagi kemudian menjatuhkan tubuhnya di bangku miliknya.
“Gua tebak, si itu lagi kan?” Tanya Haikal, Jenar dan Zoya hanya menganggukinya.
Berbeda dengan Alena yang lagi-lagi melamun dan menatap kosong ke arah depan dengan wajah yang merona.
“Gue malu.. dia manis banget.”
***
3. Aiden
KAMU SEDANG MEMBACA
Aiden
Fanfiction"Itu semua cuma perasaan sementara, kita masih terlalu dini untuk tau itu semua. Sekarang lebih baik lu lupain gua. Gak ada yang harus lu pertahanin lagi." Aiden dan semua tentangnya. ▪︎baku - non baku ▪︎lokal ▪︎Lee Jeno as Jevano Aiden ▪︎Hwang Yeji...