Chapter. 6

9 3 0
                                    

Waktu pun berubah begitu cepat. Matahari telah menampakkan dirinya begitu cerah. Namun, keadaan masih tetap sama seperti kemarin.

Kring...kring... bunyi alarm membangunkan seorang gadis yang tampak tidur dengan pulas.

"Berisik amat bunyi apaan sih," grutunya sambil membuka mata.

"Ternyata bunyi alarm gue," ucapnya mematikan alarm.

Gadis itu segera bangun dari tempat tidur dan duduk didepan cermin sambil memandangi diri sendiri.

"Diliat2 gue kok gini amat ya, dari dulu sampai sekarang ga ada yang berubah perasaan. Beda banget sama si ono tapi sayang dia ga sebaik tampangnya ga kaya gue baik segalanya," celotehnya memuji diri sendiri.

"Ko gue malah keinget si ono sih, btw kapan si ono balik dan kenapa bisa muncul didepan gue, tuh kan jadi kepikiran terus jadi inget apa yang si ono omongin," ucap seorang gadis ga jelas

Flash back on

"Pake hujan segala lagi, mana gue lupa bawa payung, gini nih akibat bohongi mamah apes sendiri kan gue, mending tadi dirumah aja ga akan jadi seperti ini, bukannya tenang malah tambah pening," nyerocos Fifi kaya orang ga jelas.

"Penyesalah di akhir tidak ada gunanya mba," ucap seorang pemuda sambil memayungi Fifi.

"Biarin lah suka- suka gue, ga ada urusannya sama lo," kesal Fifi menengok ke sumber suara. Dan terkejut ketika melihatnya.

"Biasa aja ngeliatnya kali, ini orang tampan bukan hantu ya," ucapnya percaya diri.

"Apaan sih gr lo, orang ga kenal juga," balasnya sambil memblakangi pemuda tersebut.

"Ha masa lo ga ngenalin gue, emang gue tambah ganteng ya, coba lo hadep sini dan liatin wajah gue baik2," katanya sok ganteng.

"Ga mau, buang waktu," jawabnya pergi meninggalkannya.

"Tunggu," ucapnya menarik tangan Fifi.

"Lepasin gue atau gue teriak," ancam Fifi.

"Gue ga bakal lepasin lo, sampai lo ngenalin gue," balasnya menahan tangan Fifi.

"Dasar ga ada berubahnya sikap lo masih kaya dulu," celetuk Fifi pelan.

"Apa lo bilang?" tanyanya menarik Fifi agar mendekat dengannya.

"Ga ada, ngapain lo narik2 gue sampai sedeket ini? lepasin ga," ujarnya heran.

"Biar lo bisa ngeliatin gue secara jelas, biar lo kenal sama gue orang paling tampan, apa masih kurang jelas, apa perlu gue deketin lagi?" ledeknya.

"Jantung gue kaya mau copot, setelah sekian lama gue bisa sedeket ini. Ya ampun pengin teriak dah, mana tambah ganteng lagi, pasti pipi gue udah kaya udang rebus ini. Apa2 sih gue tetep aja dia nyebelin," ucap Fifi dalam hati.

"Woy malah diem aja, hayo lo terkesima sama kegantengan gue ayo jujur aja? ngeliatinnya sampai ga berkedip ha ha," Ucapnya sok tahu.

"Ha, dasar cowok aneh ganteng dari mana dari pucuk monas," bohong Fifi.

"Lo ya, ngeledek mulu," jawabnya.

"Buruan lepasin, gue mau pulang udah kelamaan gue disini, nanti mamah nyariin," ucapnya memelas.

"Oke, gue lepasin tapi jangan langsung pergi ada yang mau gue omongin sebentar," pasrah pemuda itu melepaskan tangan Fifi.

"Iya bawel, gue juga mau nanya," balasnya ketus.

"Lo duluan yang ngomong deh anak mamah," ucapnya mempersilahkan.

"Apa lo kata anak mamah, btw kenapa lo ngomong penyesalan diakhir ga ada gunanya?" tanya nya.

Simple WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang