Chapter 5. Bimbang

7 6 6
                                    

Setelah pengumuman kemarin. Fifi merasa senang sebab hasilnya cukup bagus. Sebenarnya Fifi ingin melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi, akan tetapi biaya menjadi halangannya. Jika Fifi tetap berkuliah pasti kasian kedua orang tuanya harus mencari uang yang lebih, sementara adiknya Fifi baru akan masuk SMK. Fifi tidak mau menjadi beban ke dua orang tuanya, akan tetapi keinginannya begitu besar. Kebingungngan melanda pikiran Fifi, sampai akhirnya Fifi memutuskan untuk menenangkan pikiran terlebih dahulu agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

~ Rumah Fifi.

" Mamah," teriak Fifi.

" Iya Fi, ada apa? kenapa teriak2?" tanya mamah sekaligus.

" Fifi mau pergi mah," jawab Fifi.

" Kemana dan sama siapa?" tanya mamah lagi.

" Mau kerumah Tiara, sendirian mah, boleh ya," pinta Fifi.

" Jangan boleh mah," celetuk Zidan, yang dari mana entah datangnya.

" Apaan kamu de, ikut2tan aja," kesal Fifi.

" Biarin lah kak, jangan boleh mah," kekeh Zidan.

" Diem de, pergi sana! ganggu aja," perintah Fifi.

" Udah2 malah pada ribut," relai mamah.

" Zidan yang mulai mah," jawab Fifi.

" Apaan, Kakak aja yang baperan gitu aja marah," elak Zidan pergi karena takut dimarahin Mamah.

" Itu mah, malah pergi Zidan ga sopan," lapor Fifi kesal.

" Udah biarin aja, emang adik mu begitu," maklum mamah.

" Hem, jadi gimana mah boleh apa engga Fifi pergi?" tanya Fifi lagi.

" Diluar mendung nanti pasti hujan, jadi jangan pergi sekarang ya Fi," tolak mamah halus.

" Sebentar aja mah, sebelum hujan Fifi pulang," kekeh Fifi.

" Engga boleh, kamu dirumah aja lain waktu aja ya Fi," tolak mamah lagi.

" Tapi mah sebentar aja, Fifi udah janjian sama Tiara," ucap Fifi memelas.

" Kamu loh dibilang ngeyel banget, ya udah sana tapi sebentar aja ya Fi," ujar mamah memberi izin.

" Ye asik, makasih ya mah," girang Fifi.

" Trus mau pergi kapan?" tanyanya.

" Sekarang Mah, Fifi pamit dulu," Izin Fifi.

" Ya udah hati2 jangan lupa bawa payung buat jaga2 kalau hujan nanti," saran mamah setelah memberi izin.

" Baik mah," ujar Fifi menyalami mamah dan pergi keluar rumah.

" Untung dibolehin, gue harus cepet pergi nih sebelum mamah gue berubah pikiran," ucap Fifi dalam hati.

Tanpa membuang waktu lagi Fifi bergegas untuk pergi dengan menggunakan sepeda, setelah beberapa menit akhirnya sampai ditempat tujuan. Fifi langsung menaruh sepedanya dan duduk menikmati angin sepoi- sepoi, sambil memikirkan keputusan yang tepat.

" Gimana ini gue masih bingung, kalau gue kuliah kasian nyokap sama bokap, lagian adik gue juga mau masuk SMK. Aduh gimana ini, apa yang harus gue pilih," keluh Fifi Frustasi.

" Bukannya tenang malah tambah pusing gue, tempat ini ga membantu sama sekali," kesal Fifi.

Saat Fifi sedang uring- uringan, hujan tiba- tiba turun menambah kegelisahan Fifi.

" Pake hujan segala lagi, mana gue lupa bawa payung, gini nih akibat bohongi mamah apes sendiri kan gue, mending tadi dirumah aja ga akan jadi seperti ini, bukannya tenang malah tambah pening," nyerocos Fifi kaya orang ga jelas.

Simple WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang