8. Revano

258 46 6
                                    

[Alena PoV]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Alena PoV]

“Tapi gua bukan Jevano.”

“Gua Revano.”

Ucapan Revano, kembaran dari Jevano terus terputar di otakku. Bagaimana bisa keduanya terlihat begitu mirip dan sulit untuk dibedakan? Secara fisik, hanya letak tahi lalat yang berbeda. Jevano yang terletak di sebelah kanan, sedangkan Revano berada di sebelah kiri. Sifat dan sikap keduanya sebenarnya berbanding terbalik. Jevano yang lebih pendiam dan tidak banyak bertingkah, sedangkan Revano kebalikannya.

“Len, gimana tadi? Apa jawaban Jevano?” Tanya Jenar yang kini duduk di sebelahku. Aku tersenyum, “Pulang nanti katanya mau dikasih tau sesuatu.” Jawabku.

“Bener-bener ya si Jevano, bikin penasaran aja kerjaannya.” Celetuk Zoya yang baru saja datang. Aku hanya tersenyum menanggapinya.

“Oh iya, kalau misalkan Jevano jawab gak suka gimana?” Tanya Ical yang juga baru saja datang.

Aku terkekeh, “Setelah cerita yang lu kasih ke gue, ada alasan gue untuk move on, Cal?” Ucapku.

“Cerita apa deh?”

“Ada deh.”

Omong-omong, pulang nanti Revano mengajakku ke rumahnya untuk bertemu dengan Jevano. Aku sudah memutuskan akan menyatakannya juga. Aneh, karena aku menyatakan perasaan dua kali dalam satu hari ini.

***

Akhirnya jam pulang sekolah pun tiba, aku langsung menuju parkiran untuk menunggu Revano keluar dari kelasnya. Tanpa menunggu, Revano ternyata sudah siap di atas motornya. Ia melambaikan tangan ke arahku saat aku juga melihatnya.

“Sorry gua gak bawa dua helm, jadi gapapa kan lu gak pake?” Tanya Revano. “Gapapa, gue juga biasanya gak pake.” Jawabku.

“Jangan gitu, keselamatan juga penting.” Ucap Revano memperingatkan. Aku terkekeh pelan dan mengangguk.

“Yaudah ayok naik.”


Kini aku dalam perjalanan menuju rumah Revano. Sungguh ini mendebarkan karena nantinya aku akan bertemu dengan Jevano. Ntah Ia sakit apa, rasanya begitu khawatir jika memikirkannya.

Akhirnya aku dan Revano pun sampai. Revano langsung mengajakku masuk setelah perkenalan ulang darinya, lalu Ia membawaku ke depan pintu kamar kembarannya, Jevano.

Terdiam untuk beberapa saat setelah Revano meninggalkanku dengan alasan mengambil minum, panggilan Jevano membuatku tersadar dari lamunanku.

Aku gugup, hanya itu yang bisa ku sampaikan sekarang. Jevano benar-benar terlihat lemas di sana. Ia menyuruhku untuk menghampirinya setelah merubah posisinya menjadi terduduk.

AidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang